9 research outputs found

    PEMBINAAN KARAKTER MANDIRI DAN PEDULI SOSIAL BERBASIS BOARDING SCHOOL

    Get PDF
    Pendidikan IPS mengemban tugas penting berupa membentuk karakter peserta didik dan merupakan tujuan Pendidikan IPS untuk membentuk karakter mandiri dan peduli sosial. Boarding School menjadi salah satu pembinaan karakter yang berdampak signifikan bagi kehidupan peserta didik, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam sebuah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengunggap dan mengetahui secara mendalam tentang realitas karakter mandiri dan peduli sosial peserta didik, proses pembinaan karakter mandiri dan peduli sosial, faktor-faktor penunjang dan penghambat, peran dan upaya pihak sekolah dalam pembinaan. Penelitian ini dilakukan di SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan data yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini terungkap bahwa: 1) Realitas karakter peserta didik dilihat dari sikap dan perilakunya cukup baik. SMP Daarut Tauhiid Boarding School menerapkan karakter mandiri dan peduli sosial dengan berbagai kegiatan. 2) Proses pembinaan dilakukan melalui pembelajaran IPS di kelas, kegiatan di sekolah dan di boarding school, melalui jadwal rutinan harian, kegiatan pembiasaan rutinan, kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan, ektrakulikuler dan tata tertib sekolah. 3) Faktor-faktor pendukung internal berupa kesadaran diri peserta didik, sedangkan ekternalnya berupa dukungan orang tua, sinergitas civitas sekolah, sarana prasarana, pakar bidang tertentu, banner tata tertib ditia dinding sekolah sebagai pengingat, pengangkatan tema karakter bulanan, pendekatan personal kepada peserta didik. Faktor-faktor penghambat internal adalah jiwa egois yang masih anak anak dan kurangnya kekonsistenan pihak sekolah menetapkan tata tertib, sedangkan untuk eksternalnya orang tua kurang sepemahaman dengan pihak sekolah, kurang maksimalnya arahan dari guru maupun musrifah, kontroling yang kurang, sarana yang kurang lengkap, kurangnya inputan dari luar. 4) Peran dan upaya pihak sekolah dengan penetapan visi, misi dan tujuan sekolah berdasarkan karakter karakter mandiri dan peduli sosial. kebijakan sekolah, penetapan pedoman kurikulum yang terintegrasi dengan nilai-nilai karakter, tata tertib yang dilengkapi dengan reward dan punisment, penyusunan program kegiatan, fasilitas, alokasi waktu yang bermuara pada proses pembinaan karakter mandiri dan peduli sosial, mendatangkan pakar bidang tertentu untuk mengatasi masalah peserta didik, dan pengembangan program kegiatan.----------Social studies plays an important role in forming students’ characters, and particularly realizing the goal of social studies education to develop the character traits of independence and social awareness. Boarding school becomes of one the media for fostering characters that can have significant impact on students’ life; hence, the researcher is interested in raising this topic in the present research. The research aims to reveal and find in-depth the reality of the character traits of independence and social awareness of students, the process of fostering the character traits, the supporting and inhibiting factors, and the roles and efforts of a boarding school in fostering the character traits. It was carried out at SMP Daarut Tauhid Boarding School Bandung using the qualitative approach with descriptive method, in which data were gathered through interview, observation, and documentation. The findings of this research reveal that: 1) In reality, students’ character traits are quite good,. The character trait of independence is listed in the school vision, and social awareness is mentioned in the fourth mission of the school; 2) The process of fostering character traits is done through social studies instruction in the classroom, school and boarding school activities, daily routines, habituation activities, spontaneous and exemplary activities, extracurricular activities, and school rules and regulations; 3) The internal supporting factors comprise students’ selfawareness, while the external ones are in the forms of support from parents, synergy among school community members, infrastructure availability, experts of certain fields, the posting of banners of school regulations on school walls as reminders, the raising of monthly character theme, and personal approach to students. The internal inhibiting factors include students’ selfish attitude and the school’s lack of consistency in implementing the rules and regulations, whereas the external inhibiting factors include a lack of mutual understanding between parents and school, less than optimal directions from both teachers and musrifah, a lack of control, a lack of facilities, and a lack of external input; 4) The roles and efforts of the school have been in line with the vision, missions, and goals set by the school based on the character traits of the character traits of independence and social awareness, school policy, curriculum guidelines integrated with character traits, regulations accompanied by reward and punishment, program planning, facilities, time allocation for the process of fostering the character traits of independence and social awareness, the activity of inviting experts of certain fields to help solve students’ problems, and program activity development

