21 research outputs found
PENGARUH PERPUTARAN KAS DAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE PADA BEI 2016-2018
Upaya peningkatan perusahaan dapat dilakukan dengan rentabilitas ekonomi yang merupakan alat ukur modal perusahaan dalam menghasilkan laba dianggap cara yang tepat. Pada dasarnya, perusahaan diarahkan mendapat rentabilitas maksimal karena adanya pesaingan yang semakin sengit dalam memenangkannya. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur rentabilitas ekonomi pada penelitian ini adalah perputaran kas dan perputaran persediaan. Misinya untuk mengenali pengaruh perputaran kas dan persediaan pada perusahaan Food and Beverage. Pengumpulan data laporan perusahaan menggunakan metode dokumentasi. Dengan purposive sampling, 11 perusahaan sebagai sampel penelitian menunjukkan perputaran kas dan persediaan tidak signifikan terhadap rentabilitas ekonomi perusahaan Food and Beverage pada BEI 2016- 2018
PENGARUH METODE LOCI TERHADAP KEMAMPUAN MENGINGAT PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD
Memorizing has become part of students’ study activities in learning. As the learning program is getting harder for primary students, they have got difficulties for maintaining what they see and hear for long time. Method of loci is known as one of mnemonic method that helps student to memorize. Method of loci is a memorizing technique which we can associate the words with familiar places. The method in this research is experimental research with between subject designs. The sample of this research is two groups of fifth grade students. Experimental group was taught by method of loci and control group was taught by reading to memorize the science learning subject. The ability to memorize was measured by giving the achievement test to students. Data was analyzed by Mann- whitney, the results revealed p = 0,0337 (p < 0,05), the experiment group memorize better than the control group. This meant teaching science with method of loci can help students to memorize the learning content better than reading. Keywords: Method of Loci, Memorizing Ability, Learning, Fifth Grade Student
El incumplimiento de las normas migratorias en el Perú y la generación de problemas sociales en la población
La presente tesis tiene como objetivo general: analizar si el incumplimiento de
las normas migratorias en el Perú genera problemas sociales en la población. El
tipo de investigación que se utilizó fue de tipo básica, descriptiva con diseño
transversal no experimental, empleando el método de la teoría fundamentada, y
bajo un enfoque cualitativo. Para la obtención de los resultados se aplicó la
entrevista a 4 especialistas en derecho migratorio y 4 efectivos policiales que se
encuentran directamente vinculados con el problema de estudio.
Consecuentemente, se elaboró el análisis documental sobre el tratamiento
jurídico que recibe las normas migratorias en la legislación peruana.
Con los resultados, se concluyó que el incumplimiento de las normas migratorias
en el Perú si genera problemas sociales en la población, esto se debe a la falta
de compromiso y planificación estratégica por parte del Estado y de las
autoridades de cada región, en la implementación y aplicación de las leyes
migratorias, así como el no contar con personal humano y logístico suficiente
para el control adecuado en los puestos fronterizos, contribuyendo que con estas
deficiencias no se realice un control eficaz y se genere problemas sociales como
la delincuencia y el desempleo en nuestro país
Interplay between genetic predisposition, macronutrient intake and type 2 diabetes incidence: analysis within EPIC-InterAct across eight European countries.
AIMS/HYPOTHESIS: Gene-macronutrient interactions may contribute to the development of type 2 diabetes but research evidence to date is inconclusive. We aimed to increase our understanding of the aetiology of type 2 diabetes by investigating potential interactions between genes and macronutrient intake and their association with the incidence of type 2 diabetes. METHODS: We investigated the influence of interactions between genetic risk scores (GRSs) for type 2 diabetes, insulin resistance and BMI and macronutrient intake on the development of type 2 diabetes in the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC)-InterAct, a prospective case-cohort study across eight European countries (N = 21,900 with 9742 incident type 2 diabetes cases). Macronutrient intake was estimated from diets reported in questionnaires, including proportion of energy derived from total carbohydrate, protein, fat, plant and animal protein, saturated, monounsaturated and polyunsaturated fat and dietary fibre. Using multivariable-adjusted Cox regression, we estimated country-specific interaction results on the multiplicative scale, using random-effects meta-analysis. Secondary analysis used isocaloric macronutrient substitution. RESULTS: No interactions were identified between any of the three GRSs and any macronutrient intake, with low-to-moderate heterogeneity between countries (I2 range 0-51.6%). Results were similar using isocaloric macronutrient substitution analyses and when weighted and unweighted GRSs and individual SNPs were examined. CONCLUSIONS/INTERPRETATION: Genetic susceptibility to type 2 diabetes, insulin resistance and BMI did not modify the association between macronutrient intake and incident type 2 diabetes. This suggests that macronutrient intake recommendations to prevent type 2 diabetes do not need to account for differences in genetic predisposition to these three metabolic conditions
