Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan potensi wisata alam yang sangat besar, tercatat terdapat 64 obyek wisata di kabupaten Malang, terbanyak ialah kawasan pantai dan pemandian. Menurut catatan dinas pariwisata, pengunjung wisatawan di Kabupaten malang, setiap tahun meningkat sekitar 26 %. Tujuan PKM ini ialah dilakukan untuk mengembangan wisata yang bisa memberi pengetahuan/edukasi kepada wisatawan. Metode dalam kegiatan ini ialah menggunakan pendekatan Participatory Rural Apprasial (PRA) yakni memacu keberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola dan menggalang pengetahuan terkait budaya, lingkungan hidup, dan kebencaan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah memberikan pilihan tujuan dan preferensi wisata bagi wisatawan. Selain Balekambang yang sudah terkenal sebagai pantai yang indah, sebelah timur Regent telah memberikan tambahan nilai edukasi

Afifah, Silvi Nur

Kholisna, Titin

Su'ud, Mohamad Mambaus

English

Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang: Journals

Andi Wibowo AT-TAMKIN Volume I No.1 Mei 2018  http://ejournal.uniramalang.ac.id/attamkin/  Volume 2 No. 2 Oktober 2019  PENGEMBANGAN WISATA EDUKATIF DI KAWASAN PANTAI BALEKAMBANG,  KABUPATEN MALANG  Mohamad Mambaus Su’ud 1), Titin Kholisna 2), Silvi Nur Afifah  1), 2), 3) Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Raden Rahmat Malang e-mail: suud.dien@gmail.com  Info Artikel  Abstrak Diterima: September 2019 Disetujui: September 2019 Dipublikasikan: Oktober 2019  Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan potensi wisata alam yang sangat besar, tercatat terdapat 64 obyek wisata di kabupaten Malang, terbanyak ialah kawasan pantai dan pemandian. Menurut catatan dinas pariwisata, pengunjung wisatawan di Kabupaten malang, setiap tahun meningkat sekitar 26 %.  Tujuan PKM ini ialah dilakukan untuk mengembangan wisata yang bisa memberi pengetahuan/edukasi kepada wisatawan. Metode dalam kegiatan ini ialah menggunakan pendekatan Participatory Rural Apprasial (PRA) yakni memacu keberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola dan menggalang pengetahuan terkait budaya, lingkungan hidup, dan kebencaan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah memberikan pilihan tujuan dan preferensi wisata bagi wisatawan. Selain Balekambang yang sudah terkenal sebagai pantai yang indah, sebelah timur Regent telah memberikan tambahan nilai edukasi.   Kata Kunci:  Wisata, Edukatif, Balekambang          © 2019 LPPM Unira Malang    Alamat korespondensi: Program Studi PIPS Universitas Islam Raden Rahmat Malang  e-mail: suud.dien@gmail.com   p-ISSN: 2621-2765  e-ISSN: 2621-3532    Suud, dkk. 14 | a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  Volume 2 No. 2 Oktober 2019 PENDAHULUAN Kabupaten Malang merupakan wilayah dengan potensi wisata alam yang sangat besar, tercatat terdapat 64 obyek wisata di kabupaten Malang, terbanyak ialah kawasan pantai dan pemandian. Menurut catatan dinas pariwisata, pengunjung wisatawan di Kabupaten malang, setiap tahun meningkat sekitar 26 %. Di tahun 2017 saja tercatat 5.719.881 wisatawan  dst. Khusus untuk pantai Balekambang, adalah destinasi yang sudah dibuka sejak lama, yakni sejak tahun 1983.  Beberapa keunggulan pantai Balekambang sebagai wisata indah misalnya; memiliki topografi 0-9 m dpl dengan kemiringan lahan landai (0-13%), keindahan alam pantai dengan pasir putih dan pemandangan alam yang indah menjadi daya tarik kuat dan minat utama tujuan wisatawan berkunjung, mempunyai daya tarik yang membedakan dengan obyek wisata lainnya yang sejenis yaitu pulau-pulau karang yang berjajar ke arah barat, yaitu Pulau Anoman, Pulau Wisanggeni dan Pulau Ismoyo yang diatasnya berdiri Pura Sagara Amertajati dan menjadi ciri khas kawasan wisata Balekambang, adanya potensi flora dan fauna berupa hutan dan kekayaan laut serta lingkungan yang masih alami dan iklim yang sejuk, adanya atraksi budaya dan atraksi keagamaan tahunan, berupa Upacara Labuhan Suran dan Upacara Jalanidhipuja, tersedianya sarana dan prasarana penunjang wisata yang cukup lengkap seperti warung makanan, kios kelontong, kios cinderamata, penginapan, MCK, tempat parkir, dan lain-lain, aktivitas yang dilakukan wisatawan beragam mulai dari kegiatan something to see , something to do, dan something to buy, daya tarik kawasan wisata diminati oleh wisatawan dari segala (Andayani, dkk, 2012).   