    PENGEMBANGAN MODEL CONTROVERSIAL ISSUE BASED ON BLENDED LEARNING (CIBLE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMP DALAM PEMBELAJARAN IPS

    Get PDF
    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perubahan yang terjadi di abad 21 terutama mengenai cepatnya perkembangan teknologi informasi, sehingga menuntut ranah pendidikan untuk turut beradaptasi dengan perubahan zaman. Di Abad 21 ini perlunya keterampilan yang mendukung untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan, salah satunya keterampilan berpikir kritis, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah model baru dalam pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan 10 tahapan penelitian menurut Borg and Gall (1989). Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan karakteristik yang sesuai dengan penelitian ini. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMPN 1, 2, 5 dan 12 Kota Bandung. Data dikumpulkan melalui kuisioner, observasi, wawancara, dokumentasi dan evaluasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif (presentase nilai akhir & uji efektifitas melalui uji t). Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa: 1) Peserta didik belum mendapat kesempatan yang optimal dalam menggali potensinya dengan mengkontruksikan pengetahuannya dalam ranah berpikir kritis sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang sesuai kebutuhan, 2) Pengembangan model CIBLE dinyatakan valid dan praktis digunakan dalam pembelajaran. Sintaks model yang dihasilkan adalah a) Wacthing, b) Discussion, c) Presentation, d) Reflextion, dan e) Smart Action. 3) Model CIBLE efektif dan signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam menyikapi dan menyelesaikan masalah sosial yang terjadi disekitarnya sesuai dengan usia perkembangan berpikirnya. Hal tersebut menjadikan pembelajaran IPS menjadi meaningfull dan powerfull sehingga memunculkan watak good citizenship. Oleh karena itu, model CIBLE direkomendasikan kepada para guru untuk diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di tingkat SMP untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. This research is motivated by the changes that have occurred in the 21st century, especially regarding the rapid development of information technology, thus demanding that the education sector also adapt to changing times. In the 21st century skill, the need for supporting skills to solve life's problems, one of which is critical thinking skills, so this research aims to produce a new model of learning that is able to improve critical thinking skills. This study used the Research and Development (R&D) method with 10 research stages according to Borg and Gall (1989). The research locations were carried out in Public Junior High School 1, 2, 5 and 12 Bandung City. Data was collected through questionnaires, observations, interviews, documentation and evaluation. Data analysis was carried out using quantitative analysis (percentage of final scores & effectiveness test via t test). The research results obtained show that: 1) Students have not had optimal opportunities to explore their potential by constructing their knowledge in the realm of critical thinking so that appropriate learning models are needed, 2) The development of the CIBLE model is declared valid and practically used in learning. The resulting model syntax is a) Wacthing, b) Discussion, c) Presentation, d) Reflextion, and e) Smart Action. 3) The CIBLE model is effective and significant in improving students' critical thinking skills in addressing and solving social problems that occur around them according to the age of their thinking development. This makes IPS learning meaningful and powerful so that it creates good citizenship. Therefore, the CIBLE model is recommended for teachers to apply in the implementation of social studies learning at the junior high school level to optimize students' critical thinking skills

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JASA PARIWISATA : survey pada objek daya tarik wisata di Kabupaten Tasikmalaya