Faktor Penghambat dan Pendorong Aktivitas Resell Hand Phone Bekas Dari Prespektif Seller dan Customer (Case study: Sentra HP Kota Tangerang)
Data kementrian lingkungan hidup jumlah limbah elektronik Indonesia pada tahun 2021 mencapai 2 juta ton. Salah satu peralatan elektronik yang menyebabkan peningkatan limbah adalah handphone. Indonesia merupakan pengguna Handphone terbanyak ke tiga di dunia. Menurut European Economic and Social Committee angka penggunaan handphone akan meningkat sebesar 90% pada tahun 2023. Total limbah elektronik yang cukup tinggi berdampak pada risiko paparan racun dan pencemaran lingkungan, oleh karena itu limbah elektronik menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan mengakselerasi model circular economy. Resell (jual beli handphone bekas) merupakan salah satu upaya untuk mengelola waste. Pendekatan ini merupakan langkah awal proses recovery dalam mengadopsi model circular economy. Resell secara tidak langsung telah memperpanjang life cycle product, memberikan peluang kerja dan pemasukan tambahan. Meskipun aktivitas resell handphone bekas merupakan upaya yang baik dalam mengatasi persoalan electronic waste namun berdasarkan hasil survei pendahuluan pada sentra perdagangan mall x kota Tangerang, lima dari delapan orang penggunjung mengeluhkan harga handphone yang tidak terstandarisasi sehingga menimbulkan kesulitan bagi konsumen yang akan membeli handphone bekas. Berbeda dengan konsumen, seller handphone bekas mengeluhkan sulitnya memperoleh handphone yang hendak dipasarkan. Hal ini berarti aktivitas reuse melalui jual beli handphone bekas merupakan upaya mempercepat transisi circular economy, namun aktivitas ini masih perlu untuk dioptimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong (drivers) dan faktor penghambat (barriers) dalam aktivitas resell. Hasil perhitungan metode TOPSIS menunjukkan faktor pendorong dominan adalah product warranty dan high demand, sedangkan penghambat dominan yaitu Buy new mentality dan Supply tidak stabil
Proses pengolahan permen bontea green tea di PT. Agel Langgeng Beji-Pasuruan
PT. Agel Langgeng merupakan salah satu perusahaan pangan di Indonesia yang memproduksi permen, berdiri sejak 1991 di Bekasi dan 2003 di Pasuruan. Produk permen yang dibuat telah didistribusikan baik di dalam maupun di luar negeri. Permen Bontea Green Tea merupakan salah satu permen keras yang diproduksi oleh PT. Agel Langgeng, berbentuk bulat pipih dengan warna kecoklatan, kenampakan jernih dan memiliki aroma serta rasa khas teh. Permen Bontea Green Tea dikemas dalam kemasan pillow pack dengan berat 2,8 gram tiap kemasan dan berwarna hijau yang menunjukkan karakteristik dari daun teh. Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan (PKIPP) di PT. Agel Langgeng dilaksankan pada tanggal 08 Desember 2014 sampai dengan 19 Desember 2014. Pelaksanaan PKIPP dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi pengamatan kegiatan produksi di lokasi pabrik dan wawancara sehubungan dengan pabrik dan jalannya proses produksi. Metode tidak langsung meliputi pengumpulan data dan materi melalui literatur. PT. Agel Langgeng terletak di jalan Kabupaten Desa Cangkringmalang, Beji- Pasuruan. PT. Agel Langgeng berbentuk perseroan terbatas dengan struktur organisasi Lini dan Staff dan memiliki 375 pekerja. Proses produksi permen dilakukan secara kontinyu selama 24 jam yang terbagi menjadi 3 shift dengan jam kerja 8 jam sehari untuk setiap shift. Tahapan proses pembuatan permen yaitu persiapan, penimbangan, pencampuran, homogenisasi dengan dissolver, penampungan pada reservoir tank, pemasakan, penambahan flavor, injeksi, pendinginan, pelepasan dari cetakan, wrapping dan packaging. Sanitasi dan pengawasan mutu dilakukan terhadap bahan baku, bahan pembantu dan produk akhir selama, sebelum, saat dan akhir proses produksi
Proses pengolahan permen bontea green tea di PT. Agel Langgeng Beji-Pasuruan
