572 research outputs found

    Feed-through connector couples RF power into vacuum chamber

    Get PDF
    Feed-through device connects RF power to an RF coil in a vacuum chamber. The coil and leads are water cooled and vacuum tight seals are provided at the junctions. The device incorporates silver soldered copper tubes, polytetrafluoroethylene electrical insulators, and O-ring vacuum seals

    Effect of Improving the Lattice Gauge Action on QCD Topology

    Get PDF
    We use lattice topology as a laboratory to compare the Wilson action (WA) with the Symanzik-Weisz (SW) action constructed from a combination of (1x1) and (1x2) Wilson loops, and the estimate of the renormalization trajectory (RT) from a renormalization group transformation (RGT) which also includes higher representations of the (1x1) loop. Topological charges are computed using the geometric (L\"uscher's) and plaquette methods on the uncooled lattice, and also by using cooling to remove ultraviolet artifacts. We show that as the action improves by approaching the RT, the topological charges for individual configurations computed using these three methods become more highly correlated, suggesting that artificial lattice renormalizations to the topological susceptibility can be suppressed by improving the action.Comment: 4 pages, 4 figures, poster presented at LATTICE96(improvement

    The Eta-prime and Cooling with Staggered Fermions

    Full text link
    We present a calculation of the mass of the eta-prime meson using quenched and dynamical staggered fermions. We also discuss the effects of "cooling" and suggest its use as a quantitative tool.Comment: 4 pages, LaTeX with 7 EPS figs, contribution to Lattice 9

    A theory of Abject Appearance:Women elite leaders' intra-gender 'management' of bodies and appearance

    Get PDF
    In this article, we develop a theory of Abject Appearance to explain women elite leaders’ embodied identity work within a context of intra-gender relations. The theory of Abject Appearance illuminates a dynamic and dialectical process whereby women elite leaders ‘manage’ the ambiguities of their ‘in-between’ and ‘abject’ status. This process is understood as a possible material effect or consequence of women’s abjection in organizations. Women elite leaders hold power through their formal positions, yet remain marginalized in social relations because their feminine bodies are out of place in organizations. In a qualitative study with women elite leaders, we illustrate how the theme Fascination with bodies and appearance depicts a dialectical process of simultaneous disgust and attraction with women’s bodies and appearance. We discuss how this material effect of abjection may be played out through two embodied identity work strategies in an intra-gender context, namely: Shifting focus from the body and appearance and Achieving a professional balance. We offer insights into how women’s embodiment in elite leader roles may be constrained in a context of intra-gender relations. We suggest opportunities to strengthen women’s agency by raising awareness to the theory of Abject Appearance and women leaders’ associated body work. </jats:p

    Pelayanan Pendidikan Lintas Batas Daerah SMP Negeri 3 Mranggen di Kawasan Perbatasan Kabupaten Demak dan Kota Semarang

    Full text link
    Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Kesatuan Republik Indonesa Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak. Oleh karena itu, pelayanan sarana pendidikan bagi masyarakat merupakan hal krusial yang perlu untuk diperhatikan secara matang termasuk pemerataan fasilitas sekolah bagi masyarakat secara merata dan menjangkau seluruh kawasan, termasuk pada kawasan perbatasan. Dalam hal ini, penyediaan pelayanan pendidikan di kawasan perbatasan merupakan suatu hal yang menarik mengingat kawasan ini merupakan kawasan abu-abu dimana seringkali terjadi konflik kewenangan antara dua daerah.SMP N 3 Mranggen yang terletak di kawasan perbatasan Kabupaten Demak dan Kota Semarang juga memiliki pelayanan lintas batas dimana sekolah ini melayani dua wilayah administrasi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pelayanan sarana pendidikan lintas batas daerah pada SMP N 3 Mranggen yang terjadi di kawasan perbatasan Kecamatan Mranggen (Kabupaten Demak) dengan Kecamatan Pedurungan (Kota Semarang). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelayanan sarana pendidikan lintas batas di kawasan perbatasan Kabupaten Demak dan Kota Semarang tidak disebabkan adanya kerjasama antar daerah yang bersifat formal, melainkan murni dipengaruhi oleh mekanisme pasar dalam pelayanan sarana pendidikan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan mekanisme pasar dalam penyediaan pelayanan sarana pendidikan adalah terkait dengan kualitas sekolah, aksesibilitas atau kemudahan akses dalam menjangkau fasilitas pendidikan, dan keterjangkauan biaya dalam mengakses sarana pendidikan