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa pariwisata di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini dilatar belakangi karena jumlah pengunjung pada objek daya tarik wisata di Kabupaten Tasikmalaya mengalami penurunan dan peningkatan jumlah pengunjung yang tidak menentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey eksplanatori dengan teknik deskriptif dan analisis data kuantitatif. Populasi penelitian adalah Pengunjung Objek Daya Tarik Wisata di Kabupaten Tasikmalaya. Penentuan sampel menggunakan teknik kuota sampel dengan sampel penelitian sebanyak 100 orang pengunjung objek wisata yang tersebar di 11 Objek Wisata di Kabupaten Tasikmalaya. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program E-Views version 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga tidak signifikan terhadap permintaan, dan pelayanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan.;---This study aimed to analyze the factors that affect the demand for tourism services in Tasikmalaya Regency. This study is based on the number of visitors on the object of tourist attraction in Tasikmalaya Regency has decreased and increased the number of visitors who are not erratic. The method used in this research is explanatory survey method with descriptive technique and quantitative data analysis. The research population is Visitors Tourism Object in Tasikmalaya Regency. The samples using the quota sample technique with research sample as many as 100 people visitor attraction spread in 11 Object Tour in Tasikmalaya Regency. Testing data in this study using multiple linear regression analysis with the help of the program E-Views version 7. The results showed that prices were not significant on demand, and service had a positive and significant influence on demand

    PENGEMBANGAN WISATA EDUKATIF DI KAWASAN PANTAI BALEKAMBANG, KABUPATEN MALANG

    Get PDF
    Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan potensi wisata alam yang sangat besar, tercatat terdapat 64 obyek wisata di kabupaten Malang, terbanyak ialah kawasan pantai dan pemandian. Menurut catatan dinas pariwisata, pengunjung wisatawan di Kabupaten malang, setiap tahun meningkat sekitar 26 %. Tujuan PKM ini ialah dilakukan untuk mengembangan wisata yang bisa memberi pengetahuan/edukasi kepada wisatawan. Metode dalam kegiatan ini ialah menggunakan pendekatan Participatory Rural Apprasial (PRA) yakni memacu keberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola dan menggalang pengetahuan terkait budaya, lingkungan hidup, dan kebencaan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah memberikan pilihan tujuan dan preferensi wisata bagi wisatawan. Selain Balekambang yang sudah terkenal sebagai pantai yang indah, sebelah timur Regent telah memberikan tambahan nilai edukasi

    Pengaruh Pemberian Edukasi terhadap Pengetahuan PMO (Pengawas Menelan Obat) Pasien TB Paru di Puskesmas Kota Lhokseumawe Tahun 2022

    Get PDF
    Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia adalah negara ke-3 tertinggi dengan jumlah kasus TB paru terbesar di dunia. Kasus TB di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, termasuk di Provinsi Aceh. Pada tahun 2021 kasus tuberkulosis di Provinsi Aceh meningkat sebesar 32,69% dan Lhokseumawe termasuk salah satu daerah dengan peningkatan kasus TB yang tergolong tinggi. Pemerintah Indonesia telah membuat suatu program pemberantasan tuberkulosis dengan suatu regimen pengobatan yang akan diawasi oleh seorang PMO (Pengawas Menelan Obat). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan PMO pasien TB paru di Puskesmas Kota Lhokseumawe Tahun 2022. Penelitian ini melibatkan 60 orang PMO sebagai responden. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan menggunakan rancangan one group pretest-posttest design. Data dikumpulkan menggunakan pengisian lembar kuesioner. Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari laki-laki, mayoritas responden berada pada usia dewasa tengah (41-60 tahun), mayoritas berpendidikan SMA/MAN, pekerjaan terbanyak adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) dan hubungan kekerabatan dengan pasien terbanyak adalah seorang istri. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan responden dari yang semula 26,7% menjadi 88,3% dalam kategori baik setelah diberikan edukasi. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan PMO (Pengawas Menelan Obat) pasien TB paru di Puskesmas Kota Lhokseumawe Tahun 202