PT. Agel Langgeng merupakan salah satu perusahaan pangan di Indonesia yang memproduksi permen, berdiri sejak 1991 di Bekasi dan 2003 di Pasuruan. Produk permen yang dibuat telah didistribusikan baik di dalam maupun di luar negeri. Permen Bontea Green Tea merupakan salah satu permen keras yang diproduksi oleh PT. Agel Langgeng, berbentuk bulat pipih dengan warna kecoklatan, kenampakan jernih dan memiliki aroma serta rasa khas teh. Permen Bontea Green Tea dikemas dalam kemasan pillow pack dengan berat 2,8 gram tiap kemasan dan berwarna hijau yang menunjukkan karakteristik dari daun teh. Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan (PKIPP) di PT. Agel Langgeng dilaksankan pada tanggal 08 Desember 2014 sampai dengan 19 Desember 2014. Pelaksanaan PKIPP dilakukan dengan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung meliputi pengamatan kegiatan produksi di lokasi pabrik dan wawancara sehubungan dengan pabrik dan jalannya proses produksi. Metode tidak langsung meliputi pengumpulan data dan materi melalui literatur. PT. Agel Langgeng terletak di jalan Kabupaten Desa Cangkringmalang, Beji- Pasuruan. PT. Agel Langgeng berbentuk perseroan terbatas dengan struktur organisasi Lini dan Staff dan memiliki 375 pekerja. Proses produksi permen dilakukan secara kontinyu selama 24 jam yang terbagi menjadi 3 shift dengan jam kerja 8 jam sehari untuk setiap shift. Tahapan proses pembuatan permen yaitu persiapan, penimbangan, pencampuran, homogenisasi dengan dissolver, penampungan pada reservoir tank, pemasakan, penambahan flavor, injeksi, pendinginan, pelepasan dari cetakan, wrapping dan packaging. Sanitasi dan pengawasan mutu dilakukan terhadap bahan baku, bahan pembantu dan produk akhir selama, sebelum, saat dan akhir proses produksi
Perencanaan pabrik pengolahan permen keras teh dengan kapasitas 3,15 ton permen per hari
Permen merupakan salah satu produk pangan yang digemari oleh seluruh golongan usia, terutama dari kalangan anak-anak karena rasanya yang manis. Permen dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu Hard Candy, Soft Candy, serta Gum Candy. Salah satu jenis permen yang paling banyak beredar saat ini adalah permen keras (hard candy). Permen keras merupakan permen yang memiliki tekstur keras, memiliki kenampakan mengkilat dan bening. Salah satu bentuk diversivikasi produk permen yaitu dengan cara menambahkan ekstrak teh. Inovasi permen terutama permen keras (hard candy) dan teh ini dapat menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.
Dalam perencanaan pendirian pabrik permen keras teh, perlu dilakukan evaluasi baik secara dari segi teknis maupun ekonomis. Analisa yang dilakukan dari segi teknis meliputi pemilihan lokasi pabrik, tata letak pabrik dan peralatan, utilitas, bahan baku meliputi pemilihan pengolahan dan bahan pembantu serta proses produksi. Evaluasi segi ekonomis meliputi nilai ROR, POP dan BEP. Pabrik permen keras teh ini direncanakan berlokasi di Jl. Surabaya Malang Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur. Kapasitas pabrik yang direncanakan adalah mengolah 3,15 ton permen keras teh per hari. Perusahaan berbentuk PT tertutup dengan struktur organisasi garis (lini), jumlah karyawan 38 orang dan jam kerja 21 jam per hari. Jumlah hari kerja per bulan adalah 22 hari. Utilitas yang digunakan meliputi air PDAM sebesar 136,004 m3/bulan, listrik sebesar 11.780,6876 kWh/bulan, dan solar sebesar 470,68 liter/bulan. Perhitungan analisa ekonomi menunjukkan, pendirian pabrik permen keras teh ini membutuhkan modal sebesar Rp 13.616.439.560 yang terdiri dari 80% modal sendiri dan 20% kredit dari bank. Besar ROR sebelum pajak adalah 31,92% dan sesudah pajak adalah 22,47%. POT sebelum pajak adalah 2,8 tahun dan sesudah pajak adalah 3,8 tahun. Besar BEP (Break Event Point) adalah 47,54%. Pabrik permen keras teh ini layak untuk didirikan baik dari segi ekonomis maupun segi teknis
Effectiveness of an educational nursing intervention on caring ability and burden in family caregibers of patients with chronic non-communicable diseases.: A preventive randomized controlled clinical trial
AbstractObjective. To evaluate the effect of the “Caring for Caregivers” program in the caring ability and burden in family caregivers of patients with chronic diseases at health care institutions. Methods. A randomized controlled clinical trial was conducted in 34 relatives of patients with chronic diseases that had cared for them for more than 3 months. Zarit scale was used to measure caregiver burden and the CAI (Caring Ability Inventory) was also used to measure caring ability. An educational intervention was applied based on the “Caring for Caregivers” strategy of the Universidad Nacional de Colombia.Results. Although both groups improved their percentage of unburdened caregivers from the first to the second assessment, the difference between the two assessments was 41.2% in the intervention group whereas it was 11.8% in the control group, being only statistically significant the difference for the intervention group. Regarding the caring ability, no significant changes were identified in both groups.Conclusion. On family caregivers, it was observed that the “Caring for Caregivers” intervention had a positive impact on decreasing burden, but not on improving the caring ability. Descriptors: noncommunicable diseases; chronic disease; caregivers; control groups; clinical trial.Objetivo. Avaliar o efeito do programa “Cuidando a Cuidadores” na habilidade do
