50 research outputs found

    Peningkatan Pembentukan Embrio Somatik pada Wortel (Daucus carota L) Menggunakan N6-benzylaminopurine (BAP)

    Get PDF
    Salah satu proses pembentukan planlet dalam teknik kultur jaringan tumbuhan adalah embriogenesis somatik, yaitu suatu proses pembentukan embrio dari eksplan yang berupa sel-sel somatik yang telah mengalami dediferensiasi. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pembentukan embrio somatik pada waortel (Daucus carota L) menggunakan BAP. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu; (1) Tahap perkecambahan聽 in-vitro, menggunakan medium 录 MS; (2) Tahap induksi dan pemeliharaan kalus, menggunakan medium MS + 2,4-D 2 mg/l ; (3) Tahap induksi embrio somatik. Hasil penelitian menunjukkan biji wortel dapat berkecambah dengan baik pada medium 录 MS dengan rata-rata persentase perkecambahan mencapai 98 % dan panjang hipokotil 3,84 cm. Efisiensi pembentukan kalus mencapai 90.83 %, Warna kalus umumnya putih bening atau putih kekuningan dengan tekstur friable atau remah. Perlakuan 0,5 mg/l BAP merupakan konsentrasi yang paling tepat meningkatkan pembentukan embrio somatik, dengan rata-rata jumlah embrio fase globuler 54,00; fase jantung 5,33; dan fase torpedo 4,66, dibandingkan dengan konsentrasi perlakuan BAP yang lain

    Simulation Analysis Using Simple Network Lan Packet Pracer

    Full text link
    This explains the scientific writing about the design of a simple LAN network using Packet Tracer simulator. In this scientific writing, use a simulator, ie Packet Tracer.5.0. Through this simulator we can create a simulation of a LAN, MAN and WAN. So if we want to create a network, we can take into account other what we need in making the network before getting directly into the field. So we can minimize mistakes and can further cut costs

    Embedded System Practicum Module for Increase Student Comprehension of Microcontroller

    Get PDF
    The result of applying the embedded system in education for students is successfully applied in university. On the other side, many people in Indonesia use smart equipment鈥檚 (Hand phone, Remote), but none of those equipments are used in education. University as the source of knowledge should overcome the problem by encouraging the students to use a technology with learning about it first. Embedded System Practicum Module Design needs a prototype method so that the practicum module that is desired can be made. This method is often used in real life. A prototype considered of a part of a product that expresses logic and physical of external interface that is being displayed and this method will fully depend on user contentment. Embedded System Practicum Module Design is made to increase student comprehension of embedded system course and to encourage students to innovate, so that many technologies will be developed and also to help lecturers deliver course subjects. With this practicum it is hoped that the student comprehension will increase significantly. The result of this research is a decent practicum module, hardware or software that can help students to know better about technology and the course subjects so that it will encourage the students to create an embedded system technology. The result of the test has been done; there is an increase of learning value obtained by 7.8%

    Karakteristik Padi Gogo Lokal yang Diberi Bahan Organik pada Berbagai Ketersediaan Air

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik kualitatif dan kuantitatif padi gogo lokal yang diberi bahan organik pada berbagai ketersediaan air. Penelitian ini dilaksanakan di Screenhouse Balai Benih Hortikultura Kelurahan Petobo, dilaksanakan pada Februari sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, faktor pertama adalah kondisi ketersediaan air yang terdiri atas 4 taraf : ketersediaan air kapasitas lapang 100%, 85%, 70% dan 55%. Faktor kedua berupa pemberian bahan organik terdiri atas 2 taraf: Tanpa Bahan Organik dan pemberian bahan organik/bokashi 20 ton ha-1. Setiap perlakuan diulang 3 kali dimana setiap unit percobaan terdiri dari 2 pertanaman, jadi keseluruhan tanaman berjumlah 48 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan berpengaruh pada keragaman kualitatif warna pelepah daun (hijau pucat; hijau dan hijau tua), helai daun (hijau pucat dan hijau) dan warna batang (kuning keemasan; hijau kekuningan dan hijau) dan keragaman kuantitatif tinggi tanaman, panjang malai, umur keluar malai, umur panen dan bobot gabah berisi. Perlakuan pemberian bokashi dapat meningkatkan jumlah anakan produktif dan persentase gabah berisi. Terdapat interaksi antara perlakuan berbagai ketersediaan air dan pemberian bahan organik pada total luas daun dan bobot gabah berisi

    Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV Semester 1 SD Negeri Bango 1 Demak Tahun Pelajaran 2011/2012

    Full text link
    Permasalahan pokok yang dibahas adalah ?贸脭茅录?么Apakah model pembelajarankooperatif dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika bagi siswakelas IV SD Negeri Bango 1 Demak pada semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012?贸脭茅录?脴. Datapenelitian diperoleh dengan metode tes dan metode observasi. Data yang telahterkumpul dinyatakan berhasil bilamana ketuntasan prestasi belajar klasikal mencapai85%.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian di SD NegeriBango 1 Demak, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Siklus pertamamempunyai ketuntasan belajar klasikal yaitu 70,83% dengan nilai rata-rata 65. Sikluskedua mempunyai ketuntasan belajar klasikal yaitu 79,17% dengan nilai rata-rata67,08. Siklus ketiga mempunyai ketuntasan belajar klasikal yaitu 87,50% dengan nilairata-rata 70,42. Hal ini dapat dikatakan berhasil karena ketuntasan belajar klasikal lebihbesar dari indikator keberhasilan yaitu 85%. Dengan demikian, model pembelajarankooperatif dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika siswa SDNegeri Bango 1 Demak kelas IV semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012

