24 research outputs found

    The Evaluation and Comparison of Aquatic Methodology for Measurement of Bacterial Population Dynamics and Grazing Activity in Diverse Aquatic Ecosystems.

    Get PDF
    Observations and experiments were conducted to evaluate methodologies for measuring aquatic bacterial population dynamics and grazing activity in ecologically dissimilar ecosystems. Samples were taken from Auke Bay, AK, the Mississippi River at Plaquemine, LA, the Terrebonne Bay estuary, LA, and the Mississippi River plume. Four methods were compared for measuring bacterioplankton growth and grazing mortality rates: dilution, filtration, antibiotic, and the Servais et al. (1985) procedures. The dilution method appeared to be the best among those compared. Among all sites, bacterial density ranged from 0.02 to 10\sp6 ml\sp{-1}, and bacterial growth and grazing mortality rates, estimated using the dilution method, ranged from −-0.016 to 0.11 h\sp{-1} and 0.012 h\sp{-1} to 0.134 h\sp{-1}, respectively. The number of bacteria grown and grazed in all study locations were nearly in balance, implying that grazers can increase in magnitude equivalent to bacterial growth. Grazing is the major factor controlling bacterial density in all study areas, although at particular sites temperature and food availability also have an important role. Seasonal changes in bacterial abundance and growth rate were not a function of temperature in Auke Bay and Terrebonne Bay estuary, but were in the Mississippi River. Phytoplankton are important as a source of carbon for bacteria in Auke Bay, but perhaps not in the Lower Mississippi River. There were 8% per hour turnover of bacterial biomass (ranged of 1 to 20% per hour) among all sites. In Terrebonne Bay, each flagellate grazed between 13 to 86 (average 23) bacteria per hour. There were virtually no flagellates present when bacterioplankton densities were less than 0.5 ×\times 10\sp6 ml\sp{-1}, suggesting that there are at least two qualitatively different bacterial population dynamics in aquatic environments: one with, and one without significant grazing by flagellates. When there is an absence of grazing, bacteria are a sink . In the presence of grazing, bacteria may be a sink or a source ( link ) of organic matter for the higher trophic levels. The value of comparisons in widely dissimilar aquatic ecosystems has been demonstrated

    Biomass Nutrient Profiles of Marine Microalgae Dunaliella Salina

    Full text link
    The unconventional micro algal sources for the production of feed, food, food additive, pharmaceutical, and fine chemical is growing in important. Researches in the field are expanding worldwide. Nutritional composition of marine micro algae Dunaliella salina data included proximate composition, nitrate, RNA, and pigments were analyzed under various conditions in semi cultured medium. On average, nutritional composition of biomass was highly influenced by external irradiance and residence time in bioreactor. The biomass collected for short residence times was richer in protein

    Produktifitas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi

    Full text link
    Observasi dan eksperimen telah dilakukan untuk mengevaluasi produktifitas primer dan laju pertumbuhan fitoplankton serta estimasi pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton di perairan Muara Bekasi, Muara Jaya, dan Muara Sorongan,Kabupaten Bekasi di lokasi muara sungai (Stasiun S), perairan antara sungai dan laut (Stasiun SL) dan laut di depannya (Stasiun L). Produktifitas primer diukur dengan menggunakan metode botol gelap-botol terang, sedangkan laju pertumbuhan fitoplankton diukur dengan metode penyaringan. Pengukuran dan eksperimen dilakukan pada bulan Februari , Maret, dan April 1993. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai rata-rata produktifitas primer sebesar 428,16,322,55, dan 343,97 gC/ml/tb berturut-turut untuk Stasiun S, SL, dan L. Laju tumbuhan fitoplankton adalah 16 %, 54 %, dan 26 % penggandaanlhari untuk Stasiun S, SL, dan L. Klorofil yang hilang di Stasiun S, SL, dan L berturut-turut adalah sebesar 2,28, 3,81, dan 2,38~tlhari, atau sekitar Ix )0-4, 3x )0-4, dan 0,7x 10-4 ~Cl1t/zooplankter/hari ditransfer dari fitoplankton ke zooplankton .Kata

