6,015 research outputs found

    Konsep Manusia dan Komunikasi dalam Persepektif Psikologi Transpersonal dan Islam

    Full text link
    Artikel ini mengungkap lebih dalam bagaimana psikologi transpersonal sebagai salah satu bidang psikologi yang mengintegrasikan konsep, teori, dan metode psikologi dengan kekayaan spritual dari bermacam-macam budaya dan agama. Konsep inti dari psikologi transpersonal adalah non-dualitas (nonduality), suatu pengetahuan bahwa tiap-tiap bagian (manusia) adalah bagian dari keseluruhan alam semesta. Penyatuan kosmis yang memandang segala-galanya sebagai satu kesatuan. Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau transendental dalam diri manusia. Kemudian transpersonal dalam konsep Islam lebih optimalisasi potensi manusia terhadap nilai-nilai Ketuhanannya, yang dilakukan dikalangan sufi dalam upaya menemukan jalan menuju kepada Tuhan, dimulai dari tobat, zuhud, ridha, tawadhu, mahabbah dan ma\u27rifah yang mana manifestasi dari hal tersebut ialah optimalisasi nilai-nilai Ketuhanan dalam diri manusia. Aspek psikologi transpersonal yang sangat berkeorelasi dalam Islam khususnya dalam bidang penyembuhan penyakit mental ialah melalui sholat, puasa, dzikir, doa,dan haji

    ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA (STIMULUS DAN RESPONS) DALAM NOVEL ROBI’AH AL-ADAWIYAH KARYA AZEEZ NAVIEL MALIKIAN

    Get PDF
    Perilaku individu dapat di pengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Kepribadian tokoh dalam sebuah cerita dapat di ciptakan oleh penulis untuk menggambarkan suatu kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Psikologi dan karya sastra memiliki keterkaitan karena keduanya sama – sama membahas tentang kehidupan manusia.Tingkah laku merupakan sebuah rangkaian sebab dan akibat dari adanya stimulus dan respon. Respon terjadi karena adanya stimulus yang di berikan. Penelitian ini bertujuan untuk membedah tingkah laku tokoh Robi’ah berdasarkan stimulus dan respon dalam novel perjalanan dan cinta wanita sufi Robi’ah Al Adawiya  karya azeez naviel malakian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelittian ini adalah studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh data yang berupa penggalan kalimat dan paragraf yang sesuai dengan kajian psikologi behavorisme Jhon B Whatson dalam novel tersebut.  hasil analisis peneliti dalam penelitian ini yaitu 1. Stimulus kondisi batin atau pesikis yang dialami oleh tokoh utama. 2. Stimulus kondisi lingkungan tempat hidup tokoh utama 3. Kondisi lingkungan masyarakat tokoh utama 4. Berbagai respon yang muncul yang berasal dari stimulus tersebut baik berupa respon positif maupun negativ. Penelitian tentang analisis ini adalah analisis tokoh utama dengan teori behavorisme dalam novel perjalanan dan cinta wanita sufi Robi’ah Al – Adawiyah.Perilaku individu dapat di pengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Kepribadian tokoh dalam sebuah cerita dapat di ciptakan oleh penulis untuk menggambarkan suatu kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Psikologi dan karya sastra memiliki keterkaitan karena keduanya sama – sama membahas tentang kehidupan manusia.Tingkah laku merupakan sebuah rangkaian sebab dan akibat dari adanya stimulus dan respon. Respon terjadi karena adanya stimulus yang di berikan. Penelitian ini bertujuan untuk membedah tingkah laku tokoh Robi’ah berdasarkan stimulus dan respon dalam novel perjalanan dan cinta wanita sufi Robi’ah Al Adawiya  karya azeez naviel malakian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra. Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelittian ini adalah studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh data yang berupa penggalan kalimat dan paragraf yang sesuai dengan kajian psikologi behavorisme Jhon B Whatson dalam novel tersebut.  hasil analisis peneliti dalam penelitian ini yaitu 1. Stimulus kondisi batin atau pesikis yang dialami oleh tokoh utama. 2. Stimulus kondisi lingkungan tempat hidup tokoh utama 3. Kondisi lingkungan masyarakat tokoh utama 4. Berbagai respon yang muncul yang berasal dari stimulus tersebut baik berupa respon positif maupun negativ. Penelitian tentang analisis ini adalah analisis tokoh utama dengan teori behavorisme dalam novel perjalanan dan cinta wanita sufi Robi’ah Al – Adawiyah

