6 research outputs found
TANGGAPAN BEBERAPA KULTIVAR BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP SERANGAN Fusarium oxysporum f.sp. cepae PENYEBAB PENYAKIT MOLER DI LAHAN KABUPATEN NGANJUK
Bawang merah memiliki beberapa kultivar yaitu: Bauji dan Philip dari Nganjuk;
Kuning dan Bima dari Brebes; serta Tiron dan Biru dari Bantul. Namun, sampai saat ini
yang menjadi kendala dalam memproduksi bawang merah yang memiliki kualitas dan
kuantitas yang baik adalah gangguan hama dan penyakit tanaman. Salah satu penyakit
utama pada bawang merah adalah penyakit moler yang disebabkan oleh Fusarium
oxysporum f.sp. cepae.
Penyakit moler tersebut banyak ditemukan di lahan yang sepanjang musim
ditanami bawang merah tanpa pergiliran tanaman. Beberapa kultivar bawang merah
memiliki sifat ketahanan yang berbeda terhadap curahan air yang banyak dan kondisi
lingkungan saat hujan, seperti Bawang Merah kultivar Bauji dan Tiron yang merupakan
kultivar unggul untuk musim hujan karena memiliki daya hasil tinggi dan stabil, toleran
terhadap kelembaban udara tinggi dan curah hujan tinggi dibanding dengan kultivar –
kultivar lain seperti Philip, Bima, Kuning, dan Biru, sehingga berpengaruh terhadap
perkembangan penyakit moler pada kultivar tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan beberapa kultivar
bawang merah yaitu: Bauji dan Philip dari Nganjuk, Bima dan Kuning dari Brebes, serta
Biru dan Tiron dari Bantul terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae pada lahan
pertanaman Bawang Merah di Kab. Nganjuk melalui data intensitas penyakit moler.
Berdasarkan hasil penelitian atas enam Kultivar tanaman bawang merah yaitu
Kultivar Bauji, Philip, Bima, Kuning, Biru, dan Tiron terhadap serangan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae penyebab penyakit moler pada tanaman bawang merah di lahan
Kab. Nganjuk dan pada kondisi suhu, kelembaban, dan curah hujan yang tidak
mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa: Periode inkubasi serangan Fusarium
oxysporum f.sp. cepae terhadap tanaman bawang merah yang tercepat yaitu Kultivar
Bima dengan 20 HST. Sedangkan yang terlama yaitu Kultivar Bauji dengan 26 HST.
Tanaman bawang merah Kultivar Bauji dan Kultivar Tiron merupakan tanaman bawang
merah yang lebih tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp. cepae penyebab
penyakit moler. Hal tersebut terbukti dengan total prosentase intensitas penyakit pada
tiap-tiap Kultivar, Kultivar Bauji memiliki intensitas penyakit 0.64% dan untuk Kultivar
Tiron memiliki intensitas penyakit 2.17%, sedangkan Kultivar Philip memiliki prosentase
intensitas penyakit tertinggi yaitu 11.00%. Hasil umbi tanaman bawang merah Kultivar
Kuning lebih unggul, karena Kultivar Kuning memiliki berat kering umbi lapis yang
terberat daripada Kultivar lain yaitu 5.23kg/100 tanaman. Sedangkan Kultivar Tiron
memiliki berat kering umbi lapis yang teringan yaitu 2.09kg/ 100 tanaman
DESKRIPSI DISPOSISI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
This qualitative research was aimed to describe the student's mathematical disposition on scientific approach learning. The subjects of this research were students of the VII-F class of SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung in the academic year of 2018/2019. This research data was qualitative data about students' mathematical disposition obtained through observation, interview, and documentation. Data analysis was done through three stages, namely data reduction, data display, and conclusion verification. Based on the results of the research, it could be concluded that in mathematical disposition appeared in all students both high, medium, and low mathematical abilities on scientific approach learning and indicators that predominantly appear are curiosity, confidence, determination, and flexibility
RELATIONSHIP AMONG MANGROVE STAND STRUCTURE PARAMETERS IN ESTIMATING THE COMMUNITY SCALE OF ABOVEGROUND CARBON STOCK
Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang memiliki kemampuan sangat baik dalam menyerap dan menyimpan karbon. Struktur tegakan mangrove memberikan kontribusi signifikan terhadap estimasi simpanan karbon yang umumnya tergambarkan pada persamaan alometrik dalam skala individu. Penelitian simpanan karbon atas permukaan tanah (abovegroundada komunitas mangrove telah dilakukan di mangrove Teluk Benoa. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model dalam mengestimasi simpanan karbon aboveground dari beberapa parameter struktur tegakan mangrove. Metode stratified purposive sampling digunakan dalam penentuan sebaran titik penelitian. Sebanyak tiga zona (1–3) diidentifikasi berdasarkan interpretasi analisis mRE-SR (modified red edge-simple ratio) dan jenis mangrove yang mendominasi. Estimasi simpanan karbon aboveground diperoleh dengan metode non-destructive menggunakan persamaan common allometric. Hasil penelitian menunjukkan struktur tegakan mangrove zona 1 cenderung berbeda signifikan dengan zona lainnya. Secara keseluruhan, rata-rata simpanan karbon aboveground sebesar 193,45±34,88 ton C/ha. Simpanan karbon aboveground tertinggi ditemukan pada zona 1 yang didominasi jenis Sonneratia alba. Analisis regresi linear dan Akaike’s Information Criterion (AIC) menunjukkan bahwa kombinasi dari tutupan kanopi, kerapatan pohon, kerapatan pancang dan diameter pohon menjadi model terbaik dalam mengestimasi simpanan karbon pada skala komunitas. Model kombinasi ini memiliki nilai koefisien regresi tertinggi dan nilai root mean squared error (RMSE) terendah dibandingkan dengan model lainnya. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan dalam mengestimasi simpanan karbon secara lebih efisien dan akurat dalam skala komunitas.Mangrove is one of coastal ecosystem which has a major role to sequastrate and store carbon. Mangrove stand structure delivers a significant contribution for estimating biomass carbon stock through individual scale allometric equations. On the other hand, the aboveground carbon research on the community scale was conducted in Teluk Benoa. The study aimed to establish a model for estimating mangrove aboveground carbon stock from the multiple variables of mangrove stand structure. A stratified purposive sampling method was applied for distributing quadratic samples. Three mangrove zones (1–3) were identified using mRE-SR (modified red edge-simple ratio) interpretation based on mangrove species domination. A common allometric equation was applied for estimating aboveground carbon stock. The result showed that mangrove stand structure in zone 1 was significantly different to other zones. Aboveground carbon stock was 193.45±34.88 tons C/ha on entire sites. It was found highest in zone 1 which was dominated by Sonneratia alba. The linear regression and Akaike’s Information Criterion (AIC) analysis showed that the combination of canopy cover, tree density, sapling density and tree diameter became the best model in estimating carbon stock at the community scale. The multiple model had the highest regression coefficient and the lowest root mean square error (RMSE) value. We expect that the multiple variable model could be more efficient and accurate to estimate aboveground carbon stock on community scale
APLIKASI LANDSAT 8 OLI/TIRS DALAM MENGIDENTIFIKASI ALTERASI HIDROTERMAL SKALA REGIONAL : STUDI KASUS DAERAH REJANG LEBONG DAN SEKITARNYA, PROVINSI BENGKULU
Daerah Rejang Lebong terletak ±80 km dari pusat ibukota Provinsi Bengkulu, dan terletak didalam zona
pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian 400 – 1900 mdpl. Daerah ini dikenal sebagai salah satu
daerah yang memiliki potensi panas bumi, yang ditandai dengan kehadiran beberapa manifestasi panas
bumi, termasuk didalamnya kehadiran batuan yang mengalami alterasi hidrotermal yang terjadi melalui
reaksi fluida hidrotermal dengan batuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebaran
batuan yang mengalami alterasi hidrotermal di daerah penelitian. Dalam mengidentifikasi penyebarannya,
dilakukan analisis terhadap peta geologi regional skala 1:250.000, citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan
resolusi spasial 30m, dan DEM (Digital Elevation Model) SRTM dengan resolusi 30m, serta studi pustaka
terkait dari daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DEM SRTM memberikan informasi
relief di daerah penelitian, beberapa kombinasi RGB (red-green-blue) band dari citra Landsat 8 dapat
memberikan informasi geologi, diantaranya komposit band 4,3,2 natural color memberikan informasi
mengenai kondisi geologi dan geomorfologi, komposit band 5,6,7 memberikan informasi mengenai
tekstur batuan, struktur geologi, vegetasi, serta kehadiran batuan teralterasi, komposit band 10117
memberikan informasi mengenai kehadiran batuan yang kaya silika, band rasio 4/2, 5/6, 6/7, 5 dan 10
memberikan informasi mengenai unit batuan, vegetasi pada drainase dan batuan teralterasi. Hasil
penelitian mengindikasikan bahwa penginderaan jauh dapat dapat mengidentifikasi kehadiran mineral
alterasi hidrotermal dari golongan ferromagnesium, ferrugination, dan mineral kaya OH atau mineral
karbonat. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh mampu memberikan informasi
mengenai penyebaran batuan teralterasi hidrotermal di suatu wilayah secara regional, sehingga dapat
mendukung data geologi sebelum observasi di lapangan dilakukan.