    Beberapa Aspek Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barrang Lompo Makassar

    Get PDF
    A study has been conducted to investigate some aspects related to seagrass Enhalus acoroides growth in Barrang Lompo Island Makassar by using a modified tagging method.  Tagging was applied monthly to 20 seagrass stands for seven months with weekly observations. The results showed that Enhalus acoroides growth had a quadratic pattern and was strongly affected by exposed environmental condition, turbidity, nutrient, and temperature

    Beberapa Aspek Pertumbuhan Lamun Enhalus acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barrang Lompo Makassar

    Get PDF
    A study has been conducted to investigate some aspects related to seagrass Enhalus acoroides growth in Barrang Lompo Island Makassar by using a modified tagging method.  Tagging was applied monthly to 20 seagrass stands for seven months with weekly observations. The results showed that Enhalus acoroides growth had a quadratic pattern and was strongly affected by exposed environmental condition, turbidity, nutrient, and temperature

    Produktifitas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi

    Get PDF
    Observasi dan eksperimen telah dilakukan untuk mengevaluasi produktifitas primer dan laju pertumbuhan fitoplankton serta estimasi pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton di perairan Muara Bekasi, Muara Jaya, dan Muara Sorongan,Kabupaten Bekasi di lokasi muara sungai (Stasiun S), perairan antara sungai dan laut (Stasiun SL) dan laut di depannya (Stasiun L). Produktifitas primer diukur dengan menggunakan metode botol gelap-botol terang, sedangkan laju pertumbuhan fitoplankton diukur dengan metode penyaringan. Pengukuran dan eksperimen dilakukan pada bulan Februari , Maret, dan April 1993. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai rata-rata produktifitas primer sebesar 428,16,322,55, dan 343,97 gC/ml/tb berturut-turut untuk Stasiun S, SL, dan L. Laju tumbuhan fitoplankton adalah 16 %, 54 %, dan 26 % penggandaanlhari untuk Stasiun S, SL, dan L. Klorofil yang hilang di Stasiun S, SL, dan L berturut-turut adalah sebesar 2,28, 3,81, dan 2,38~tlhari, atau sekitar Ix )0-4, 3x )0-4, dan 0,7x 10-4 ~Cl1t/zooplankter/hari ditransfer dari fitoplankton ke zooplankton .Kata-kata kunci: fitoplankton, produktifitas primer, laju pertumbuhan, perairanpantai, Kabupaten Bekasi

    Potensi Penyimpanan Karbon Lamun Enhalus acoroides di Pulau Barranglompo Makassar

    Get PDF
    Pulau Barranglompo Makassar memiliki komunitas lamun yang disusun oleh delapan jenis. Diantara delapan jenis lamun tersebut, Enhalus acoroides mempunyai peranan yang cukup penting sebagai penyimpan karbon. Hal ini berkaitan dengan ukuran morfologi yang besar. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan jenis lamun E. acoroides untuk menyimpan karbon pada jaringan hidupnya. Penelitian dilakukan selama setahun, yang terbagi ke dalam empat periode berdasarkan curah hujan. Beberapa tahapan dilakukan pada penelitian yaitu sampling kerapatan lamun yang dilakukan terhadap 238 titik yang tersebar di areal padang lamun, penentuan konsentrasi karbon pada jaringan lamun (daun, akar dan rhizoma), konversi penyimpanan karbon dari kerapatan lamun, pembuatan peta dan perhitungan luas penyimpanan karbon dengan menggunakan surfer 9.0 dan arc view 3.3. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi karbon pada akar adalah 35,02??1,71%, rhizoma 38,59??0,88% dan daun 37,49??0,85%. Rata-rata penyimpanan karbon lamun per tunas mencapai 1,406 gC/tunas. Total penyimpanan karbon komunitas lamun E. acoroides di Pulau Barranglompo berfluktuasi berdasarkan periode terutama simpanan karbon di atas substrat. Rata-rata simpanan karbon mencapai 52,06 ton, sebagian besar disimpan di bawah substrat. Kemampuan menyimpan karbon yang besar di bawah substrat merupakan kunci peran lamun dalam mendeposisi karbon dalam konteks penyerapan karbon dan pemanasan global