    Peranan Vitamin C dan Acetosyringone pada Transformasi Genetik Anggrek Vanda Tricolor Lindl. Var. Suavis melalui Agrobacterium Tumefaciens

    Get PDF
    Vanda tricolor Lindl. var. suavis adalah spesies anggrek alam asli Indonesia yang di habitat asalnyasudah mulai langka karena kerusakan hutan. Pengembangan metode transfer gen untuk tujuan modifikasigenetik diperlukan baik untuk perbaikan sifat-sifat tanaman maupun konservasi. Metode transfer genmelalui Agrobacterium tumefaciens untuk anggrek V. tricolor belum ada protokolnya, sehingga perludikembangkan. Penelitian ini menggunakan protokorm Vanda tricolor Lindl. forma Bali yang berumur8 minggu setelah semai sebagai target transformasi. T-DNA membawa gen KNAT1 yang dikontrololeh promoter CaMV dari Cauliflower Mosaic Virus serta membawa gen NPTII, yakni gen ketahananterhadap antibiotik kanamisin untuk seleksi transforman. T-DNA ini dikonstruksi dalam vektor binerPgreen dan ditransfer ke genom tanaman melalui A. tumefaciens stranin LBA4404. Deteksi transgendilakukan dengan PCR untuk mengamplifikasi fragmen gen KNAT1 sepanjang 1200bp dengan primerspesifik KNAT1. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui peran vitamin C pada transformasianggrek V. tricolor dalam mengatasi browning (pencoklatan); 2) menentukan pada tahapan mana(inokulasi dan atau kokultivasi) acetosyringone perlu ditambahkan dalam proses transformasi; dan 3)menentukan perlakuan yang menghasilkan persentase kandidat transforman dan frekuensi transformasitertinggi. Hasil penelitian mendapatkan bahwa aplikasi vitamin C mencegah terjadinya browning padaprotokorm anggrek V. tricolor yang ditransformasi meningkatkan persentase protokorm hijau setelahseleksi transforman. Persentase kandidat transforman dan frekuensi transformasi tertinggi diperoleh jikaacetosyringone diaplikasikan pada tahap inokulasi dan kokultivasi, kemudian diberi perlakuan vitaminC setelah kokultivasi

    Management Of Cardiogenic Shock In Pediatric Patients

    Get PDF
    Cardiogenic shock is an acute state of end-organ hypoperfusion following cardiac failure. Usually many children have good compensation if they suffered from cardiogenic shock and sometimes delay diagnosis leads to unfavorable outcome. Comprehensive approach in treatment following investigation about the cause of cardiogenic shock is very important and proper management will prevent complication and mortality.

    Total Karbohidrat Nonstruktural Pada Pangkal Batang Dan Akar Tanaman Rumput Gajah

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan dan regrowth terhadap total nonstructural carbohydrates (TNC) yang terakumulasi dalam pangkal batang dan akar rumput gajah. Penelitian ini menggunakan rancangan tersarang dimana faktor regrowth (R) tersarang pada faktor tingkat pertumbuhan (P). Faktor tingkat pertumbuhan terdiri atas tingkat vegetatif (P1) dan tingkat reproduktif (P2). Faktor regrowth terdiri atas R0 (regrowth 0 hari), R4 (regrowth 4 hari), R8 (regrowth 8 hari) dan R12 (regrowth 12 hari). Peubah yang diamati adalah produksi bahan kering (BK) dan TNC yang terakumulasi dalam pangkal batang dan akar rumput gajah. Data dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan, produksi BK dan TNC yang terakumulasi pada pangkal batang dan akar pada tingkat pertumbuhan reproduktif sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibanding dengan tingkat pertumbuhan vegetatif. Produksi BK dan TNC yang terakumulasi dalam pangkal batang dan akar pada tingkat pertumbuhan vegetatif dan reproduktif masing-masing pada regrowth R0, menurun tidak nyata pada R4 dan nyata pada R8, kemudian meningkat tidak nyata pada R12. Disimpulkan, bahwa ada perbedaan produksi BK dan TNC yang terakumulasi pada tingkat vegatatif dan reproduktif dalam pangkal batang dan akar rumput gajah. Produksi BK dan TNC yang terakumulasi dalam pangkal batang dan akar lebih tinggi pada tingkat reproduktif dibanding dengan tingkat vegetatif. Produksi BK dan TNC yang terakumulasi dalam pangkal batang dan akar menurun pada hari ke 0 hingga hari kedelapan, kemudian meningkat pada hari kedua belas untuk tingkat pertumbuhan vegetatif dan reproduktif

    Morphological Characteristics, Productivity and Quality of Three Napier Grass (Pennisetum Purpureum Schum) Cultivars Harvested at Different Age

    Get PDF
    The research was conducted to determine the morphological characteristics, productivity andquality of Napier grass cultivars Taiwan, King and Mott harvested at 8 and 13 after planting. Effect ofcultivar and harvest arranged in a nested design (3x2). The variables were observed consisting ofmorphological characteristics, dry matter production and forage quality. The results showed that themorphological characteristics, leaf stem ratio, fiber content, crude protein content and in vitro dry matterdigestibility of Napier grass Taiwan and King cultivar were not different, but both morphologicalcharacteristics, fiber content was higher (P <0.05) compared to Mott cultivar, whereas leaf stem ratio,crude protein content and in vitro dry matter digestibility Mott cultivar was higher (P <0.05) comparedto Taiwan and King cultivars. In general, an increase in plant height and fiber content at the age of 13weeks, whereas crude protein content and in vitro dry matter digestibility decreased. It was concludedthat the highest dry matter production found in Taiwan and the King cultivars, whereas highest qualityfound in Mott cultivar. Dry matter production was highest harvested at 13 weeks, whereas the highestquality harvested at 8 weeks after planting for all cultivars tested
    corecore