82 research outputs found

    PERILAKU PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PERKOTAAN MENURUT POLA AKTIVITAS (STUDI KASUS KOTA SURAKARTA)

    Get PDF
    Pada umumnya model pemilihan moda berbasis rumah (homebased) dikembangkan untuk perjalanan dari rumah ke tempat tujuan tertentu secara one way trip dan tanpa memperhatikan terjadinya suatu persinggahan atau intermediate stop di antara tempat asal dan tujuan (direct travel). Studi ini dikembangkan untuk menjawab pertanyaan penelitian apakah perilaku pemilihan moda untuk melakukan aktivitas dengan maksud bekerja, sekolah, atau lainnya, yang selama ini didasarkan pada atribut pelayanan moda dan atribut sosioekonomi dari pengguna, juga dipengaruhi oleh pola aktivitasnya yang direpresentasikan oleh waktu saat melakukan perjalanan dan pola perjalanan yang dilakukan yakni apakah terdapat kegiatan antara (intermediate stop) atau tidak. Upaya untuk menjawab pertanyaan itu adalah dengan membangun model pemilihan moda dengan memperhatikan pola aktivitasnya, yang meliputi tinjauan pola perjalanannya yakni apakah terdapat kegiatan antara (intermediate stop) atau tidak, kemudian tinjauan terhadap kombinasi pola perjalanan dengan waktu saat melakukan perjalanan, dan pola perjalanan dengan memperhatikan asal tujuan tertentu. Adanya pengaruh atau tidak dapat diketahui melalui perubahan utilitas moda relatif terhadap base mode dan perubahan nilai waktu antara pelaku perjalanan langsung dan tidak langsung. Dari pengembangan model pemilihan moda menurut pola perjalanannya secara umum diperoleh temuan bahwa nilai utilitas moda angkutan umum relatif terhadap base mode, adalah yang paling rendah, baik dalam persepsi pelaku perjalanan langsung maupun tidak langsung. Lebih dari itu dalam persepsi pelaku perjalanan tidak langsung, perbedaan nilai utilitas itu menjadi lebih lebar dibandingkan dengan persepsi pelaku perjalanan langsung. Temuan lain yang diperoleh dari pengembangan model ini adalah bahwa sepeda motor adalah moda dengan utilitas yang paling tinggi (superior). Sekalipun kedua tipe pelaku perjalanan langsung dan tidak langsung memandang sepeda motor sebagai moda yang paling preferable, namun bagi pelaku perjalanan tidak langsung perbedaan nilai utilitas sepeda motor terhadap moda lainnya jauh lebih besar daripada pelaku perjalanan langsung. Moda mobil, sebagaimana moda sepeda motor, juga memiliki perbedaan nilai utilitas terhadap moda lainnya yang lebih tinggi bagi pelaku perjalanan tidak langsung dibandingkan pelaku perjalanan langsung. Namun demikian hal sebaliknya terjadi pada model dengan Choice Set 3 (1,2,3) untuk maksud gabungan dan waktu keberangkatan puncak pagi. Sekalipun mobil masih lebih preferable daripada base mode yang dalam hal ini angkutan umum, bagi pelaku perjalanan tidak langsung perbedaan nilai utilitas mobil terhadap angkutan umum lebih rendah daripada pelaku perjalanan langsung. Dari pengembangan model pemilihan moda menurut asal tujuan khusus, diperoleh temuan yang khas pada perilaku moda angkutan umum. Pada pergerakan intrazona, menurut pelaku perjalanan langsung utilitas moda angkutan umum lebih besar daripada sepeda. Namun bagi pelaku perjalanan tidak langsung, berlaku sebaliknya yakni utilitas sepeda lebih besar daripada angkutan umum. Sedangkan pada pergerakan antarzona, utilitas moda angkutan umum bagi kedua jenis pelaku perjalanan adalah lebih tinggi dari base mode. Namun demikian bagi pelaku perjalanan tidak langsung, sekalipun moda angkutan umum masih lebih preferable daripada sepeda, tetapi perbedaan nilai utilitasnya lebih kecil atau lebih sempit, dibandingkan dengan persepsi pelaku perjalanan langsung. Diduga perbedaan perilaku pergerakan intrazona dan antarzona adalah karena faktor jarak. Pergerakan di dalam satu zona relatif pendek, sehingga pergerakan dengan moda sepeda sangat mungkin dilakukan dengan mudah. Sepeda lebih fleksibel digunakan untuk melakukan perjalanan tidak langsung daripada angkutan umum, sehingga moda sepeda menjadi lebih preferable dalam persepsi pelaku perjalanan tidak langsung. Sementara pada pergerakan antarzona yang jaraknya relatif jauh, penggunaan moda sepeda menjadi kurang efektif dilakukan. Di sisi lain penggunaan angkutan umum untuk melakukan perjalanan tidak langsung adalah tidak fleksibel. Diduga sebenarnya orang lebih suka menggunakan sepeda karena lebih fleksibel untuk melakukan perjalanan tidak langsung, namun demikian karena karakteristik sepeda yang membutuhkan effort yang lebih tinggi untuk perjalanan jauh, akhirnya digunakan angkutan umum. Secara umum diperoleh temuan bahwa orang yang melakukan perjalanan langsung dan tidak langsung memandang suatu moda yang sama dengan nilai utilitas yang berbeda. Sekalipun utilitas moda mobil, sepeda motor, dan sepeda lebih tinggi terhadap moda angkutan umum, dalam persepsi kedua tipe pelaku perjalanan, namun bagi pelaku perjalanan tidak langsung perbedaan utilitas moda-moda tersebut (terhadap moda angkutan umum) jauh lebih lebar daripada pelaku perjalanan langsung. Demikian pula dalam pandangan terhadap nilai waktu, orang yang melakukan perjalanan langsung dan tidak langsung memiliki persepsi yang berbeda terhadap besaran biaya yang rela dikeluarkan untuk penghematan waktu. Sebagian besar pelaku perjalanan tidak langsung bersedia membayar dengan rupiah yang lebih tinggi untuk satuan waktu tempuh yang sama daripada pelaku perjalanan langsung. Temuan penting ini telah menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, bahwa pengaruh pola aktivitas mempengaruhi perilaku pemilihan moda. Kata kunci: pemilihan moda, pola aktivitas, fungsi utilitas, perjalanan langsung, perjalanan tidak langsung

