54 research outputs found

    UJI EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

    Get PDF
    Latar Belakang: Resistansi antibiotik terhadap Escherichia coli mulai meningkat karena menurunnya efektivitas obat antibakteri, sehingga perlu antibakteri alternatif. Penelitian ini menguji efek antibakteri biji pepaya. Senyawa alami ekstrak biji pepaya ini diharapkan mampu mengatasi resistensi antibiotik. Tujuan: Menguji efektivitas antimikroba ekstrak biji pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro. Metode: Penelitian eksperimental laboratorium dengan post test only control group design. Jumlah sampel 35 media MHA yang dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan. Lima kelompok diantaranya diberikan ekstrak biji pepaya dengan konsentrasi berturut 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, 1 kelompok berupa media MHA dan suspensi Escherichia coli (kontrol positif), dan 1 kelompok lain berupa media MHA ditambah ekstrak biji pepaya konsentrasi 50% (kontrol negatif), dilanjutkan dengan menanam Escherichia coli 1x104 CFU. Sampel diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC. Analisis statistik menggunakan uji Kruskalwallis dilanjutkan uji post hoc Mann-whitney. Hasil: Pertumbuhan Escherichia coli didapatkan pada kelompok 10%, 20% dan kontrol positif dan tidak didapatkan pada kelompok 30%, 40%, 50% dan kontrol negatif. Uji Kruskal-wallis dilanjutkan dengan Mann-whitney menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,003) antara kelompok 10%, 20% dan kontrol positif dengan kelompok 30%, 40%, 50% dan kontrol negatif. Kesimpulan: Ekstrak biji pepaya knsentrasi 30%, 40%, dan 50% memiliki efektivitas antimikroba terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro. Kata kunci: Efektivitas antibakteri, ekstrak biji pepaya, Escherichia col

    FAKTOR RISIKO DAN PENGARUH KLINIS INFEKSI CARBAPENEM-RESISTANT Acinetobacter sp. DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

    Get PDF
    Background: Acinetobacter is one of negative gram bacteria which often contaminates and has already became an epidemic all over the world. The irrational use of carbapenem can caused Acinetobacter resistance. This research aimed to analyze if the use of CVC, malignancy, the use of carbapenem, the use of cephalosporin group III, hospital length of stay, intensive care is one of the risk factor of Acinetobacter resistance and also to analyze if carbapenem-resistant Acinetobacter sp. influences the mortality. Method: This is an observational analytic study with cross sectional data retrieval. A total of 42 patients who acquitted to the inclusion and exclusion criteria, done by taking the data from the medical record. Result : During January 2009-March 2011 period there are 29 patients (69%) are infected by carbapenem-resistant Acinetobacter sp. and 13 patients (31%) are infected by carbapenem-sensitive Acinetobacter sp. Bivariate analysis shows that the use of carbapenem (p = 0,018, OR = 1,684, 95%CI = 1,265-2,243), intensive care (p = 0,026, OR = 5,6, 95%CI = 1,307-23,996), the use of CVC (p = 0,007, OR = 12,857, 95%CI = 1,474-112,170) are risk factors of carbapenem-resistant Acinetobacter sp. infection. Multivariate analysis shows that CVC assembly is a risk factor of carbapenem-resistant Acinetobacter sp. infection. ( p = 0,023, OR = 13,333, 95%CI = 1,434-123,989). Bivariate analysis shows that carbapenem-resistant Acinetobacter sp. infection does not influence the mortality (p = 0,453, OR = 0,605, 95%CI = 0,162-2,259). Conclusion: CVC assembly is an independent risk factor of carbapenem-resistant Acinetobacter sp. infection. Carbapenem-resistant Acinetobacter sp.infection does not influence the mortality. Keywords: Risk factors, clinical influence, carbapenem-resistant Acinetobacter sp

