12 research outputs found

    Upaya Meningkatkan Keterampilan Mengarang Cerita Menggunakan Media Gambardalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas V SDN 2 Belangwetan Klaten Utara Tahun 2012/2013

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan dan mengetahui : (1) penerapan media gambar dalam keterampilan mengarang cerita, (2) peningkatan keterampilan mengarang cerita menggunakan media gambar di kelas V SDN 2 Belangwetan Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas V yang berjumlah 20 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes mengarang cerita dapat meningkatkan keterampilan mengarang cerita pada siswa kelas V SDN 2 Belangwetan Klaten. Sebelum diadakan PTK rata-rata mengarang cerita pada siswa sebesar 64,25. Rata -rata mengarang cerita pada siklus I sebesar 68,90. Rata-rata nilai mengarang cerita pada siklus II sebesar 79,10. Jika dilihat dari segi klasifikasi tingkat pencapaian skor nilai mengarang cerita sebelum PTK yang berkategori “baik” berjumlah 4 orang (20%), kategori cukup 10 orang (50%), dan kategori “kurang” 6 orang (30%). Pada siklus I nilai siswa yang berkategori “baik” 10 orang (50%), kategori cukup 10 orang (50%), sedangkan pada siklus II berkategori cukup 5 orang (25%), kategori baik 9 orang (45%), dan kategori baik sekali 6 orang (30%), untuk kategori kurang dan kurang sekali tidak ada

    Evaluation of chloroquine therapy for vivax and falciparum malaria in southern Sumatra, western Indonesia

    Get PDF
    BACKGROUND: Chloroquine was used as first-line treatment for Plasmodium falciparum or Plasmodium vivax in Indonesia before the initial launch of artemisinin combination therapy in 2004. A study to evaluate efficacies of chloroquine against P. falciparum and P. vivax was undertaken at Lampung in southern Sumatra, western Indonesia in 2002. METHODS: Patients infected by P. falciparum or P. vivax were treated with 25 mg/kg chloroquine base in three daily doses over 48 hr. Finger prick blood was collected on Days 0, 2, 3, 7, 14, 21 and 28 after starting drug administration. Whole blood chloroquine and its desethyl metabolite were measured on Days-0, -3 and -28, or on the day of recurrent parasitaemia. RESULTS: 42 patients infected by P. falciparum were enrolled, and 38 fullfilled criteria for per protocol analysis. Only six of 38 (16%) showed a response consistent with senstivity to chloroquine. 25 of 32 failures were confirmed resistant by demonstrating chloroquine levels on day of recurrence exceeding the minimally effective concentration (200 ng/mL whole blood). The 28-day cumulative incidence of resistance in P. falciparum was 68% (95% CI: 0.5260 - 0.8306). Thirty one patients infected by P. vivax were enrolled, and 23 were evaluable for per protocol analysis. 15 out of 23 (65%) subjects had persistent or recurrent parasitaemia. Measurement of chloroquine levels confirmed all treatment failures prior to Day-15 as resistant. Beyond Day-15, 4 of 7 recurrences also had drug levels above 100 ng/mL and were classified as resistant. The 28-day cumulative incidence of chloroquine resistance in P. vivax was 43% (95% CI: 0.2715 - 0.6384). CONCLUSION: These findings confirm persistantly high levels of resistance to chloroquine by P. falciparum in southern Sumatra, and suggest that high-grade and frequent resistance to chloroquine by P. vivax may be spreading westward in the Indonesia archipelago

    TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERKAWINAN BAGI WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI DESA MENANTI KECAMATAN KELEKAR KABUPATEN MUARA ENIM (Skripsi)