    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK LAPANGAN TERBIMBING

    Get PDF
    Praktik Lapangan Terbimbing (PLT) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil dan ditempuh oleh mahasiswa setiap jurusan kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk mendapatkan secara langsung pengalaman dari penerapan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan. Pelaksanaan kegiatan PLT dilaksanakan di sekolah atau lembaga yang sudah ditentukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga pendidik maupun kependidikan dilembaga tersebut. Pada program PLT UNY tahun 2017, dari prodi teknologi pendidikan merambah ke salah satu ujung tombak pendidikan yaitu sekolah yang berlokasi kecamatan Bantul, kabupaten Bantul, tepatnya di SD 1 Trirenggo. Pelaksanaan PLT di SD 1 Trirenggo dilaksanakan selama 2 bulan terhitung dari tanggal 15 September sampai 15 November 2017. Program PLT ini memiliki tujuan memberikan pengalaman secara langsung kepada mahasiswa dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapatkan dibangku perkuliahan didalam dunia kerja. Selain itu, mahasiswa diharapkan mampu menggali berbagai ilmu yang terdapat di sekolah atau lembaga masing-masing sebagai bekal dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Pelaksanaan PLT diawali dengan melakukan observasi lembaga sesuai dengan ranah keilmuan prodi Teknologi Pendidikan salah satunya yaitu sekolah. Sekolah merupakan instansi pendidikan yang dijadikan tempat pelaksanaan PLT dikarenakan kesesuaian dengan prodi teknologi pendidikan seperti penyusunan RPP dan pelaksanaannya, metode dan model pembelajaran dan pengelolaan sumber belajar yang meliputi media, alat peraga, bahan ajar maupun pusat sumber belajar seperti perpustakaan dan laboratorium. Selanjutnya adalah tahap pelaksanaan PLT di SD 1 Trirenggo yang dilaksanakan sesuai dengan ranah kerja prodi teknologi pendidikan yaitu lebih fokus pada tenaga kependidikan dibandingkan tenaga pendidik dengan menerapkan ilmu pada pengelolaan sumber belajar seperti media dan alat peraga serta pengelolaan pusat sumber belajar seperti perpustakaan dan laboratorium. Mahasiswa teknologi pendidikan terdiri dari 5 orang yang membagi tugas sesuai dengan kebutuhan di sekolah yaitu pengelolaan laboratorium, pengelolaan perpustakaan, pengelolaan fisik kelas, pelatihan powerpoint serta pelatihan model-model pembelajaran. Sedangkan program kelompok yaitu kelas hidroponik, pembuatan madding dan pelaksanaan classmeeting. Kegiatan PLT yang dilaksanakan berjalan lancar berkat bantuan berbagai pihak antara lain Dosen Pembimbing Lapangan, Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan, Siswa, dan seluruh warga sekolah

