Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal
Not a member yet
254 research outputs found
Sort by
Deteksi Senyawa Psikotropika pada Jamur Koprofil yang Ditemukan di Wilayah Eks Karesidenan Banyumas Provinsi Jawa Tengah
Penelitian sebelumnya pada tahun 2018 di wilayah Eks Karesidenan Banyumas (Kabupaten: Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap) mendapatkan adanya 12 genera jamur koprofil yang yaitu Panaeolus, Coprinopsis, Stropharia, Tricholoma, Lycoperdon, Ascobolus, Rhodocybe, Conocybe, Bolbitius, Leucocoprinus, Mycena, dan Hypholoma; Indeks dominansi genera jamur koprofil di wilayah eks Karesidenan Banyumas adalah sebesar 0,329; dan Jamur koprofil yang diperoleh dengan frekuensi kemunculan paling banyak adalah Coprinopsis (34,4%) dan Panaeolus (30,1%). Sebagai langkah awal dari pengenalan potensi psikotropika yang terkandung dalam jamur-jamur koprofil yang diperoleh di lingkungan sekitar, maka telah dilaksanakan penelitian mengenai deteksi keberadaan senyawa tersebut pada jamur-jamur koprofil yang telah didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kandungan senyawa psikotropika pada jamur-jamur koprofil yang diperoleh di wilayah Eks Karesidenan Banyumas. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimental-kualitatip dengan teknik analisis Chemical Spot Test/Uji Warna terhadap keberadaan kandungan senyawa psikotropika pada jamur-jamur yang diperoleh menggunakan Reagen Ehrlich dan Reagen Marquis. Data hasil deteksi senyawa psikotropika pada jamur koprofil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Dari ke 12 genera tersebut, 3 spesies dari masing-masing genus yaitu Panaeolus sp., Conocybe sp., dan Stropharia sp. terdeteksi sebagai spesies jamur psikotropika dengan memberikan reaksi warna yang positip pada kedua maupun salah satu reagen uji
Keefektifan Pemberian Konsentrasi Limbah pada Akar Wangi (Vetiveria zizanoides ) Berbasis Sistem Constructed Wetland terhadap Limbah Cair Batik
Industri skala kecil atau skala besar dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah cair dan padat. industri batik memberikan kontribusi dalam menghasilkan limbah cair. Indikator kimia merupakan salah satu cara untuk pengujian kualitas perairan dengan analisis BOD, COD. Salah satu solusi untuk mengatasi pencemaran dengan melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang yaitu menggunakan tanaman akar wangi berbasis sistem rawa buatan (Constructed Wetland). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan pemberian konsentrasi limbah berbeda menggunakan tanaman akar wangi berbasis sistem rawa buatan (Constructed Wetland) terhadap kadar BOD, COD. Penelitian ini menggunakan metode menggunakan metode eksperimen dengan degsain RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 kali perlakuan dan 3 kali ulangan dengan tanaman sebanyak 6 anakan akar wangi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tanaman akar wangi memiliki keefektifan terhadap kadar BOD, COD limbah cair industri batik. Pemberian konsentrasi limbah cair batik terbaik yaitu 75% dengan penurunan kada BOD 68% dan penurunan kadar COD 66%
PREFERENSI LEBAH Tetragonula laeviceps TERHADAP TANAMAN SUMBER PAKAN PADA LAHAN PERTANIAN
Pengetahuan tentang aspek tanaman penyedia makanan (bee forage) diperlukan dalam budidaya lebah Tetragonula laeviceps untuk memperoleh hasil yang maksimal, salah satunya adalah apakah bunga di sekitar sarang merupakan pilihan utama bagi lebah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) preferensi lebah T. laeviceps terhadap tanaman pertanian yang menjadi sumber pakan; (2) morfologi bunga dan polen tanaman pertanian yang menjadi sumber pakan; (3) pengaruh faktor lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya) terhadap frekuensi kunjungan lebah T. laeviceps pada tanaman sumber pakan. Metode yang digunakan adalah survei dengan teknik scan sampling untuk menentukan sampel dan continuous recording dalam melakukan pencatatan data. Data frekuensi