45 research outputs found

    URBANISASI KAWASAN PERDESAAN: PERKEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KABUPATEN TEMANGGUNG

    Get PDF
    Urbanization is a phenomenon of area transformation become urban, which is indicated by the change of demography, economy, and social condition. The changes are reflected in the raising of industrial and service activities that are followed by the change of physical form and land use of the area. Rural urbanization is activities and physical condition shift from rural to become urban form. The phenomena could be triggered due to the industrialization and agriculture transformation in rural area. The growth of wood processing industry in Temanggung District indicates the shift of agriculture activity to become industry that is parallelized with the growth of urban activities and land uses in rural area. This paper presents research result of wood industry growth in rural area of Temanggung district, and the impact of urbanization in activity and land use of rural area. The research was carried out the comparison of rural land use time series, which especially focus at the wood industry agglomeration area. The research result shows that the main component of rural urbanization process in Temanggung district is the existence of wood industry activity that triggered the growth of surrounding urban built up area. The raising of wood industry was initiated by the external investment in the area that promote the similar activities through technology and business adoption by the local entrepreneurs. The rural industrialization process is also supported by the local resources availability i.e. raw material of local timber production, competitive level of worker wage, and feasible land for factory development. The existence of local enterpreneurs capacity is also encourage the industrialization process. Physically, the spatial distribution of factories tends to be agglomerated follow regional access corridor for raw materials and products distribution, workers settlement area, and the direction from spatial planning regulation. The private initiative of wood industry development has shifted the rural people activity from agriculture to become industry. The growth has been followed by the the change of the physical spatial form of rural activites gradually became urbanized area. Industrialization process in rural area of Temanggung district corfirmed the existence of local urbanization phenomenon. Keywords : Rural urbanization, rural industrialization, wood processing industr

    EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN PADA PROGRAM GERDU KEMPLING DI KELURAHAN KEMIJEN KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Kemiskinan merupakan masalah yang pada umumnya dihadapi hampir di semua negaranegara berkembang, terutama negara yang padat penduduknya seperti Indonesia. Masalah kemiskinan dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Dimensi kemiskinan dalam kehidupan masyarakat muncul dalam berbagai bentuk, antara lain seperti dimensi ekonomi, sosial maupun politik. Dalam upaya pengentasan kemiskinan dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak termasuk masyarakat. Masyarakat tidak lagi menjadi objek pembangunan akan tetapi menjadi subjek pembangunan karena mereka sebagai penerima manfaat dari kegiata-kegiatan dalam pengentasan kemiskinan. Sehingga dengan kata lain, kegiatan pengentasan kemiskinan yang dilakukan perlu lebih menekankan aspek pemberdayaan, antara lain perlu dilengkapi dengan pendidikan, kewirausahaan, guna mengubah sikap mental ketergantungan serta mengembangkan etos kerja, sehingga dapat menumbuhkan kemandirian. Dengan cara demikian, akan memunculkan kesadaran terhadap penduduk miskin melakukan kegiatan yang produktif sehingga terjadi peningkatan pendapatan dan dapat mengurangi kemiskinan. Sebagaimana kota-kota lain di Indonesia, sebagai kota yang mengalami perkembangan, Kota Semarang tidak terlepas dari masalah kemiskinan. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilakukan salah satunya program Gerdu Kempling dengan pendekatan Tri Bina yang diluncurkan pada tanggal 24 maret 2011. Pada tahun 2012, salah satu kelurahan yang mendapaatkan program Gerdu Kempling yaitu Kelurahan Kemijen yang jumlah penduduk miskinnya cukup banyak