    Pemilihan Moda Angkutan Penumpang Perkotaan Berbasis Aktivitas

    Full text link
    Traveling decision was part of activity scheduling process which to be basis of activity demand modeling. In activity-based modeling, traveling was defined as movement with sequential process concentrating to through segments starting from home and back to home which more realistic than old model, trip based which used by four stages model. Using this approach model, the transport passenger modal split which was usually done by the people are analyzed in order to answer why recently the use of motorcycle was increased in number. The proportion of motorcycle which was increased in composition of roadway traffic reflect to the condition of modal split which done by the people from the available mode. Modal split was conditional decision on choosing decision in previous level, i.e. pattern of acitivity, time of the day, destintion and number of stop. The results of this study was expected to provide detail description of variables which were very influence to transportation modal split process

    PENDETEKSIAN POTENSI FAKTOR RISIKO TINGGI KESEHATAN JEMAAH HAJI MENGGUNAKAN ALGORITMA KLASIFIKASI DATA MINING

    Get PDF
    Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 15 tahun 2016, Ibadah haji adalah ibadah fisik, oleh karena itu Jemaah Haji dituntut mampu secara fisik dan rohani, sehingga dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik dan lancar. Berkaitan dengan kondisi tersebut ilmu data mining diperlukan untuk mengklasifikasi pendeteksian potensi faktor risiko tinggi kesehatan Jemaah Haji. Model klasifikasi yang digunakan bertujuan untuk memperoleh akurasi yang tepat dalam pendeteksian potensi faktor risiko tinggi kesehatan Jemaah Haji. Dataset yang digunakan adalah dataset pemeriksaan kesehatan Jemaah Haji. Berdasarkan perhitungan confusion matrix yaitu accuracy, precision, recall dan AUC. Hasil penelitian membuktikan bahwa algoritma klasifikasi whitebox mampu memberikan klasifikasi yang baik dalam upaya pengendalian faktor risiko tinggi bagi kesehatan Jemaah Haji