    Get PDF
    Skripsi ini merupakan tugas akhir dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syari’ah ( S,Sy ) pada fakultas syari’ah UNIVERSITAS ISLAM NEGERI Raden Fatah Palembang. Adapun yang menjadi pembahasan penulis adalah ‘’Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Perkawinan Bagi Wanita Hamil di Luar Nikah yang terjadi di Desa Menanti Kecamatan Kelekar Kabupaten Muara Enim’’ Melihat dari fakta sekarang, banyak wanita hamil di luar nikah, karena terlalu bebasnya pergaulan antara laki-laki dan wanita tanpa berpikir bagaimana jika sekiranya kehamilan sampai terjadi. Dalam hukum Islam orang yang melakukan hubungan seksual di luar nikah dihukumkan zina, jika seseorang wanita yang berbuat zina itu sampai hamil, maka para imam mazhab (Hanafi, Maliki, syafi’I dan Ahmad bin Hambal) berbeda pendapat, apakah wanita yang hamil di luar nikah akibat perbuatan zina itu boleh melangsungkan perkawinan dengan laki-laki yang menghamilinya atau dengan laki-laki lain ataukan tidak boleh. Penelitian ini menggunakan jenis data kwalitatif , dengan tehnik pengumpulan data yaitu : Observasi, interview, dan dokumentasi, penelitian ini dilakukan di lapangan Desa Menanti Kecamatan Kelekar Kabupaten Muara Enim. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan dengan memisahkan data yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti penulis, selanjutnya dilakukan pembahasan secara deskriftif, yaitu dengan menggambarkan dan menguraikan serta mengkaji persoalan penelitian secara tegas dan jelas terhadap Bagaimana pelaksanaan perkawinan bagi wanita hamil di luar nikah dalam adat Desa Menanti Kecamatan Kelekar kalau laki-laki dan perempuan melakukan zina maka mereka berdua harus di kenakan sanksi sebelum pelaksanaan perkawinannya ialah di arak di perkampungan dan setelah perkawinan dilaksanakan maka kedua pasangan tersebut harus membayar satu ekor kambing kepada masyarakat. Penggiringan dan poemberian kambing yang dilakukan oleh pasangan tersebut merupakan suatu adat yang sudah berkembang di tengah-tengah masyarakat Desa Menanti dari zaman dahulu hingga sekarang. Apabila ada yang melakukan perkawinan akibat zina setelah melkukan hubungan suami istri (zina) dan mengakibatkan hamil di luar nikah maka mereka harus di giring di perkampungan dan membayar denda satu ekor kambing (tekambing) pada saat acara sedekah sedusunan Desa Menanti yang diadakan setiap tahunnya melaksanakan sedekah dusunan disini ialah untuk (pembersih dusun) atau untu membuang sial dan balak dusun dari perbuatan kedua pasangan tersebu

    Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Studi Pada Industri Kerajinan Perak di Desa Pulo Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang),

    No full text
    Pemberdayaan merupakan upaya untuk mendorong, dan membangkitkan kesadaran yang dimiliki serta mengembangkannya. Pemberdayaan yang dilakukan memiliki tujuan yaitu tercapainya kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan Usaha kecil dan Menengah (UKM) dilakukan untuk menumbuh kembangkan usaha yang sehat, dan mampu berdaya saing. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian melalui penyerapan tenaga kerja. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pilar perekonomian daerah dan dapat menjadi salah satu potensi unggulan daerah. Desa Pulo Kecamtan Tempeh Kabupaten Lumajang menjadikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kerajinan perak sebagai potensi unggulan daerah. Sehingga peran pemerintah daerah harus ikut serta dalam mengembangkannya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada peran pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), upaya pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Penelitian ini dilakukan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lumajang dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kerajinan perak di Desa Pulo Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan analisis data dari Miles Huberman dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkn bahwa peranan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yaitu pemerintah sebagai entrepreneur, pemerintah sebagai koordinator, pemerintah sebagai fasilitator, pemerintah sebagai stimulator. Upaya pemerintah daerah dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) meliputi: Akses bantuan permodalan, pembinaan manajemen keuangan, pameran dan bantuan alat produksi. Faktor pendorong dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yaitu tenaga kerja dan kualitas produk yang sudah dikenal oleh masyarakat. Sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan modal, sumber daya manusia dari pembinaan teknis masih kurang, pendidikan pengrajin yang relatif rendah. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Peranan Pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada industri kerajinan perak di Desa Pulo Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang tidak berjalan dengan efektif dan belum dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Meskipun demikian, Pemerintah Daerah tetap berupaya dalam memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan

    Hubungan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Kota Palembang

    No full text
    Diarrhea was the number one case of death in baby 31.4%, childhood 25% and The fourth in all age groups 13.2%. South Sumatera precisely in Seberang Ulu II is a sub district that has highest rate of diarrhea disease one of the located in the working of Pembina health center were have that 979 cases. The purpose of this study was to association basic of sanitation (toilet quality, lay-stall and waste water disposal) related the incidence of diarrhea on childhood. This Research use propositional stratified accidental sampling (cross sectional) study design. The sample was mother that has children under five years old (0-59 month) and their were 52 respondent. The data analysis that was done bivariate and univariate data. Bivariate analysis used Chi square test. The result showed that there was significant correlation between toilet quality (ρ value 0.004 ; OR 7; 95% Cl 2.012-24.358), laystall (ρ value 0.000;OR 13; 95% Cl 3,005-56,236) and waste water disposal  (ρ value 0.000; OR 15,75; 95% Cl 3,601- 68,884) with diarrhea childhood. The conclusion that the distribution of the incidence of diarrhea was 15,75% and from all variable there was significant correlation with diarrhea in childhood. We suggest making latrines/toilet, constructing a simple covered  garbage dumps and repair or making waste water disposal and optimizing environmental health socialization programs, namely prevention and control of disease.
    corecore