kunjungan T. laeviceps dianalisis secara deskriptif kuantitatif, data karakteristik morfologi serbuk sari dianalisis secara deskriptif kualitatif, dan data pengaruh faktor lingkungan terhadap frekuensi kunjungan lebah dianalisis dengan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebah T. laeviceps lebih menyukai tanaman sawi (360 kali kunjungan) dari pada tanaman buncis (tidak ada kunjungan) sebagai sumber pakan. Tanaman sawi (Brassica rapa) memiliki tipe bunga aktinomorf berukuran 15,9mm, berwarna kuning terang, dengan putik dan benang sari yang terbuka. Serbuk sarinya berukuran 7μm. Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris) memiliki tipe bunga zigomorf berukuran 1,3cm, berwarna ungu pucat dengan putik dan benang sari yang tertutup. Serbuk sarinya berukuran 35μm. Faktor lingkungan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi kunjungan lebah T. laeviceps pada tanaman sawi baik secara simultan (0,511) maupun terpisah (suhu=0,535; intensitas cahaya=0,217, dan kelembaban=0,581)
Inventarisasi Keanekaragaman Bambu (Bambusoideae) di Pulau Rupat, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis
Pulau Rupat adalah pulau kecil di wilayah Sumatra yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Salah satu flora di Pulau Rupat adalah bambu. Bambu memiliki kemampuan beradaptasi tinggi terhadap kondisi asam pada lahan gambut, tetapi informasi tentang spesies bambu di Pulau Rupat belum pernah dilaporkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman spesies dengan mengidentifikasi dan memeriksa berdasarkan kunci identifikasi karakter morfologi. Metode penelitian yang digunakan adalah survey eksploratif. Hasil inventarisasi mengidentifikasi total sembilan spesies dari empat genus (Bambusa vulgaris, Bambusa vulgaris var. striata, Bambusa heterostachya, Bambusa multiplex, Gigantochloa sp., Gigantochloa cf. velutina, Gigantochloa hasskarliana, Schizostachyum brachycladum, Schizostachyum zollingeri, Thyrsostachys siaminensis). Sebanyak sepuluh aksesi bambu diamati karakter vegetatifnya. Hasil skoring 53 karakter tersebut dianalisis menggunakan program NTSYSPC 2.02 untuk mengetahui pengelompokkannya. Hasil penelitian menunjukkan koefisien kemiripan berkisar 48%-77%
Studi Histologi Tingkat Kematangan Gonad Jantan dan Betina Bulu Babi Diadema setosum di Pulau Panjang Jepara
The gonads maturity level (TKG) is a particular stage gonadal development before and after the spawning biota. This research aims to determine the gonads index of the Diadema setosum and the gonads maturity level of Diadema setosum found on Panjang Island, Jepara. The research method used was the observation method. The gonads histology was made by using paraffin method and hematoxylin-eosin staining. The measured parameters were the diameter of the shell, the Gonads Maturity Index (GI) and the Gonads Maturity Level, and environmental parameters such as temperature, pH, DO, and salinity of the water. The Gonads Maturity Level was determined on the histology of gonads. The result shows average Diadema setosum GI value of 7,334 % with an optimum maturity in December. Based on the height of individual the sea urchin (Diadema setosum) found in the category TKG III, which is 11 out of 30 Individuals and two individuals in the TKG IV category are observed histology of the gonadal showing in that phase
Multiplikasi Tunas Pisang Ambon Dua Tandan pada Pemberian Kinetin dalam Kultur In Vitro
Kultur in vitro dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyediaan bibit pisang ambon dua tandan melalui multiplikasi tunas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon multiplikasi tunas tanaman pisang ambon dua tandan pada pemberian kinetin dalam kultur in vitro, untuk menentukan konsentrasi kinetin yang paling efektif untuk memacu multiplikasi tunas tanaman pisang ambon dua tandan dalam kultur in vitro. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan K0 0 ppm, K1 1 ppm, K2 2 ppm, dan K3 3 ppm, masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, panjang tunas, jumlah akar, dan panjang akar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan 99% dan dilanjutkan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kinetin memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas, dan jumlah akar. Kinetin 2 ppm (K2) merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk parameter panjang akar