    UJI DIAGNOSTIK LEUKOSITURIA DAN BAKTERIURIA MIKROSKOPIS LANGSUNG SAMPEL URIN UNTUK MENDETEKSI INFEKSI SALURAN KEMIH

    Get PDF
    Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) infeksi yang sering terjadi dan dapat menurunkan kualitas kesehatan. Diagnosis ISK membutuhkan waktu yang cepat dan cara yang adekuat agar ISK dapat terkontrol dengan baik. Standar baku emas diagnosis ISK yaitu kultur urin, membutuhkan waktu yang lama, harga yang cukup mahal, dan tidak semua tempat pelayanan kesehatan mampu melakukannya. Oleh karena itu metode diagnosis yang lebih terjangkau perlu dilakukan. Tujuan Untuk mendiagnosis ISK dengan metode yang lebih mudah, cepat, akurat. Menilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif, dan nilai prediksi positif untuk metode diagnostik leukosituria dan bakteriuria mikroskopis langsung yang dibandingkan dengan kultur urin. Metode Penelitian menggunakan sampel urin dari pasien yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang didiagnosis ISK. Sampel penelitian berjumlah 89. Hasil tes mikroskopis bakteriuria dan leukosituria akan dibandingkan dengan hasil tes kultur urin, kemudian dilakukan uji diagnostik. Hasil Nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif yang diperoleh pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria adalah 7.89%, 98.03%, 75%, 58.82%. Pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis bakteriuria adalah 36.84%, 88.23%, 70%, 65.21%. Pada uji diagnostik antara kultur urin dengan pemeriksaan mikroskopis leukosituria dan bakteriuria adalah 4.3%, 100%, 100%, 67.2%. Simpulan Metode pemeriksaan mikroskopis belum bisa menggantikan metode baku emas diagnosis ISK yaitu kultur urin, karena nilai hasil uji diagnostik yang dihasilkan tidak sesuai target. Kata kunci ISK, kultur urin, leukosituria mikroskopik, bakteriuria mikroskopik

    AKTIVITAS ANTIVIRAL [6]-GINGEROL TERHADAP VIRUS DENGUE : Studi Eksperimental In Vitro pada Galur Sel A549

    Get PDF
    Latar belakang Virus dengue (DENV) adalah arbovirus yang paling luas tersebar secara geografis. Sampai sekarang belum ada obat antivirus berlisensi yang terbukti efektif untuk menangani kasus infeksi DENV. Akibatnya, pengobatan infeksi DENV saat ini hanya terbatas pada deteksi dini, penggantian cairan, dan terapi simtomatik. Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang telah lama dikenal di Indonesia. Gingerol adalah kandungan minyak non volatile utama dari jahe segar, dengan kandungan terbanyak adalah [6]-gingerol. [6]-gingerol mempunyai efek inhibisi pada biosintesis asam lemak yang sangat berperan dalam replikasi virus dengue. Tujuan Penelitian ini meneliti pengaruh antivirus dari [6]-gingerol, konstituen aktif utama jahe (Zingiber officinale) pada pertumbuhan DENV pada galur sel A549. Metode Awalnya, dilakukan cell toxicity assay [6]-gingerol pada galur sel A549 untuk menentukan CC50 [6]-gingerol. Kemudian, sel-sel diinfeksi dengan DENV-1 pada multiplisitas infeksi = 1 dan dilakukan perlakuan dengan dosis multi-subtoksik dari [6]-gingerol selama masa inkubasi penuh (full time) dan setelah virus masuk ke sel-sel (after entry). Sel yang terinfeksi diinkubasi dengan [6]-gingerol selama 48 jam. Terakhir, titer virus ditentukan menggunakan plaque assay. Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian [6]- gingerol pada galur sel A549 yang terinfeksi DENV secara signifikan dapat mengurangi virus titer baik perlakuan full time maupun after entry, IC50 = 0,032 mM pada after entry dan IC50 = 0,038 mM pada full time. Dengan demikian [6]- gingerol memiliki kemampuan antiviral untuk mengurangi pertumbuhan DENV melalui penghambatan replikasi. Kesimpulan [6]-gingerol memiliki aktivitas antivirus potensial terhadap infeksi DENV dan dapat memberikan pendekatan terapi baru untuk infeksi DENV. Kata kunci : Dengue, [6]-Gingerol, galur sel A54

    UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID

    Get PDF
    Latar Belakang : Diperkirakan terdapat 0,5-10 kasus per 100.000 penduduk yang menderita nodul tiroid pada populasi dunia. Nodul tiroid yang bersifat ganas memerlukan terapi secepatnya, sedangkan yang jinak dapat diterapi secara medikamentosa. FNAB merupakan langkah diagnostik awal pengelolaan nodul tiroid. Tehnik FNAB aman, murah, dapat dipercaya dan resiko komplikasi kecil. Tujuan : Menjelaskan nilai diagnostik FNAB dibandingkan dengan biopsi patologi anatomi dalam mendiagnosis karsinoma tiroid pada pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang Metode: Subyek penelitian adalah pasien RSUP Dr. Kariadi Semarang yang memiliki nodul tiroid yang telah diperiksa menggunakan FNAB dan Biopsi Patologi Anatomi. Data hasil pemeriksaan FNAB dan biopsi Patologi Anatomi dari setiap sampel kemudian dikumpulkan untuk dianalisis sesuai rumus untuk mencari sensitifitas, spesifitas, nilai ramal positif, dan nilai ramal negatif. Hasil : Total sampel yang didapatkan adalah 34 sampel. Pada penelitian ini didapatkan nilai sensitifitas FNAB 100%, spesifitas 84%, nilai ramal positif 69%, dan nilai ramal negatif 100%. Kesimpulan : FNAB mempunyai nilai diagnostik yang baik untuk mendiagnosis karsinoma tiroid. Kata kunci : Uji diagnostik, FNAB, karsinoma tiroi

    KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2011

    Get PDF
    Latar Belakang : Peningkatan penggunaan antibiotik yang tidak rasional di berbagai bidang Ilmu Kedokteran termasuk Ilmu Kesehatan Anak menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hal ini merupakan kajian yang mendorong rumah sakit untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik di Bangsal Anak RSUP Dr Kariadi pada periode Agustus – Desember 2011. Metode : Merupakan penelitian deskriptif dengan studi retrospektif yang diambil dari catatan medik untuk dinilai kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik. Sampel diambil dengan cara stratified random sampling. Kuantitas dinilai dengan menghitung Defined Daily Dose / 100 pasien dan penilaian kualitas dengan kategori Gyssens. Hasil : Dari 71 catatan medik didapatkan total penggunaan antibiotik sebesar 39,4 DDD/100 dan ceftriaxone merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu sebesar 10,6 DDD/100 pasien. Penilaian dengan kategori Gyssens didapatkan hasil sebesar 55,1% memenuhi kategori 0 (rasional); 1,6% kategori IIA (tidak rasional karena dosis tidak tepat); 1,6% kategori IIB (tidak rasional karena tidak tepat interval); 0,5% kategory IIC (tidak rasional karena tidak tepat cara pemberian); 5,9% kategori IIIA (tidak rasional karena pemberian yang terlalu lama); 2,2% kategory IIIB(tidak rasional karena pemberian yang terlalu singkat); 7,7% kategori IVA (tidak rasional karena ada antibiotik lain yang lebih efektif); 1,1% kategori IVB (tidak rasional karena ada antibiotik lain yang kurang toksik); 4,3% kategori IVC (tidak rasional karena ada antibiotik lain yang lebih murah); 3,8% kategory IVD (tidak rasional karena ada antibiotik lain yang lebih spesifik); dan 16,2% kategori V (tidak rasional karena tanpa ada indikasi). Berdasarkan tipe terapi didapatkan 35,1% ADE; 19,5% ADET; 29,7% ADD; 15,7% ADU. Kesimpulan : Terdapat ketidaktepatan penggunaan antibiotik di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi. Kata kunci : Raionalitas penggunaan antibiotik, kuantitas, kualitas, DDD, kategori Gyssens

    Acute Central Nervous System Infection : a Case Report

    Get PDF
    Background : Acute central nervous system infection can be rapidly progressive, causing death or permanent damage in a short period of time. The diagnosis and knowledge of possible etiological agent is critically important. We present a case of a 15-month-old girl with generalized seizures and ecchymosis suspected for meningococcal infection but there was no proof of the agent of infection.Case report : A 15-month-old girl was admitted with fever of 39,4°C, generalized seizures, and petechiae after suffered high fever and cough in previous day. This was her first episode of seizures. She has no past history of growth and developmental disorder. She became rapidly deteriorated after few hours being hospitalized in Kariadi. Brain CT-scan was not done due to her conditions. She had anemia, normal white blood count, monocytosis, thrombocytopenia (4000/mm3), low CD4 count (99 cell/mm3), hipoalbuminemia (1.4 g/dl), increased lactate (2.5 mmol/L) and procalcitonin (>200.00 ng/ml). Cerebrospinal fluid analysis revealed normal cells count and glucose but increased protein level (375.2 mg/dL). Meningococcal infection was suspected due to clinical appearance, and ceftriaxone was given. Bacteriological and fungal culture of CSF and blood showed no growth. Despite of cardiorespiratory support given, she died after 4 days of admission.Discussion : Features of seizure and general ecchymosis do not belong exclusively to meningococcal infection. There are other possible etiological agent such as Haemophylus influenza, Streptococcal infection and viral infection. Shortage of available diagnostic tools such as Polymerase Chain Reaction (PCR) made it difficult to confirm the etiological agent (Sains Medika, 4(2):204-209).Question Remarks : What agent which you think cause the infection

    Antibacterial Activity of Euphorbia tirucalli against Lactobacillus acidophilus: An In Vitro Study