    DEVELOPMENT OF PROBLEM-BASED LEARNING-BASED E-MODULES WITH FLIP PDF PRO APPLICATION IN PHYSICS COURSES

    Get PDF
    This paper is based on the lack of students' learning interest in physics courses, which is indicated by the teaching materials used by educators during the learning process. The research in this paper aims to develop problem-based learning of e-glasses modules on momentum and impulse material as well as to determine the validity and practicality of e-modules for students of class X at SMA Negeri 1 Tapung. The type of research is the research and development (R&D) method. The method used is an R&D panel with the ADDIE model. To achieve the goal, several stages of development are analyzing, designing, developing, implementing, and evaluating. In addition, the research result is an electronic module on momentum and impulse material. The validation results of material and media experts on the electronic module achieve a proportion of 81.86%, which is in the very valid category. The practicality of a product seen from the practicality test that was obtained from the results of the practicality sheet for the electronic module is 95.70% and categorized in the very practical category

    IMPLEMENTATION OF CURRICULUM 2013 AT SOCIAL STUDIES SUBJECT IN ISLAMIC PUBLIC SECONDARY SCHOOL OF MALANG 1

    No full text
    This study aims to determine the implementation of curriculum 2013 on subjects integrated Social Science in Malang 1 Islamic Public Junior High School. The research method used in this study is a qualitative approach with descriptive method. Collecting data has done through observation, interview and documentation study. The results showed that in general the implementation of Curriculum 2013 on Social Science subjects in Malang 1 Islamic Public Junior High School using an integrated scientific approach. Social Science teachers are still experiencing some obstacles and adjust to the real conditions in the field. This is evidenced in implementing learning Social Science teachers already using a scientific approach, but most of the integrated Social Science only occurs in the classroom so do not provide concrete learning experiences for students

    Problematika guru Ips dalam penerapan model pembelajaran IPS terpadu di Kelas VIII MTSN Malang 1

