Kampung Wonosari merupakan salah satu kampung yang dalam sejarahnya diperuntukkan sebagai
kawasan pemakaman. Namun, lokasi Kampung Wonosari yang berada di pusat kota yang dekat dengan pusat
pemerintahan, Tugu Muda, Lawang Sewu, sarana kesehatan RSUD Kariadi, serta pusat perniagaan
pandanaran, menyebabkan berubahnya peruntukan Kampung Wonosari. Lambat laun Kampung Wonosari
berubah dari dominasi lahan pemakaman kini didominasi menjadi lahan permukiman yang tidak tertata.
Ekistensi kampung kota sebagai tempat bermukim yang berkualitas bagi masyarakat perkotaan dapat dilakukan
melalui penggalian potensi dari berbagai sektor, tentu saja hal ini tidak lepas kaitannya dengan peran
masyarakat didalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran masyarakat dalam eksistensi
Kampung Pelangi di Kota Semarang. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui kuisioner, observasi, dan wawancara sebagai pendukung.
Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan kepada masyarakat Kampung Pelangi yang berjumlah
sebanyak 90 responden. Teknik analisis yang digunakan meliputi analisis statistik deskriptif yang digunakan
untuk menggambarkan data-data terkait karakteristik sosial dan ekonomi. Selain itu juga menggunakan analisis
skoring dan pembobotan dengan melibatkan responden untuk menentukan skor sendiri pada masing-masing
kriteria yang sudah ditetapkan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada analisis eksistensi Kampung Pelangi sebagai kampung
kota tergolong dalam kriteria kuat. Hal ini dikarenakan Kampung Pelangi dapat memberikan identitas pada
suatu kota dimana masih terlihat wajah asli kampung yaitu ditandai dengan adanya makam bersejarah yang
masih dilestarikan serta ikatan-ikatan sosial dan adat istiadat yang masih terjalin dalam masyarakat Kampung
Pelangi. Kondisi ini tentunya berpengaruh berhadap peran masyarakat yang sudah berkontribusi tinggi terlibat
dalam pelaksanaan aktivitas dan pembangunan di Kampung Pelangi. Dalam program pembentukan Kampung
Pelangi masyarakat tidak ikut terlibat dalam inisiasi pembentukan Kampung Pelangi, pemerintahlah yang
berperan penting mulai dari inisiasi, implementasi, dan monitoring. Masyarakat hanya terlibat dalam
pelaksanaan aktivitas pembangunan saja, sehingga inisiatif masyarakat masih hanya terbatas arahan
pemerintah saja. Kondisi ini juga terkait dengan keberadaan organisasi lokal (pokdarwis) di Kampung Pelangi
dimana peran pokdarwis untuk pengembangan Kampung Pelangi hanya jika ada arahan dari kelurahan saja
atau pemerintah kota semarang dalam mewujudkan Kampung Pelangi menjadi destinasi yang menarik untuk
dikunjungi yang memang pada dasarnya sudah menjadi program Pemerintah Kota Semarang. Meskipun begitu
keberadaan pokdarwis cukup bermanfaat bagi masyarakat Kampung Pelangi yang berperan dalam pengadaan
event-event kegiatan wisata. Sedangkan untuk penilaian kapasitas masyarakat sendiri berada pada kategori
sedang. Kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat di Kampung Pelangi belum sepenuhnya berhasil
mengatasi permasalahan Kampung Pelangi karena belum adanya monitoring secara berkelanjutan terkait
program kegiatan dalam peningkatan kapasitas masyarakat. Berdasarkan temuan studi penelitian maka perlu
adanya pelibatan masyarakat dalam proses identifikasi permasalahan, analisis permasalahan hingga
implementasi program sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam memahami potensi dan masalah
kampungnya yang pada akhirnya mereka mampu berkontribusi secara maksimal dalam mengatasi segala
permasalahan yang dihadapi sehingga eksistensi kampungnya mampu beradaptasi terhadap tekanan perkotaan