Wisata pantai merupakan daerah yang memiliki potensi bencana yang cukutp tinggi, di pantai Balekambang merupakan daerah dengan potensi tsunami. Kejadian tsunami Banyuwangi tahun 1994 juga berdampak sampai ke Balekambang, meskipun tidak timbul korban, namun cukup menimbulkan kerusakan. Kejadian tsunami di tempat lain, yang terbaru adalah Palu, menjadi refleksi bahwa wilayah-wilayah pantai harus cukup memadai untuk memberi pengetahuan dan cara selamat dari bencana tsunami, terutama yang menjadi tempat wisata. Dimana lokasi wisata selalu terkumpul banyak orang (wisatawan) yang notabene tidak memahami dengan baik kondisi lingkungan dimana wisatawan berada. Untuk itu, perlu ada pengembangan wisata yang bisa memberi pengetahuan/edukasi kepada semua orang. Belum lagi peroslan pengelolaan sampah. p-ISSN: 2621-2765 e-ISSN: 2621-3532 a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  | 15 Volume 2 No. 2 Oktober 2019  Gambar 1. Persoalan Sampah di Balekambang & Peta Rawan Bencana Kecamatan Donomulyo  PENDEKATAN DAN METODOLOGI  Metode dalam kegiatan ini ialah menggunakan pendekatan Participatory Rural Apprasial (PRA) yakni memacu keberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola dan menggalang pengetahuan terkait budaya, lingkungan hidup, dan kebencaan. Mengembangkan sarana edukasi, dan disain spot wisata yang merangsang wisatawan untuk sensitif terhadap pengelolaan lingkungan, dengan mengemban motto. Wahana wisata edukasi yang akan dikembangkan ialah, Tsunami Adventure, spot foto, dan pelatihan manajemen wisata dan manajemen bencana pada kelompok masyarakat.                   Gambar 3.1. Bagan alur pelaksanaan program  PELAKSANAAN KEGIATAN Hasil dari kegiatan pengembangan wisata edukatif dari kegiatan PKM ini adalah sebagai berikut. a. Focused Group Discussion (FGD) FGD dilakukan dua kali dengan anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wononadi. Pertama dilakukan untuk memetakan aktor dan potensi. Pemetaan ini dilakukan untuk melihat potensi pengembangan wisata di areal Pantai Balekambang. Adapun hasil FGD tersebut ialah: Tahap 1: Pemetaan masalah sepsifik: maslah dalam pengelolaan wisata  Output: Kajian masalah dalam pengelolaan wisata dan peluang pengembangan wisata edukatif    Tahap 2: rancang disain untuk wahana edukasi wisata yang tepat dan berkelanjutan  Output: Desain wahana edukasi wisata yang tepat dan berkelanjutan, meliputi disain detil konsep, titik, dan sarana    Tahap 3: pembangunan ruang baca dan “tsunami adventur”  Output: Bangunan ruang baca dan “tsunami adventur” termasuk sarana prasarana    Tahap 4: Pelatihan manajemen wisata, dan manajemen bencana  Output: - LMDH yang memiliki skill manajemen wisata yang memadai   Suud, dkk. 16 | a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  Volume 2 No. 2 Oktober 2019 - Areal wisata Balekambang dikembangkan oleh dua Lembaga, pertama sebelah barat (Balekambang) dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Jasa Yasa, sedangkan sebelah timur (Regent) dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wononadi Bersama perhutani.  - Pengelolaan tiket dibagi menjadi dua, yaitu antara PD Jasa Yasa dan LMDH Wononadi. - Lokasi Balekambang lebih identic dengan wisata pantai dengan spot Pura yang menjadi sisi lain, sedangkan Regent lebih pada aspek Wana Wisata, dengan potensi wisata hutan pantai, bakau dan laguna. Di areal kedua ini belum banyak dikembangkan oleh LMDH. Setelah melalui pertimbangan dari hasil FGD pertama, maka diputuskan pengembangan di areal FGD kedua dilakukan untuk menyusun rencana detil pengembangan. Adapun konsep dari rencana detil ini terdiri atas tiga aspek penting: • Aspek Edukasi. Aspek ini menjadi komponen utama dengan menstimulus kognitif wisatawan, yaitu pengembangan harus mengarah pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat, terutama terkait dengan pengelolaan lingkungan dan Pengurangan Risiko Bencana (PRB). • Aspek Ketangkasan. Aspek ini bertujuan menstimulus psikomotor, terutama untuk anak-anak. Yakni dengan mengembangkan titik-titik ketangkasan. Seperti meloncat, berlari, dan merambat. • Aspek Estetis. Aspek ini tak boleh tertinggal, karena di lokasi wisata, wisatawan pasti mencari titik-titik estetis untuk sekedar bersua foto.  p-ISSN: 2621-2765 e-ISSN: 2621-3532 a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  | 17 Volume 2 No. 2 Oktober 2019  (a)  (b) Gambar 2. FGD dengan LMDH (a) Konsep Areal Edukasi (b)  b. Realisasi Konsep Regent Adventure Awalnya nama areal pengembangan ini dinamai “Tsunami Adventure” dengan konsep pembuatan areal edukasi untuk memberi pengetahuan kepada wisatawan tentang tsunami. Namun dengan berbagai diskusi dan pertimbangan dengan pihak LMDH, nama Tsunami Adventure diganti menjadi “Regent Adventure”. Hal ini dimaksudkan agar konten dari edukasi yang ada didalamnya tidak hanya terkait dengan tsunami, namun juga konten edukasi lain, sekaligus membantu membranding nama Regent sendiri yang sedang dikembangkan. Meskipun nama mengalami perubahan, konsep besar tentang edukasi tsunami masih menjadi konten utama, konten-konten edukasi tsunami yang dibangun diantaranya; edukasi tentang tanda-tanda tsunami,  edukasi tentang cara siaga tsunami, selanjutnya ialah mengenal peta evakuasi tsunami. Sedangkan konten lain yang telah ditambahkan ialah konten tentang edukasi lingkungan.  Setelah nama disepakati, didesain, dan dibuat. Selanjutnya membuat spot lompat tangkas dengan pesan edukasi berupa tanda-tanda tsunami. Tanda-tanda tersebut diambil dari pembelajaran Tsunami Aceh atas tanda-tanda alam tsunami, diantaranya (GTZ, 2008): • Sebagian besar bencana tsunami dipicu oleh gempa bumi bawah laut. Untuk Indonesia, kebanyakan tsunami yang terjadi adalah tsunami lokal. Tsunami lokal berasal dari pusat gempa yang tidak jauh dari pantai. Dalam hal ini getaran/guncangan bumi yang disebabkan oleh gempa bumi dapat terasa di kawasan pantai. Namun demikian, jika tsunami disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi jauh sekali, gempanya mungkin tidak terasa.  Suud, dkk. 18 | a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  Volume 2 No. 2 Oktober 2019 • Setelah gempa bumi terjadi dan hanya dalam hitungan menit sebelum datangnya gelombang tsunami pertama, air laut mungkin tiba-tiba akan surut (seolah-olah tersedot ke dalam tanah) dan menampakkan dasar laut yang dekat dengan pantai. Jika hal ini terjadi, itu merupakan indikator pasti bahwa gelombang tsunami sedang dalam perjalanan menuju satu pesisir tertentu. Namun demikian, ada sejumlah peristiwa tsunami yang tidak disertai dengan surutnya air laut sama sekali, seperti halya dengan Tsunami Samudra Hindia di Srilangka.  • Binatang-binatang melarikan diri dari daerah pesisir.  • Bau-bau yang sangat kuat bertiup dari arah pantai. Sejumlah saksi melaporkan adanya bau garam atau ikan sebelum tsunami menghantam. • Hembusan angin yang kuat dari laut ke pantai.  • Suara menggelegar yang mirip dengan suara pesawat terbang atau kereta api dapat terdengar. Titik selanjutnya ialah areal untuk berlari pada arena yang berbentuk symbol “love”. Berlari disini dimaksudkan bahwa ketika sesaat merasakan gempa maka berlari adalah pilihan terbaik untuk evakuasi. Simbol “love” dibuat agar tidak hanya agar arena ini berfungsi melatih psikomotor, tetapi juga dapat menjadi spot foto yang menarik. Di samping kiri titik ini juga dilengkapi dengan grafik “20-20-20”, yaitu symbol angka yang diambil dari penelitian Profesor Ron Harris yang bermakna; 20 pertama menyimbolkan “bersiaga bila merasakan gempabumi 20 detik”, 20 kedua menyimbolkan “20 menit waktu untuk evakuasi sebelum gelombang tsunami dating”, dan 20 ketiga ialah “20 meter ketinggian yang harus dicapai untuk selamat dari gelombang tsunami. Arena berikutnya ialah jaring laba-laba, arena ini juga untuk ketangkasan melatih psikomor. Arena ini juga bermakna dalam kegiatan evakuasi pasti ada penghambat, namun untuk bias selamat harus terus dilalui dan harus sampai pada  ketinggian 20 m tadi. Jaring-jaring ini memang ditempatkan pada titik sebelum menuju rumah pohon. Rumah pohon inilah yang yang dimaksud sebagai ketinggian tadi. Sebagai tambahan, rumah pohon ini juga berfungsi sebagai titik fotografer untuk mengambil foto dari atas dengan p-ISSN: 2621-2765 e-ISSN: 2621-3532 a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  | 19 Volume 2 No. 2 Oktober 2019 tembakan tepat pada titik “love”. Di rumah pohon sendiri juga ditambah satu tes pengetahuan tentang “ dari mana Bahasa tsunami itu bersal”. Disamping rumah pohon, juga terpasang peta evakusai, yang berfungsi untuk semakin memberikan pemahaman kepada wisatawan, bagaimana dan kemana harus evakuasi.  (a)  (b)  (c)  (d) Gambar 3. Spot edukasi lingkungan (a), pemasangan peta evakuasi (b), pemandangan dari atas rumah pohon (c), branding Regent Adventure (d)  c. Pelatihan Kegiatan pelatihan dilakukan dalam rangka memberi pemahan dan keterampilan anggota LMDH secara lebih mendalam. Kegiatan pelatihan dilakukan dua kali, pertama pelatihan tentang system informasi peringatan dini yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Darah (BPBD). Dalam pelatihan membangun sistem peringatan dini, setidaknya ada empat hal yang menjadi titik bahasan, pertama memastikan bahwa kesadaran akan ancaman risiko, dalam hal ini tsunami, sudah betul-betul dimiliki masyarakat. Dengan begitu mereka akan mampu memposisikan pentingnya sistem peringatan dini lengkap dengan infrastrukturnya. Kedua, layanan peringatan dini, dalam hal ini harus ada dasar ilmiah yang kuat untuk dapat memprediksi dan meramalkan munculnya bahaya, dan harus ada sistem peramalan dan peringatan yang andal yang Suud, dkk. 20 | a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  Volume 2 No. 2 Oktober 2019 beroperasi 24 jam sehari. Ketiga penyebaran dan komunikasi, disini peringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang jelas dan berisi informasi yang sederhana namun dapat segera dipahami. Keempat adalah kemampuan respon seluruh bagian dalam komponen sistem peringatan dini tersebut.  Pelatihan kedua, pelatihan terkait penyusunan peta rawan dan peta evakuasi tsunami, sekaligus membuatnya menjadi peta partisipatif yang dipasang di areal tepi pantai. Di dalam pelatihan pemetaan itu, anggota LMDH juga diajak untuk mendata berapa potensi warga local dan wisatawan yang harus diselamatkan ketika suatu bencana terjadi. Peta evakuasi sebagai bagain sistem kesiapsiagaan harus disiapkan untuk situasi darurat. Dalam perencanaan tersebut yang harus disusun iala; pertama, penetapan kumpul, TES (Tempat Evakuasi Sementara) maupun TEA (Tempat Evakuasi Akhir) didasarkan pada peta ancaman, dengan melihat seberapa jauh jangkuan inundasi gelombang tsunami. Kedua, pendataan daya tampung, kemampaun, serta sarana dan prasarana TES dan TEA yang disesuaikan dengan perkiraan jumlah pengungsi. Ketiga, identifikasi dan pendataan moda evakuasi yang diperkenankan dengan ditentukan jenis, kapasitas, kepemilikan, kondisi, dan statusnya.   