    Get PDF
    Dental caries is a common oral disease that occurs due to excessive interaction between tooth structure, bacterial biofilm, and glucose. Lactobacillus acidophilus is the main cause of dentin dental caries, which can be prevented using anticaries agents. However, current anticaries agents may cause some side effects. Therefore, there is a need for natural anticaries agents with minimal side effects. Euphorbia tirucalli contains flavonoids, tannins, and saponins that contribute to its antibacterial activity. This study aimed to determine the antibacterial activity of E. tirucalli against L. acidophilus bacterial growth. This was an in-vitro study with a post-test-only control group design, divided into three groups. The positive control group received 0.2% chlorhexidine digluconate, the negative control group received aquadest, and the intervention groups received extracts with concentrations of 10 mg/mL, 20 mg/mL, 30 mg/mL, 40 mg/mL, and 100 mg/mL. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) was examined post-treatment using the agar dilution method. The differences in colony growth were analyzed using Cramer's V and Fisher's Exact Test, with p<0.05 considered significant. E. tirucalli extracts showed antibacterial effects against L. acidophilus with a concentration of 40 mg/mL as the MIC. Extract groups with concentrations of 40 mg/mL and 100 mg/mL showed significant differences in L. acidophilus growth compared to the negative control group (p<0.001). The study concluded that E. tirucalli extract has antibacterial activity against the growth of L. acidophilus, with MIC of 40 mg/mL

    The Relationship Between Leucocytes and Bacterial Count in The Wound Swab Sample with Colony Counting In Wound Tissue Infection

    Get PDF
    ABSTRACT Background: Wound tissue infection is a problem in developing countries. The cause of the infection must be known, so that appropriate antibiotics are given for that required microbiological examination. The number of Polymorphonuclear leukocytes (PMN) &gt;25/HPF and the number of colonies &gt;105/Colony Forming Unit (CFU) determine the occurrence of infection. Proving the relationship between the number of leukocytes and bacteria in the wound swab sample to the number of colonies in superficial Surgical site infection (SSI). Methods: This study was an Observational analytical research design with 35 samples of superficial SSI. Microscopic examination: gram stain to see the number of leukocytes and bacteria in a large field of view. Culture examination: number of colonies, identification of microorganisms, and patterns of antibiotic sensitivity with automatic machines. Statistical analysis for the relationship between the number of leukocytes and bacteria to the number of colonies was Chi-square and logistic regression. Results: Superficial SSI samples were more common at the age &lt;60 years, with malignancy comorbid. The most common cause of infection is Escherichia coli. The results of the Chi-square test showed that the number of leukocytes (p=0.017) and the number of bacteria (p=&lt;0.01) were related to the number of colonies, and logistic regression tests found that the number of bacteria was significant to the number of colonies (p=0.010, 95% C1: 0.030–0.624). Conclusion: The number of bacteria associated with the number of bacterial colonies in patients with superficial SSI

    Aktivitas Antiviral Curcumin Terhadap Virus Dengue Pada Galur Sel A549

    Full text link
    Latar Belakang : Virus Dengue (DENV) adalah arbovirus yang secara geografis tersebar paling luas dan menjadi masalah besar seluruh dunia. Pengobatan infeksi DENV saat ini terbatas pada deteksi dini, penggantian cairan dan terapi simtomatik. Viral load sering dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit pada pasien terinfeksi DENV, namun sampai saat ini belum ada obat antivirus berlisensi yang tersedia. Penelitian ini melihat efek antivirus curcumin, senyawa aktif utama dari kunyit (Curcuma longa), pada pertumbuhan DENV pada galur sel karsinoma epitel paru-paru manusia (A549).Metode : Penelitian ini melakukan uji toksisitas Curcumin pada sel A549 untuk menentukan konsentrasi curcumin yang digunakan berdasarkan konsentrasi sitotoksik (CC50) curcumin pada sel A549. Kelompok perlakuan dibedakan berdasarkan konsentrasi curcumin dan cara pemberian curcumin. Sel A549 diinfeksi dengan DENV-1 dengan Multiplicity of Infection = 1 dan sel diinkubasi dengan Curcumin pada dosis multi-subtoxic selama seluruh waktu inkubasi (Full Time) dan setelah virus masuk ke sel (After Entry). Sel yang terinfeksi diinkubasi dengan Curcumin selama 48 jam dan kemudian titer virus ditentukan dengan Plaque Assay.Hasil : Berdasarkan uji toksisitas curcumin pada sel A549, curcumin tidak akan mempengaruhi viabilitas sel-sel A549 secara signifikan pada konsentrasi hingga 50 ÎĽM dengan CC50 = 151,19 ÎĽM. Hasil penelitian menunjukkan pemberian Curcumin pada sel yang terinfeksi DENV dapat mengurangi titer virus secara signifikan pada perlakuan Full Time, dengan IC50 = 20,383 pM, tetapi hasil dari perlakuan After Entry menunjukkan penurunan titer virus yang tidak signifikan, dengan IC50 = 33,062 ÎĽM.Kesimpulan : Curcumin memiliki aktivitas antivirus terhadap infeksi DENV dan bisa memberikan pendekatan baru dalam terapi infeksi DENV
    • …
    corecore