    No full text
    ABSTRAK Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standart Isi bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu dan IPS Terpadu”, demikian pula substansi pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs juga merupakan “IPA Terpadu dan IPS Terpadu”. Meskipun kurikulum sudah mengalami perubahan, yakni dari Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK) menjadi Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan/KTSP) yang keduanya bisa disebut dengan Kurikulum berbasis kompetensi, namun pelaksanaan pembelajaran IPS tidak mengalami perubahan. Hal yang tidak berubah atau seringkali tetap sama dilakukan antara lain: cara mengajar guru, materi pelajaran setiap disiplin ilmu yang tergabung dalam mata pelajaran IPS (Terdiri dari kompetensi dasar Sejarah, Sosiologi, Geografi dan Ekonomi) tetap disajikan secara tersendiri tanpa dikaitkan dengan disiplin ilmu yang lain. Disinilah pentingnya Penelitian dilakukan, Penelitian ini dilakukan dengan judul Problematika Guru IPS Dalam Penerapan Model Pembelajaran Ips Terpadu Di Kelas VIII MTsN Malang 1, dengan Subfokus:1. Bagaimana proses penerapan pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII MTsN Malang 1?, 2. Apa problematika yang di alami guru IPS selama menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu di kelas VIII MTsN Malang 1?, 3. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika guru IPS dalam penerapan model pembelajaran IPS Terpadu kelas VIII di MTsN Malang 1?. Jenis Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif studi kasus. Metode pengumpulan datanya dengan dokumentasi, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian melalui beberapa metode menghasilkan bahwa 1. Pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu strukturnya masih terpisah, sehingga seringkali disebut dengan keterpaduan yang terpecah, karena masih berbentuk disiplin ilmu dalam penerapannya. 2. Problematika yang di alami guru IPS selama menerapkan model pembelajaran IPS Terpadu berlangsung yang ditemui peneliti adalah : a. Kurikulum itu sendiri yang tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, b. Materi yang sangat banyak sehingga tidak sebanding dengan alokasi waktu. c. Strategi yang harus bervariasi agar siswa tidak bosan dan tujuan pembelajaran bisa tercapai. 3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika guru IPS terhadap penerapan model pembelajaran IPS Terpadu berlangsung adalah : a. Memaksimalkan MGMP, b. Saling sharing anata guru disiplin ilmu, c. efisiensi waktu. Jika sruktur kurikulum terpadu akan lebih mudah, namun karena struktur kurikulum sendiri yang masih terpecah sehingga dalam penerapannyapun tetap terpisah walaupun disebut dengan terpadu. ABSTRACT The Minister Of National Education Rules No. 22 of 2006 on the Standard Contents that the substance of teaching science and social study at SD / MI is " Integrated Science and Integrated Social Study", as well as the substance of science and social lessons at SMP / MTs are also as an "" Integrated Science and Integrated Social Study". Although the curriculum has undergone a change, which is from Curriculum 2004 (Competency-Based Curriculum / CBC) into Curriculum 2006 (Education Unit Level Curriculum), which both can be called with a competency-based curriculum, but the implementation of learning of IPS has not changed. Things have not changed or remained the same is often done include: teachers’ way of teaching, the subject matter of each discipline which incorporated in social studies (Consists of basic competence History, Sociology, Geography and Economics) remained presented separately without being associated with other disciplines. This is when the importance of research should be done. The research was conducted in titled “Problems of Social Subject (IPS) Teachers against Integrated Learning Model Application in Class VIII of State Islamic Junior High (MTsN), Malang 1, with sub-focuses as follows: 1. How does the application process of Integrated Social learning in class VIII of MTsN, Malang 1 ?, 2. What are the problems experienced by teachers at IPS for implementing Integrated Social learning models in class VIII of MTsN, Malang 1 ?, 3. What efforts are being made to overcome the problems of IPS teachers in the implementation of Integrated Social learning models of class VIII in MTsN 1, Malang ?. The type of approach taken in this study is a qualitative case study. The data collection method is by using documentation, interviews, and observations.   Results of research were conducted through several methods that 1. Implementation of Integrated Social learning was still a separate structure, which was often referred to as the split alignment, because they formed the discipline in its application. 2. The problems experienced by teachers during the implementation of the learning Integrated IPS model on the ongoing research are: a. The curriculum itself does not describe an integrated one for whole, b. Too many materials which are not worth with the time allocation. c. The strategy should be varied so that students do not get bored and so the learning objectives can be achieved. 3. Efforts are being made to overcome the problems of social studies teachers for the implementation of Integrated Social learning models are: a. Maximizing MGMP, b. sharing each other about disciplines among teachers, c. time efficiency. If integrated curriculum would be easier, but because of the structure of the curriculum itself is still fragmented so even in the application will remain separate even though it is so-called integrated

    Pembelajaran IPS Berbasis Blended Learning sebagai Upaya Memenuhi Tantangan Abad 21

    No full text
    Pendidikan Indonesia abad ke-21, dihadapkan dengan sejumlah tantangan yang menuntut berubahnya paradigma pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat juga berdampak signifikan terhadap dunia pendidikan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pembelajaran IPS secara blended learning dalam pengembangan pembelajaran dan mengetahui keterampilan yang seharusnya diperoleh peserta didik. Metode yang digunakan adalah metode library research yang membahas pembelajaran IPS yang dilakukan secara blended learning sebagai alternatif pembelajaran unuk menjawab tantangan di abad 21. Kesimpulannya Permasalahan abad 21 adalah perubahan yang sangat cepat yang harus diimbangi dengan kemampuan untuk beradapdasi yang cepat pula. Sehingga peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi leader masa depan harus mampu bersaing diantara cepatnya perkembangan zaman serba digital. Pembelajaran IPS berbasis blended learning merupakan salah satu inovasi dan solusi yang hadir disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini menjawab tujuan pembelajaran IPS yaitu peserta didik dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang terjadi dalam kehidupannya.
    corecore