    MEMADUKAN PENDEKATAN PSIKOLOGI DAN TASAWUF DALAM STUDI ISLAM

    Get PDF
    Abstrak : Pendekatan psikologi dan pendekatan tasawuf memiliki titik persamaan. Persamaannya ialah bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur; jasmani (raga, dzahir, tampak) dan rohani (jiwa, batin, tidak tampak). Pendekatan ini sama-sama mengkaji unsur rohani (jiwa), bedanya psikologi hanya memandang “jiwa” dalam satu kesatuan, sedangkan tasawuf memandang “jiwa” yang didalamnya terdapat empat komponen, berupa qalb, ruh, nafs dan ‘aql. Keempat komponen ini mempunyai fungsi dan perannya masing-masing. Tujuan penelitian ini adalah memadukan pendekatan psikologi dan tasawuf dalam studi Islam. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (studi pustaka). Pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dan mengutip dari sumber-sumber data berupa buku, jurnal, dan artikel yang terkait. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan komparasi. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa pendekatan psikologi dapat digunakan untuk meneliti seorang sufi (orang yang bertasawuf). Sebaliknya, melalui pendekatan tasawuf, data yang dibutuhkan oleh pendekatan psikologi dapat juga diraih. Kata kunci: pendekatan psikologi, pendekatan tasawuf, studi Islam

    KEPRIBADIAN INTROVERT TOKOH CAK DLAHOM DALAM NOVEL MERASA PINTAR, BODOH SAJA TAK PUNYA : KISAH SUFI DARI MADURA KARYA RUSDI MATHARI

    Get PDF
    Kepribadian mempunyai hubungan erat dengan kehidupan manusia. Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya : Kisah Sufi dari Madura karya Rusdi Mathari identik dengan kondisi kejiwaan tokoh. Adanya perbedaan tokoh dalam novel tersebut menjadi pusat perhatian, sehingga menarik untuk digunakan sebagai bahan topik dalam penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain, menganalisis aspek kepribadian tokoh introvert. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan aspek kepribadian tokoh dalam novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya : Kisah Sufi dari Madura Karya Rusdi Mathari. Dalam penelitian ini mengkaji tentang aspek kepribadian introvert. introvert adalah tipe kepribadian tertutup. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan psikologi sastra. Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini, maka dapat diperoleh, tokoh yang memiliki tipe kepribadian introvert Cak Dlahom. Cak Dlahom yang cenderung subjektif tertutup dan lebih suka menghabiskan waktu sendirian

    KRITIK PSIKOLOGI SUFISTIK TERHADAP PSIKOLOGI MODERN: STUDI KOMPARATIF PEMIKIRAN AL-GHAZALI DAN DESCARTES (UPAYA MEMPERKUAT BANGUNAN KONSELING ISLAM)

    Get PDF
    Membahas tema yang didasarkan pada tujuan dalam upaya membuat psikologi sufi  sebagai bangunan integralistic  (ruh/ roh, qalb/hati,  aql/alasan, dan nafs/keinginan)  dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Oleh itu, tema yang dapat digunakan untuk membuat menyeimbangkan dari kepribadian seseorang dalam perspektif  spiritual,  intelektual,  emosional,  dan  sikap. Selain itu, tema ini dapat diidentifikasi  pengembangan arus utama psikologi (aspek kognitif, Behavioristic,  Psychoanalysis, Humanistik), dan hubungan dengan bimbingan dan konseling. Kata Kunci: psikologi sufistik, cartesian  dualisme,  arus utama psikologi, potensi manusiaPSYCHOLOGY  SUFISTIK CRITICISM AGAINST MODERN PSYCHOLOGY:  COMPARATIVE STUDY  THOUGHT  AL- GHAZALI AND DESCARTES (EFFORTS TO STRENGTHEN THE BUILDING OF ISLAMIC COUNSELLING). Discussing the theme  is based on purpose in effort to make  sufi psychology as integralistic building (ruh/spirit, qalb/heart, aql/reason, and nafs/ desire) in activity of guidance and counseling. Thus, the theme can be used to create balancing of individual personality in perspective of spiritual, intellectual, emotional, and attitude. Moreover, this theme can be identified development of mainstream  of psychology (Cognitive, Behavioristic, Psychoanalysis, Humanistic),   and the relation  with guidance and counseling.Keywords:   psychology sufistik, cartesian dualisme, mainstream of psychology, human  potentia