    BENTUK HUBUNGAN PADA KERANGKA EKOWISATA BAHARI TERUMBU KARANG DI DESA KARIMUNJAWA

    Get PDF
    Karimunjawa merupakan kepulauan yang memiliki potensi terumbu karang yang melimpah. Adanya kegiatan wisata bahari terumbu karang di Karimunjawa memberikan keuntungan secara finansial terhadap negara dan masyarakat lokal. Di sisi lain, keberadaan kegiatan wisata bahari tersebut juga dapat mengancam kelangsungan hidup keanekaragaman hayati terumbu karang serta kearifan lokal dan budaya masyarakat Karimunjawa. Oleh karena itu, seiring dengan berjalannya waktu muncullah kegiatan ekowisata dimana wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam semata tetapi juga ikut membantu melestarikannya. Di sisi lain, masyarakat lokal dan pihak pengelola yang terkait juga ikut menjaga dan melestarikan keanekaragaman dan kearifan lokal yang ada, bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata. Dari hal tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian, “bagaimana bentuk ekowisata bahari terumbu karang di Desa Karimunjawa, TN Karimunjawa?

    MOTIVATING DEAF PARTICIPATION THROUGH COMMUNITY PLACE ATTACHMENT

    Get PDF
    highest subdivision of “sense of place”, “community place attachment” (CPA) has been proven in a lot of studies as a common ground to motivate community participation. Deeply attached community are proven to be participative in city and society improvement efforts. However, there are no urban planning literature who spesifically studied Deaf participation by focusing on people-place bonds. Deaf as marginalized group in the city who experience linguistic discrimination throughout their life, certainly have different CPA condition. Deaf participation in city improvement efforts also crucial to realize an inclusive city. Therefore the goal of this research is to understand how to motivate Deaf participation using CPA. The research focus on Deaf place attachment to their city (Semarang City) as the scope which people attach deeper. As the 2 n

    TINGKAT KETAHANAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA KEKERINGAN DI KELURAHAN ROWOSARI, KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Penilaian Tingkat Ketahanan Masyarakat merupakan langkah awal menuju peningkatan ketahanan dan membuat pemangku kepentingan untuk memprioritaskan tindakan yang diperlukan dalam menangani suatu kondisi masyarakat yang mengalami tekanan dan guncangan. Kelurahan Rowosari merupakan salah satu wilayah yang terdampak bencana kekeringan setiap tahunnya. Bencana kekeringan yang terjadi berimbas pada penurunan debit air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Berdasarkan kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan seperti “Seperti apa tingkat ketahanan masyarakat terhadap bencana kekeringan di Kelurahan Rowosari?”. Digunakan metode kuantitaif untuk menjabarkan hasil penelitian. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menunjukan kondisi eksisting masyarakat yang terdiri dari aspek fisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Teknik analisis skoring menggunakan metode Sturges yang digunakan sebagai alat untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat ketahanan masyarakat. Hasil Tingkat ketahanan masyarakat Kelurahan Rowosari terhadap bencana kekeringan menunjukan skor akhir sebesar 2,00 dan termasuk dalam tingkat ketahanan menengah. Pada tingkatan tersebut masih perlu dilakukan peningkatan dari berbagai aspek, hal ini dikarenakan pada tingkat tersebut juga rawan terjadi penurunan akibat kurangnya kepedulian masyarakat untuk menghadapi bencana kekeringan

    PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU DI DESA JERUK KECAMATAN SELO, KABUPATEN BOYOLALI

    Get PDF
    Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan kawasan konservasi yang mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistem yang perlu dilindungi kelestariannya. Kawasan ini berfungsi untuk menyalurkan fungsi ekologis dan ekonomi untuk mendukung kehidupan masyarakat disekitarnya. Taman Nasional Gunung Merbabu dalam mewujudkan tujuan pengelolaan mempunyai berbagai keterbatasan antara lain adalah keterbatasan sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, serta luasnya wilayah yang harus dikelola. Kondisi tersebut mendorong terjadinya ancaman terhadap keutuhan kawasan sehingga menurunkan fungsi hutan tersebut

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA UPAYA PERBAIKAN KAWASAN KUMUH KELURAHAN DADAPSARI, SEMARANG

    Get PDF
    Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan dalam rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat mampu mandiri, dan bukan hanya kemandirian menjadi lebih meningkat tetapi kemampuan dalam mempengaruhi pihak lain untuk melakukan keputusan yang sudah diambil juga didapatkan. Salah satu manfaat dari pemberdayaan masyarakat ialah berkembangnya potensi ataupun kemampuan yang terdapat di setiap individu. Kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan antara lain kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan untuk berorganisasi dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Menurut Sulitiyani (2004) daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu (pembangunan) secara mandiri. Pemberdayaan masyarakat memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini pemberdayaan merupakan suatu proses perubahan ketergantungan menjadi kemandirian (Sumodiningrat dalam Nurul, 2014)