cuidado e a carga dos cuidadores familiares de pessoas com doenças crônica que
frequentam a uma instituição de saúde. Métodos. Ensaio controlado randomizado,
realizado em 34 familiares de pessoas com doenças crônica que os tiveram cuidado
por mais de 3 meses. Se utilizaram as escalas de ZARIT para medir a sobrecarga do
cuidador e o CAI (Caring Ability Inventory) para medir a habilidade do cuidado. Se
aplicou uma intervenção educativa baseada na estratégia “cuidando a cuidadores”
da Universidade Nacional de Colômbia. Resultados. Embora ambos grupos
melhoraram na porcentagem de cuidadores sem sobrecarga da primeira à segunda
avaliação, no grupo de intervenção a diferença entre os dois momentos de avaliação
é de 41.2%, enquanto que no grupo controle é de 11.8%, sendo unicamente
estatisticamente significante esta diferença para o grupo de intervenção. Na
habilidade do cuidado não se identificaram câmbios significativos nos dos grupos.
Conclusão. Nos cuidadores familiares se apreciou que a intervenção “cuidando aos
cuidadores” apresentou impacto positivo em diminuição da sobrecarga, mas não na
melhora da habilidade de cuidado.Objetivo. Evaluar el efecto del programa “Cuidando a Cuidadores” en la habilidad
del cuidado y la carga de los cuidadores familiares de personas con enfermedad
crónica que asisten a una institución de salud. Métodos. Ensayo clínico controlado
randomizado, realizado en 34 familiares de personas con enfermedad crónica que
los hubieran cuidado por más de 3 meses. Se utilizaron las escalas de ZARIT para
medir la sobrecarga del cuidador y el CAI (Caring Ability Inventory) para medir la
habilidad del cuidado. Se aplicó una intervención educativa basada en la estrategia
“cuidando a cuidadores” de la Universidad Nacional de Colombia. Resultados.
Aunque ambos grupos mejoraron en el porcentaje de cuidadores sin sobrecarga de la
primera a la segunda evaluación, en el grupo de intervención la diferencia entre los
dos momentos de evaluación fue de 41.2%, mientras que en el grupo control fue de
11.8%, estadísticamente significante la diferencia para el grupo de intervención. En
la habilidad del cuidado no se identificaron cambios significativos en los dos grupos.
Conclusión. En los cuidadores familiares se apreció que la intervención “cuidando a
los cuidadores” presentó impacto positivo en disminución de la sobrecarga, pero no
en la mejora de la habilidad de cuidado
Recommended from our members
Interplay between genetic predisposition, macronutrient intake and type 2 diabetes incidence: analysis within EPIC-InterAct across eight European countries.
AIMS/HYPOTHESIS: Gene-macronutrient interactions may contribute to the development of type 2 diabetes but research evidence to date is inconclusive. We aimed to increase our understanding of the aetiology of type 2 diabetes by investigating potential interactions between genes and macronutrient intake and their association with the incidence of type 2 diabetes. METHODS: We investigated the influence of interactions between genetic risk scores (GRSs) for type 2 diabetes, insulin resistance and BMI and macronutrient intake on the development of type 2 diabetes in the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC)-InterAct, a prospective case-cohort study across eight European countries (N = 21,900 with 9742 incident type 2 diabetes cases). Macronutrient intake was estimated from diets reported in questionnaires, including proportion of energy derived from total carbohydrate, protein, fat, plant and animal protein, saturated, monounsaturated and polyunsaturated fat and dietary fibre. Using multivariable-adjusted Cox regression, we estimated country-specific interaction results on the multiplicative scale, using random-effects meta-analysis. Secondary analysis used isocaloric macronutrient substitution. RESULTS: No interactions were identified between any of the three GRSs and any macronutrient intake, with low-to-moderate heterogeneity between countries (I2 range 0-51.6%). Results were similar using isocaloric macronutrient substitution analyses and when weighted and unweighted GRSs and individual SNPs were examined. CONCLUSIONS/INTERPRETATION: Genetic susceptibility to type 2 diabetes, insulin resistance and BMI did not modify the association between macronutrient intake and incident type 2 diabetes. This suggests that macronutrient intake recommendations to prevent type 2 diabetes do not need to account for differences in genetic predisposition to these three metabolic conditions