    TITIK TEMU SUFISME DAN PSIKOLOGI; KAJIAN ATAS QS. AL-FAJR: 27-30

    Get PDF
    The problem that this paper would like to answer is whether there are similarities between sufism and psychology in the discussion of soul. So far, sufism is known on the purification of the soul as its material object. To examine the soul, I observe the interpretation of Q.S al-Fajr verses 27-30. The method used is the tahlili method. This means to know how Islam understands the soul then to relate it with the explanation of soul according to psychology. Based on the results of this study, I reveal that there is a meeting point between sufism and psychology. Referring to the poems of Ibn Athailah al-Iskandari, I see similarities between him and secular psychologists such as Aristotle and Plato. I also conclude that considering the soul as their common object material. (Permasalahan yang akan dijawab dalam tulisan ini yaitu apakah terdapat persamaan antara sufisme dan psikologi dalam pembahasan kejiwaan. Selama ini sufisme yang dikenal dengan penyucian diri menjadikan jiwa sebagai obyek materialnya. Untuk mengkaji jiwa, penulis melihat penafsiran Q.S al-Fajr ayat 27 – 30 dengan metode tahlili. Ini dimaksudkan untuk melihat pemahaman Islam terhadap jiwa kemudian mengaitkannya dengan penjabaran dari jiwa menurut ilmu psikologi. Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa terdapat titik pertemuan antara sufisme dan psikologi.  Mengacu kepada Syair-Syair Ibn Athailah al-Iskandari, misalnya, penulis melihat ada persamaan dengan para psikolog umum seperti Aristoteles dan Plato. Dengan demikian, terdapat persamaan antara sufisme dan psikologi karena sama-sama menjelaskan tentang jiwa)

    NAFS IN SUFISM PSYCHOLOGY: ROBERT FRAGER’S PERSPECTIVE

    Get PDF
    Objek utama kajian psikologi ialah manusia yang terdiri dari jiwa dan raga. Dalam psikologi, raga manusia dapat berfungsi atau beraktifitas ketika jiwa mampu menggerakkannya dalam bentuk motif. Secara garis besar, jiwa bergerak yang berpadu dengan raga membentuk sebuah nama “diri/aku (self)” atau dalam satu konsep “kepribadian”. Hal senada juga menjadi bagian dalam kajian Islam (tasawuf/sufisme), kepribdian (akhlak) melibatkan dua substansi yaitu jasad dan ruh. Dua substansi yang saling berlawanan ini pada prinsipnya saling membutuhkan. Dalam hal ini tentu saja term “nafs” merupakan jembatan untuk memadukan keduanya. Berawal dari ulasan komparatif atau bahkan menyamakan antara Psikologi Barat dan Tasawuf, Robert Frager (seorang psikolog sekaligus syekh) dalam dalam bukunya juga membicarakan term yang sama (nafs). Dalam buku Psikologi sufi yang ia tulis, ia mengaskan bahwa tasawuf adalah pendekatan yang sangat holisik (mengintegasikan antara fisik, psikis dan spirit) dan memahamkan bahwa tasawuf adalah disiplin spiritual bagi semua orang tanpa kelas dan kasta. Dengan demikian, rumusan masalah dalam tulisan ini ialah apa dan bagaimana definisi nafs, posisi dan karakteristik nafs dalam Psikologi Sufi dan tingkatan nafs dalam Psikologi Sufi perspektif Robert Frager. Dalam bagian kesimpulan, penulis menilik pada dua sudut pandang, yaitu sudut perkembangan nafs secara tasawuf dan mengkritisi aspek psikologis yang digunakan Robert Frager. Dalam sudut pandang sufisme, Robert Frager telah melakukan pengembangan dari konsep nafs yang telah dirumuskan al-Ghazali maupun al-Hifni. Namun demikian dalam tulisannya Robert Frager belum menyinggung hirarki kebutuhan yang diprakarsai Abraham Maslow ,terutama tingkat aktualisasi diri. The main object of psychology study is the human being as a wealth of body and soul. In psychology, the human body can function or act when the soul is able to move it in the form of motive. Broadly speaking, the moving soul that blends with the body forms a name called "self / I" or in a "personality" concept. The same thing is also a part of Islamic studies of tasawuf or sufism, personality (akhlak) involves two substances namely the body and spirit. These two opposing substances in principle need each other. In this case, of course the term "nafs" acts as a bridge to combine the two. Starting from a comparative review or even equating between Western Psychology and Sufism, Robert Frager, a psychologist as well as a sheikh, in his book also speaks of the same term (nafs). In his book of Sufi Psychology, he asserts that Sufism is a very holistic approach for it integrates physical, psychic and spirit and underlines that Sufism is a spiritual discipline for all people without class and caste. Thus, the formulation of the problem in this paper is what and how the definition of nafs, positions and characteristics of the nafs in Sufi Psychology and the level of nafs in the Sufi Psychology perspective of Robert Frager. In the conclusion part, the writer looks at two points of view, i.e. the nafs development in tasawuf and critiques the psychological aspects used by Robert Frager. In the view of Sufism, Robert Frager has been developing the concept of the nafs that al-Ghazali and al-Hifni have formulated. However, in his writings Robert Frager has not touched upon the hierarchy of needs initiated by Abraham Maslow, especially the level of self-actualization