Gambar 4. Pelatihan Penyusunan Peta Evakuasi (a) dan Pelatihan Membangun Sisitim Informasi Peringatan dini (b)  HASIL KEGIATAN Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah memberikan pilihan tujuan dan preferensi wisata bagi wisatawan. Selain Balekambang yang sudah terkenal sebagai pantai yang indah, sebelah timur Regent telah memberikan tambahan nilai edukasi. Wiwik, salah satu wisatawan mengatakan; “Bagus ya, selain pantainya indah juga memberi pengetahuan kepada pengunjung, sehingga tahu tentang apa itu tsunami, dan pesan untuk terus menjaga lingkungan”  p-ISSN: 2621-2765 e-ISSN: 2621-3532 a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  | 21 Volume 2 No. 2 Oktober 2019 Sedangkan Pak Kusnadi, selaku koordintaor lapangan LMDH, mengaku sangat puas dan berterimakasih kepada UNIRA Malang yang telah mendampingi LMDH mengembangkan wisata edukatif. Sehingga tak hanya lokasi yang luas dan pantai yang indah saja, dengan adanya areal edukasi ini menambah wahana dan nilai lebih bagi kompleks wisata Balekambang. Selain memberikan nilai tambah edukasi, lokasi ini juga menjadi lokasi camping / camping ground yang baik bagi wisatawan yang tujuannya ingin bermalam. Salah satu yang telah merasakannya ialah mahasiswa Unira Malang yang melakukan camping dalam acara pelantikan pengurus himpunan mahasiswa. Mereka mengaku kegiatan berjalan lncar, tidak ada kendala, suasana alam sangat mendukung dan memberikan banyak inspirasi, termasuk program pengembangan edukasi yang telah dikembangkan UNIRA sendiri. Kegiatan pengebdian ini telah dipublish ke media social Instagram melalui link https://www.instagram.com/regent_beach/?hl=en dan youtube melalui link https://youtu.be/bNf6v78OefE. Meskipun masih dalam proses branding dan terus didampingi sehingga meningkatkan nilai pasar dan cakupan wisatawan melalui online marketing.     KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian pengembangan wisata edukatif di pantai Balekambang ini telah memberi dampak yang baik bagi perkembangan wisata, karena telah memberikan alternative pilihan bagi wisatawan dalam berwisata. Selain itu, tenmpat wisata ini juga menjadi media yang cukup efektif untuk mendidik wisatawan dalam memberikan pengetahuan dan kesadaran atas pentingnya bersiapsiaga dalam menghadapi bencana, khususnya tsunami.  UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada: 1. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memfasilitasi melalui skema Program Kemiteraan Masyarakat (PKM); 2. Rektor beserta Kepala LPPM dan jajaran Universitas Islam Raden Rahmat yang memberikan dukungan penuh dalam mensukseskan kegiatan ini; 3. Dinas Pariwisata dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang yang memberikan dukungan dan saran yang baik untuk pengembangan lebih lanjut; 4. LMDH dan PD Jasa Yasa yang memberikan kesempatan baik untuk bekerja bersama dalam pengembangan edu wisata ini; 5. Mahasiswa UNIRA Malang yang terlibat dalam program ini. Suud, dkk. 22 | a t - t a m k i n :  J u r n a l  P e n g a b d i a n  k e p a d a  M a s y a r a k a t  Volume 2 No. 2 Oktober 2019  DAFTAR PUSTAKA 1. _____________2008.Disaster Awarnes in Promary School. GTZ 2. Andriyanti S, dkk. 2012. Pengembangan Wisata Balekambang Malang. Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 6, No.2 – 2012 ISSN 1978 - 5658 3. Abdillah Dariusman. 2015. Pengembangan Daya Tarik Wisata Planetarium Jagad raya Tenggarong: JDP Bol 2 No 1 th 2015.  4. Setiyono, dkk. 2012. Perencanaan Pengembangan Wisata Alam Dan Pendidikan Lingkungan Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek: Jurnal wacana. Vol 15 No 3 Th 2012 5. Sugito Nanin. 2008. Tsunami. Universitas Pendidikan Indonesia.   

PENGEMBANGAN WISATA EDUKATIF DI KAWASAN PANTAI BALEKAMBANG, KABUPATEN MALANG

https://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/attamkin/article/download/518/370

PENGEMBANGAN WISATA EDUKATIF DI KAWASAN PANTAI BALEKAMBANG, KABUPATEN MALANG

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang: Journals