    The Staggered Eta-prime with Smeared Operators

    Full text link
    We present a refined calculation of the eta-prime mass using staggered fermions and Wuppertal smeared operators. We use quenched and dynamical configurations of size 16^3x32 with Nf=0, Nf=2 and Nf=4, and compare our results with the expected forms from quenched, partially quenched and unquenched chiral perturbation thoery.Comment: Talk presented at LATTICE96(chirality in qcd

    Conditioned place preference and locomotor activity in response to methylphenidate, amphetamine and cocaine in mice lacking dopamine D4 receptors

    Get PDF
    Methylphenidate (MP) and amphetamine (AMPH) are the most frequently prescribed medications for the treatment of attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Both drugs are believed to derive their therapeutic benefit by virtue of their dopamine (DA)-enhancing effects, yet an explanation for the observation that some patients with ADHD respond well to one medication but not to the other remains elusive. The dopaminergic effects of MP and AMPH are also thought to underlie their reinforcing properties and ultimately their abuse. Polymorphisms in the human gene that codes for the DA D4 receptor (D4R) have been repeatedly associated with ADHD and may correlate with the therapeutic as well as the reinforcing effects of responses to these psychostimulant medications. Conditioned place preference (CPP) for MP, AMPH and cocaine were evaluated in wild-type (WT) mice and their genetically engineered littermates, congenic on the C57Bl/6J background, that completely lack D4Rs (knockout or KO). In addition, the locomotor activity in these mice during the conditioning phase of CPP was tested in the CPP chambers. D4 receptor KO and WT mice showed CPP and increased locomotor activity in response to each of the three psychostimulants tested. D4R differentially modulates the CPP responses to MP, AMPH and cocaine. While the D4R genotype affected CPP responses to MP (high dose only) and AMPH (low dose only) it had no effects on cocaine. Inasmuch as CPP is considered an indicator of sensitivity to reinforcing responses to drugs these data suggest a significant but limited role of D4Rs in modulating conditioning responses to MP and AMPH. In the locomotor test, D4 receptor KO mice displayed attenuated increases in AMPH-induced locomotor activity whereas responses to cocaine and MP did not differ. These results suggest distinct mechanisms for D4 receptor modulation of the reinforcing (perhaps via attenuating dopaminergic signalling) and locomotor properties of these stimulant drugs. Thus, individuals with D4 receptor polymorphisms might show enhanced reinforcing responses to MP and AMPH and attenuated locomotor response to AMPH.Fil: Thanos, P. K.. NIAAA Intramural Program; Estados Unidos. Brookhaven National Laboratory; Estados Unidos. Universidad de Buenos Aires; ArgentinaFil: Bermeo, C.. Brookhaven National Laboratory; Estados UnidosFil: Rubinstein, Marcelo. Consejo Nacional de Investigaciones CientĂ­ficas y TĂ©cnicas; Argentina. Universidad de Buenos Aires; ArgentinaFil: Suchland, K. L.. Oregon Health & Science University; Estados UnidosFil: Wang, G. J.. Brookhaven National Laboratory; Estados UnidosFil: Grandy, David K.. Oregon Health & Science University; Estados UnidosFil: Volkow, N. D.. NIAAA Intramural Program; Estados Unido

    Pengintegrasian Kansei Engineering dan Customer Relationship Management untuk Meningkatkan Kualitas Layanan di Mall Ciputra World Surabaya