    Konsepsi Pengendalian Diri dalam Perspektif Psikologi Sufi dan Filsafat Stoisisme: Studi Komparatif dalam Buku Karya Robert Frager dan Henry Manampiring

    Get PDF
    Self-control based on spiritual elements can be said to be the cause of human obstruction in achieving peace and happiness. Thus, this study aims to uncover the concept of self-control in the perspective of sufi psychology and stoicism philosophy that is able to answer the problems of life today in achieving peace and happiness. In its preparation, this article uses qualitative methods with a library approach and is analyzed comparatively. The results and discussions of this study include an explanation of self-control in Robert Frager's view, self-control in the philosophy of stoicism, and a comparison of the concepts of self-control from both views. From this study, it can be concluded that the philosophy of Stoicism and Sufi psychology shake hands to agree that the most basic self-control is controlling perception, so that one can achieve a peaceful and peaceful life. Association with God is the main purpose of self-control in sufi psychology to get a life that is surrounded by a sense of peace. Stoicism philosophy emphasizes that man can distinguish between things that they can control or those they cannot control

    PENGALAMAN BERSUA TUHAN: PERSPEKTIF WILLIAM JAMES DAN AL-GHAZALI

    Get PDF
    Experience of meeting God constitutes an interresting phenomenon and become the focus of interrest of many disciplines. Psychology and tasawuf are two disciplines which focusedly study this phenomenon applying different approaches. Ghazali is the representative of the dicsipline of tasawwuf and William James is the representative of the dicsipline of psychology. The both experts applied the different approaches in studying the religious experiences. Epistemological base on which William James used , has the scientific accountability but less accurate in the source of knowledge. In other side, Ghazali has a deep source of knowledge but less of rationality. An effort to compromise the both approach in order to study about the experience of meeting God will result in a comprehensive, deep, and objective depiction.***Pengalaman bersua Tuhan merupakan fenomena yang menarik dan menjadi titik perhatian banyak disiplin ilmu. Psikologi dan tasawuf merupakan dua disiplin ilmu yang memfokuskan kajiannya pada fenomena ini dengan menerapkan pendekatan yang berbeda. Ghazali adalah representasi dari disiplin ilmu tasawuf dan William James adalah representasi disiplin ilmu psikologi. Kedua ahli tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengkaji pengalaman keagamaan. Basis epistimologi yang digunakan oleh James memiliki akuntabilitas ilmiah namun kurang akurat dalam sumber pengetahuannya. Di sisi lain Ghazali memiliki sumber pengetahuan yang dalam namun kurang dari sisi rasionalitas. Upaya untuk mengkompromikan kedua pendekatan dalam rangka untuk mengkaji pengalaman bersua Tuhan akan menghasilkan penggambaran yang dalam dan obyektif
    corecore