    PENGARUH PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PERENCANAAN PARTISIPATIF TERHADAP SIKAP UNTUK BERPARTISIPASI: Kasus Penyusunan RTBL Kawasan Tambaklorok Kota Semarang

    Get PDF
    Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan diperlukan sebagai bentuk akomodasi terhadap berbagai kebutuhan dan kepentingan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Demikian pula dalam penataan ruang di berbagai tingkatan baik tata ruang nasional, tata ruang pulau, provinsi, kabupaten/kota, bangunan dan lingkungan yang tentu saja tidak hanya cukup dirumuskan oleh pemerintah bersama dengan lembaga legislatif saja. Penyusunan RTBL atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Tambaklorok Kota Semarang telah dilaksanakan pada tahun 2015 yang lalu

    PENGARUH FAKTOR SUPLAI TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG PADA OBJEK WISATA POSONG KABUPATEN TEMANGGUNG

    Get PDF
    Faktor kepuasan pengunjung banyak dipengaruhi oleh faktor suplai wisata (atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan pelayanan tambahan ) yang telah disediakan oleh pengelola wisata. Kepuasaan pengunjung sebagai faktor utama perkembangan pariwisata yang berdampak kepada pengembangan ekonomi. Perkembangan dan keberlanjutan aktivitas wisata akan berdampak terhadap pendapatan masyarakat dapat dilihat dari nilai loyalitas pengunjung. Wisata yang memanfaatkan sumberdaya lokal akan memberikan dampak terhadap ekonomi lokal kawasan tersebut. Wisata Posong sebagai wisata yang memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu view pegunungan yang diinisiasi masyarakat. Faktor suplai yang ada di Wisata Posong juga diinisiasi dan disediakan oleh masyarakat lokal. Hal ini yang menarik pada penelitian dari penyediaan faktor suplai wisata di Wisata Posong. Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh faktor suplai terhadap kepuasan pengunjung wisata di objek Wisata Posong, Kabupaten Temanggung serta implikasinya terhadap loyalitas pengunjung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan Analisis Structural Equation Modelling (SEM), dan Importance Performance Analysis (IPA). Teknik pengumpulan data adalah menggunakan kuisioner yang ditujukan kepada 120 pengunjung Wisata Posong, wawancara pengelola wisata, dan observasi kondisi penyediaan faktor suplai di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, kinerja yang ada pada penyediaan faktor suplai dan indikator kepuasaan memiliki nilai 3,57 dengan nilai tertinggi pada atraksi wisata (3,87) dan nilai terendah pada aksesibilitas (3,11). Hasil penilaian kepuasaan menjadikan empat kuadran yang dijadikan strategi pengembangan kedepan. Pada penelitian ini juga diketahui pengaruh antara penyediaan faktor suplai Wisata Posong terhadap nilai kepuasaan pengunjung, serta terdapat pula pengaruh kepuasaan pengunjung terhadap nilai loyalitas. Selain itu hasil dari analisis model teori terdapat 9 indikator yang saling memiliki pengaruh tak langsung. Rekomendasi dari penelitian ini adalah peningkatan performa pada penilaian kuadran 2 yaitu dari aksesibilitas wisata, keragaman atraksi wisata serta peningkatan dari pelayanan dan amenitas. Rendahnya nilai kepuasaan pengunjung berpengaruh terhadap nilai loyalitas khususnya pada kemauan untuk membeli barang atau jasa yang disediakan. Hal ini yang berimplikasi pada ekonomi lokal khususnya pada pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat dari penyediaan faktor suplai masih lebih rendah dari sektor dominan di Desa Tlahap yaitu pertanian. Selain itu diperlukan peningkatan faktor suplai dan pelayanannya khususnya pada sektor produktif yang dapat disediakan masyarakat lokal sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pengembangan ekonomi lokal