    Karakteristik Perairan Mangrove Tanjung Api-api Sumatera Selatan Berdasarkan Sebaran Parameter Lingkungan Perairan Dengan Menggunakan Analisis Komponen Utama (PCA)

    Full text link
    Mangrove ecosystem is a unique ecosystem in coastal area and has useful economic and ecological function. The aim of this research was to know the characteristic of mangrove water of Tanjung Api-api, South Sumatera based on its environmental paramaters. This research has been done in April-June 2007. Sample of water was collected by using water sampler. Water parameters were measured consist of temperature, salinity, pH, Dissolved Oxygen, Nitrate, Phosphate, Ammonium, Total Suspended Solid and Total Organic Matter. Principal Component Analysis was used to determine characteristic of physico-chemical parameters between observation stations. The results showed that station I (sea area) was characterized by high value for temperature, dissolved oxygen, and pH; station II (mouth river) was characterized by high value of TOM and TSS; while station III (river) was characterized by low value of environmental parameters compared with the other stations. Keywords : Environmental parameters, Principal Component Analysis, Mangrove, Tanjung Api-api Ekosistem mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem pesisir yang unik dan memiliki fungsi ekologis dan ekonomis yang sangat bermanfaat di lingkungan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat mangrove Tanjung Api-api berdasarkan parameter kualitas perairan. Penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2007. Pengambilan sampel air dengan menggunakan water sampler lalu dimasukkan kedalam botol gelap. Parameter air yang diamati meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, nitrat, fosfat, Ammonia, Total Padatan Tersuspensi dan bahan organik total. Untuk menentukan variasi karakteristik fisika kimia perairan antar stasiun pengamatan digunakan Principal Component Analysis atau PCA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perairan mangrove Tanjung Api-api untuk Stasiun I (daerah laut) dicirikan oleh suhu, salinitas, DO dan pH yang tinggi, Stasiun II (mulut muara) lebih dicirikan oleh nilai TOM dan TSS yang tinggi, sedangkan Stasiun III (sungai) dicirikan oleh parameter fisika-kimia air dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang berada di daerah laut dan muara

    Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan Karakteristik Habitat

    Get PDF
    ABSTRACTIndication on seagrass decline  has been observed in many places including Barranglompo Island of Makassar. Condition of damaged seagrass has significant impacts to the roles of seagrass as habitat, spawning ground, and feeding ground for various marine organisms and also role of seagrass as carbon absorbent and stocks.  In order to provide a reference for appropriate seagrass management and conservation, it is required data on seagrass habitat.  A research was done in Barranglompo Island, Makassar from December 2010 to November 2011.  Seagrass condition was observed based on McKenzie et al. (2001) and Balestri et al. (2003).  This research showed that large seagrass coverage was dispersed in southern, western and northern sides of the island. Meanwhile, seagrass spesies with wider distribution were E. acoroides, T. hemprichii and C.rotundata.Keywords : seagrass, Barranglompo Island, habitat characteristics ABSTRAKIndikasi adanya penurunan kondisi lamun ditemukan di beberapa tempat termasuk di Pulau Barranglompo Makassar. Kondisi lamun yang rusak berimplikasi terhadap peranan lamun sebagai habitat, tempat memijah dan tempat mencari makan berbagai organisme serta peran lamun sebagai penyerap dan penyimpan karbon.  Sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan dan konservasi lamun yang tepat diperlukan data kondisi dan habitat lamun.  Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar dari bulan Desember 2010 sampai November 2011.  Kondisi lamun diamati berdasarkan McKenzie et al. (2001) dan Balestri et al. (2003).  Penelitian menunjukkan bahwa distribusi lamun yang luas ditemukan pada sisi selatan, barat dan utara pulau.  Jenis lamun yang mempunyai sebaran yang luas adalah E. acoroides, T. hemprichii dan C. rotundata.Kata kunci : lamun, pulau Barranglompo, karakteristik habita
    corecore