    SIMULATOR KENDALI KURSI RODA MENGGUNAKAN SENSOR FLEX WIRELESS BERBASIS MIKROKONTROLER

    Get PDF
    Perkembangan teknologi elektronik dalam bidang medis sangat diperlukan, khususnya pada alat bantu. Salah satunya kursi roda, kursi roda elektrik merupakan kursi roda yang dapat dikendalikan oleh penggunanya. Tujuan pembuatan Simulator Kendali Kursi Roda Menggunakan Sensor Flex Wireless Berbasis Mikrokontroler adalah: (1) merealisasikan dan merancang simulator kendali kursi roda menggunakan wireless flex sensor berbasis mikrokontroler, (2) mengimplementasikan simulator kendali kursi roda menggunakan wireless flex sensor berbasis mikrokontroler, (3)mengetahui unjuk kerja perangkat keras dan perangkat lunak serta seluruh sistem yang bekerja di simulator kendali kursi roda. Perancangan dan pembuatan simulator kendali kursi roda menggunakan sensor flex wireless ini terdiri dari beberapa tahap dari tahap identifikasi kebutuhan, analisis kebutuha, perancangan rangkaian, perancangan sistem, pembuatan alat, listing program, pengujian alat dan evaluasi. Alat ini menggunakan dua jenis arduino, arduino nano sebagai rangkaian transmitter, dan rangkaian flex sensor sebagai kendali sedangkan arduino uno sebagai receiver sekaligus pengendali gerak kursi. Komunikasi data menggunakan RF 433Mhz, driver L298N sebagai pengendali putaran dna kecepatan motor DC, motor DC sebagai penggerak utama, dan semua sistem disupali menggunakan baterai LI-Ion. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, arduino nano dapat mengirim data dari nilai ADC sensor flex ke arduino uno menggunakan modul RF 433Mhz. Data yang sudah terkirim diolah di arduino uno dan melanjutkan perintah ke driver motor L298N untuk menggerakkan motor. Sensor ultrasonik berfungsi sebagai pengaman bagian depan dan belakang kursi roda dengan nilai error pembacaan terbesar 2,2% serta indikator berupa suara yang dihasilkan oleh buzzer dapat aktif. Sistem keseluruhan sudah bekerja sesuai fungsinya

    Rancang Bangun Pemanas Induksi dengan Metode Multiturn Helical Coil

    Get PDF
    Pemanas induksi merupakan sumber renewable energy di bidang pemanasan baik itu logam ataupun yang lainnya. Keunggulan dari pemanasan induksi ini adalah lebih ramah lingkungan karena tidak memiliki gas buang dan sisa sampah pembakaran. Dalam penelitian ini penulis membuat sebuah pemanas induksi dengan menggunakan metode multiturn helical coil. Metode multiturn helical coil merupakan sebuah metode yang membuat kumparan kerja dibuat secara melingkar ke arah vertikal. Metode ini banyak digunakan untuk memanaskan sebuah logam. Dalam pengujian ini volume dari material yang diuji sama yaitu sekitar 35,4 cm3. Setelah dilakukannya pengujian, didapat hasil konsumsi daya untuk memanaskan sebuah benda hingga suhu 100 °C adalah 120 watt dengan daya dari catu daya 10 A, 12 VDC. Konsumsi daya tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan produk sejenis yaitu kompor induksi yang ada di pasaran dengan suhu untuk memasak sekitar 100 °C memiliki konsumsi daya 300 watt hingga 1000 watt

    Penerapan Metode Topsis dalam Sistem Pendukung Keputusan Pemenang pada Soedirman Creativity Competition

    Get PDF
    Sistem Pendukung Keputusan (SPK) metode TOPSIS merupakan salah satu dari sistem pendukung keputusan yang mampu memecahkan masalah secara efisien, efektif dan mudah dimengerti. Pada penelitian ini, metode TOPSIS diaplikasikan untuk SPK penentuan pemenang di ajang kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Metode TOPSIS dipilih karena konsep yang sederhana, mudah dipahami, komputasinya efisien dan memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari setiap alternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana. Atribut yang digunakan berupa Pemaparan, Kreativitas, dan Diskusi. Pengujian metode TOPSIS dilakukan dengan cara membandingkan hasil peringkat ajang kompetisi PKM dari perhitungan secara manual (data riil) dan perhitungan yang menggunakan metode TOPSIS pada program VBA Excel. Diperoleh perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode TOPSIS memiliki persentase kesamaan 90% hingga 100% dengan perhitungan yang dilakukan secara manual (data riil). Dengan demikian, metode TOPSIS dapat dijadikan alternatif dalam SPK Pemenang di Ajang Kompetisi PKM
    • …
    corecore