    PERAN MASYARAKAT DALAM EKSISTENSI KAMPUNG KOTA (Studi Kasus: Kampung Pelangi Kota Semarang)

    Get PDF
    Kampung Wonosari merupakan salah satu kampung yang dalam sejarahnya diperuntukkan sebagai kawasan pemakaman. Namun, lokasi Kampung Wonosari yang berada di pusat kota yang dekat dengan pusat pemerintahan, Tugu Muda, Lawang Sewu, sarana kesehatan RSUD Kariadi, serta pusat perniagaan pandanaran, menyebabkan berubahnya peruntukan Kampung Wonosari. Lambat laun Kampung Wonosari berubah dari dominasi lahan pemakaman kini didominasi menjadi lahan permukiman yang tidak tertata. Ekistensi kampung kota sebagai tempat bermukim yang berkualitas bagi masyarakat perkotaan dapat dilakukan melalui penggalian potensi dari berbagai sektor, tentu saja hal ini tidak lepas kaitannya dengan peran masyarakat didalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran masyarakat dalam eksistensi Kampung Pelangi di Kota Semarang. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuisioner, observasi, dan wawancara sebagai pendukung. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan kepada masyarakat Kampung Pelangi yang berjumlah sebanyak 90 responden. Teknik analisis yang digunakan meliputi analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan data-data terkait karakteristik sosial dan ekonomi. Selain itu juga menggunakan analisis skoring dan pembobotan dengan melibatkan responden untuk menentukan skor sendiri pada masing-masing kriteria yang sudah ditetapkan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada analisis eksistensi Kampung Pelangi sebagai kampung kota tergolong dalam kriteria kuat. Hal ini dikarenakan Kampung Pelangi dapat memberikan identitas pada suatu kota dimana masih terlihat wajah asli kampung yaitu ditandai dengan adanya makam bersejarah yang masih dilestarikan serta ikatan-ikatan sosial dan adat istiadat yang masih terjalin dalam masyarakat Kampung Pelangi. Kondisi ini tentunya berpengaruh berhadap peran masyarakat yang sudah berkontribusi tinggi terlibat dalam pelaksanaan aktivitas dan pembangunan di Kampung Pelangi. Dalam program pembentukan Kampung Pelangi masyarakat tidak ikut terlibat dalam inisiasi pembentukan Kampung Pelangi, pemerintahlah yang berperan penting mulai dari inisiasi, implementasi, dan monitoring. Masyarakat hanya terlibat dalam pelaksanaan aktivitas pembangunan saja, sehingga inisiatif masyarakat masih hanya terbatas arahan pemerintah saja. Kondisi ini juga terkait dengan keberadaan organisasi lokal (pokdarwis) di Kampung Pelangi dimana peran pokdarwis untuk pengembangan Kampung Pelangi hanya jika ada arahan dari kelurahan saja atau pemerintah kota semarang dalam mewujudkan Kampung Pelangi menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi yang memang pada dasarnya sudah menjadi program Pemerintah Kota Semarang. Meskipun begitu keberadaan pokdarwis cukup bermanfaat bagi masyarakat Kampung Pelangi yang berperan dalam pengadaan event-event kegiatan wisata. Sedangkan untuk penilaian kapasitas masyarakat sendiri berada pada kategori sedang. Kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat di Kampung Pelangi belum sepenuhnya berhasil mengatasi permasalahan Kampung Pelangi karena belum adanya monitoring secara berkelanjutan terkait program kegiatan dalam peningkatan kapasitas masyarakat. Berdasarkan temuan studi penelitian maka perlu adanya pelibatan masyarakat dalam proses identifikasi permasalahan, analisis permasalahan hingga implementasi program sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam memahami potensi dan masalah kampungnya yang pada akhirnya mereka mampu berkontribusi secara maksimal dalam mengatasi segala permasalahan yang dihadapi sehingga eksistensi kampungnya mampu beradaptasi terhadap tekanan perkotaan
    corecore