Kata Kunci : Penginderaan Jauh, Landsat 8, Alterasi, Komposit ban
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DALAM MENGIDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB GERAKAN MASSA : STUDI KASUS DAERAH PANAS BUMI HULULAIS DAN SEKITARNYA
Daerah Panas Bumi Hululais terletak sekitar 140 km dari ibukota Provinsi Bengkulu, dan berada pada
ketinggian 600 – 1200 mdpl. Secara geologi daerah ini merupakan bagian dari zona Pegunungan Bukit
Barisan Daerah Hululais kini menjadi salah satu lokasi yang dimanfaatkan potensi panas buminya untuk
menghasilkan energi listrik. Namun seiring perkembangan pemanfaatannya hingga sekarang, daerah
Hululais seringkali mengalami bencana geologi terutama gerakan massa. Penelitian ini ditujukan untuk
mengidentifikasi faktor faktor penyebab terjadinya gerakan massa yang sering terjadi di daerah Hululais
dan sekitarnya. Bahan yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor faktor tersebut terdiri dari peta
geologi regional skala 1 : 250.000, peta topografi skala 1 : DEM (Digital Elevation Model) SRTM dengan
skala resolusi spasial 30 m, citra Landsat ETM dengan resolusi 15 – 30m, peta topografi, serta data
statistik berupa data curah hujan terbaru yaitu tahun 2014, serta literatur lainnya yang dapat mendukung
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki kelerengan dengan topografi
datar (0-2)% hingga berbukit berlereng sedang (14-20)%. Data Landsat band 321, 457, dan 542, dan Rasio
band tertentu dapat membedakan dan mengidentifikasi penutup lahan, struktur geologi, penyebaran
mineral alterasi hidrotermal, kelembaban tanah, drainase, dan persebaran vegetasi di daerah penelitan.
Data dari curah hujan terbaru menunjukkan nilai rata rata sebesar ±234 mm (menengah). Dari Penelitian
ini diperkirakan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi gerakan massa adalah kondisi curah hujan yang
memengaruhi kelembaban tanah, kemiringan lereng, kondisi vegetasi, drainase, relief dan penutup lahan.
Penelitian ini juga mengungkapkan mineral alterasi hidrotermal dapat meningkatkan resiko terjadinya
gerakan massa, terutama di daerah panas bumi.
Kata Kunci : Hululais, Gerakan Massa, Penginderaan Jauh, Faktor-Fakto
POROSIDING SEMINAR NASIONAL KECERDASAN DALAM MENGGALI BUDAYA NUSANTARA SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
“Kecerdasan Dalam Menggali Budaya Nusantara Sebagai Sumber Penciptaan dan Pengkajian Seni” cukup menarik diangkat sebagai tema dalam seminar nasional yang diselenggarakan Program Pascasar- jana Institut Seni Indonesia Denpasar. Karenanya perlu diingat kembali kata “Budaya Nusantara” sangat identik dengan tradisi, dalam hal ini, kesenian tradisional nusantara adalah pondasi yang mendasari segala bentuk dan perkembangan kesenian yang selama ini membawa nama Indonesia ke ranah Global. Dengan demikian kesenian nusantara perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar tidak terseret oleh terpaan arus globalisasi yang akan mengkaburkan identitas budaya kita.
Perkembangan kesenian di zaman ini penuh dengan pencarian, penggalian ide-ide yang mengede- pankan kreativitas dalam proses penciptaan dan pengkajian seni, sehingga melahirkan karya-karya spek- takuler yang bermutu tinggi. Di dalam ranah seni pertunjukan, para Etnomusikolog di masa ini berjuang mengangkat citra lokal ke ranah global dengan segala bentuk perkembangannya. Hal ini sangat berkaitan dengan topik seminar, yaitu keindahan budaya nusantara yang terbalut oleh nilai estetika tinggi mampu bersaing dalam dunia global. Dan kenyataannya budaya nusantara sudah mulai mengglobal. Di ranah visual art atau seni rupa dan desain dewasa ini terhembus wacana mengenai Global Art yang kembali mengambil dan meminjam ikon atau unsur tradisional yang kemudian di visualkan secara kreatif dengan ide-ide “gila”, sehingga disetiap karya-karya yang diciptakan bernuansa lokal dengan penggayaan baru yang mampu eksis di dalam ranah seni rupa dunia. Hal ini dalam konsep postmodern disebut dengan- pendekatan pasticheya itu mengangkat dan meminjam kembali bentuk-bentuk teks atau bahasa estetik tradisi yang kemudian dikonstruksi kembali dengan bahasa seni yang baru, kemudian menempatkannya kedalam konteks semangat masakini yang sering disebut dengan seni kontemporer tanpa meninggalkan dan merusak kesenian lokal