    Get PDF
    Saat ini dengan semakin berkembangnya pembangunan mall membuat banyak mall bersaing dalam memberikan pelayanan dan menyediakan fasilitas bagi para pengunjungnya. Tren abad ke-21 adalah hedonisme, kesenangan dan individualitas dimana tren ini mencoba mengambil alih aspek fungsi dari produk maupun jasa tersebut bukan merupakan hal pokok yang dicari konsumen. Konsumen mencari suatu produk atau jasa yang menawarkan nilai lebih dari fungsi tersebut. Suatu metode Kansei Engineering (KE) melihat sisi fisiologis dan emosional dari customer ketika melihat suatu objek. KE ini memiliki kemampuan yang kuat untuk menghadapi tren tersebut dan untuk mengakomodasi kebutuhan emosi pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan emosional pelanggan ke dalam parameter desain melalui rekayasa. Selain KE, Customer Relationship Management (CRM) juga ditujukan untuk memahami kebutuhan pelanggan sehingga dapat meningkatkan keuntungan Perusahaan dalam jangka panjang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi emosi konsumen saat datang dan mengunjungi mall tersebut, kondisi desain dan fasilitas layanan yang diberikan sekarang, dan mendapatkan suatu guideline yang dapat digunakan untuk membantu penyedia layanan mall dalam mendukung perbaikan secara terus menerus dalam CRM yang mereka terapkan. Untuk mendapatkan tujuan tersebut, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan wawancara kepada para pengunjung yang pernah mengunjungi Ciputra World (CW). Setelah itu, data hasil wawancara akan digunakan dan dikembangkan untuk dibuat kuisioner. Dari hasil kuisioner didapatkan profil responden, penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dari tiap atribut layanan (Service Quality) serta perasaan responden yang diwakilkan dalam Kansei Words. Setelah itu dilakukan analisis kuadran dari data atribut Service Quality yang sudah memiliki nilai tingkat kepentingan dan kepuasan untuk mengetahui atribut mana yang perlu diperbaiki. Data atribut ini selanjutnya juga diuji dengan uji regresi linier berganda untuk melihat hubungan yang signifikan antara atribut layanan dengan Kansei Words. Selain itu dilakukan juga uji regresi linier logistik kepada variabel loyalitas pelanggan yang terbagi dalam 4 bagian yaitu hardcore, softcore, shifting dan switcher beserta tingkat hubungannya dengan pelanggan untuk mengetahui pengaruhnya apakah signifikan dengan Kansei Words responden. Dari hasil uji linier berganda, didapatkan hanya lima belas (15) dari dua puluh tiga (23) atribut layanan yang berpengaruh terhadap Kansei Words responden. Selain itu, ke-lima belas (15) Kansei Words setelah diuji dengan loyalitas pelanggan dan tingkat hubungannya dengan pelanggan hanya terdapat lima Kansei Words yang signifikan. Kansei Words tersebut adalah “elegan” (p-value 0.037), “percaya” (p-value 0.034), “keren” (p-value 0.039), “luas” (p-value 0.037) dan “ingin tahu” (p-value 0.000). Prioritas perbaikan dilakukan dengan melihat gap yang paling negatif dan memiliki hubungan dengan Kansei Words dengan jumlah yang banyak. Jika jumlah Kansei Words sama, maka dilihat nilai gap yang paling negatif untuk lebih diutamakan perbaikannya. Perbaikan ini dilakukan pada atribut “Pelayanan yang diberikan tanpa membedakan status ”( gap -0.85), “Kecermatan karyawan mall seperti tukang parkir, cleaning service dan satpam dalam melayani pengunjung”( gap-0.63), “Kepekaan karyawan terhadap kebutuhan pengunjung”( gap-0.58), “Kenyamanan tempat parkir dan petunjuk parkir yang jelas”( gap -0.92), “Ketersediaan jenis makanan dan minuman yang ada di area foodcourt”( gap-0.75), “Event-event yang diadakan disana menarik ”( gap -0.32) dan “Penampilan karyawan rapi dan menarik”( gap -0.42). Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan adalah penanaman suatu kata dalam pikiran bahwa “Pembeli atau Pengunjung adalah Raja” dapat diberikan agar pengunjung dapat dilayani dengan baik dan merasa nyaman berbelanja di CW, mempercepat pembangunan lahan parkir yang baru dan memperhatikan segala hal dalam pembangunan ini sehingga tidak membahayakan pengunjung dan kendaraannya, memberikan petunjuk anak panah yang jelas arah menuju pintu masuk mall di area parkiran serta menyediakan stan-stan dan toko yang diinginkan oleh pengunjung

    A Scale-Explicit Framework for Conceptualizing the Environmental Impacts of Agricultural Land Use Changes

    Get PDF
    Demand for locally-produced food is growing in areas outside traditionally dominant agricultural regions due to concerns over food safety, quality, and sovereignty; rural livelihoods; and environmental integrity. Strategies for meeting this demand rely upon agricultural land use change, in various forms of either intensification or extensification (converting non-agricultural land, including native landforms, to agricultural use). The nature and extent of the impacts of these changes on non-food-provisioning ecosystem services are determined by a complex suite of scale-dependent interactions among farming practices, site-specific characteristics, and the ecosystem services under consideration. Ecosystem modeling strategies which honor such complexity are often impenetrable by non-experts, resulting in a prevalent conceptual gap between ecosystem sciences and the field of sustainable agriculture. Referencing heavily forested New England as an example, we present a conceptual framework designed to synthesize and convey understanding of the scale- and landscape-dependent nature of the relationship between agriculture and various ecosystem services. By accounting for the total impact of multiple disturbances across a landscape while considering the effects of scale, the framework is intended to stimulate and support the collaborative efforts of land managers, scientists, citizen stakeholders, and policy makers as they address the challenges of expanding local agriculture
    • 

    corecore