Keanekaragaman dan Morfologi Semut Yang Berasosiasi Dengan Kutu Tempurung Pada Karet di Pembibitan
Tanaman karet merupakan sumber utama bahan karet alam dan komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting di Indonesia. Hampir 20.000 Ha perkebunan karet di Indonesia sudah berumur lebih dari 30 tahun. Proses replanting perkebunan tua dengan menggunakan beberapa klon unggul yang diharapkan dapat meningkatkan produksi karet, disisi lain menimbulkan permasalahan baru yakni tingginya serangan hama dan penyakit. Salah satu hama yang menyerang adalah hama kutu tempurung. Kutu tempurung merupakan hama dari golongan serangga ordo Hemiptera dan famili Coccidae. Kutu tempurung menjadi hama yang lebih berbahaya dengan kehadiran semut. Beberapa spesies semut memiliki hubungan simbiosis dengan kutu tempurung. Untuk mengetahui spesies semut maka dilakukan penelitian keanekaragaman dan morfologi semut yang berasosiasi dengan kutu tempurung pada tanaman karet di pembibitan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april sampai bulan Juni 2018 di Nagari Sungai Dareh dan Kurnia Selatan. Lokasi pengamatan berupa pembibitan karet dengan klon PB 260 yang berumur 5 bulan. Pada hamparan pembibitan dipilih 3 blok dengan jumlah bibit 300 batang. Pada blok yang sudah ditentukan dipilih tanamn sampel secara langsung. Penentuan tanaman sampel digunakan untuk mengoleksi semut yang berasosiasi dengan kutu tempurung. Berdasarkan pengamatan semut yang terkoleksi sebaanyak 5 subfamili dan 13 spesies. Kelimpahan semut yang paling banyak berasosiasi dengan kutu tempurung yakni D. affinis (1018) dengan indeks keanekaragaman (0.18), indeks kemerataan (0.07) dan indeks nilai penting (0.98). Selain itu diketahui terdapat hubungan antara kelimpahan semut dengan kelimpahan kutu tempurung pada tanaman karet di pembibitan
Pengaruh Inokulasi Mikoriza VA Terhadap Pertumbuhan Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) Pada Tanah Marginal
Penggunaan jamur mikoriza pada lahan marginal menjadi usaha rehabilitasi kualitas tanah. Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) dipilih karena dapat bersimbiosis dengan fungi Glomus aggregatum untuk mendukung pertumbuhannya. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui peran dari VAM terhadap pertumbuhan bawang Dayak dan kombinasi yang tepat untuk pertumbuhan bawang Dayak di media tanah marginal. Pada penelitian ini, tanaman ditumbuhkan selama tiga bulan di greenhouse. Parameter yang diteliti meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering (umbi, tajuk dan akar), jumlah umbi, presentase kolonisasi mikoriza, serta jumlah spora. Panen dilakukan 2 kali pada minggu ke-6 dan minggu ke-12. Pengamatan kolonisasi struktur mikoriza pada akar tanaman dilakukan melalui teknik pewarnaan akar (staining). Pengamatan spora dilakukan melalui metode wet sieving and decanting. Hasil dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktorial. Hasil menunjukan penggunaan Vesikular Arbuskular Mikoriza meningkatkan pertumbuhan Eleutherine palmifolia (L.) Merr. yang ditanam pada tanah marginal. Presentase kolonisasi VAM tertinggi yaitu 94% dan jumlah spora 48% yang dihasilkan oleh perlakuan M2. Kombinasi M2+NPK efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tinggi tanaman (14%), jumlah daun (117%), berat kering tajuk (98%), berat kering akar (15%), berat kering umbi (65%
Implikasi Pemanfaatan Lahan terhadap Tingkat Keanekaragaman Jenis Tanaman di Kawasan Kabupaten Kuningan Jawa Barat
The plant diversity has become of one indicated maintained, preserved and it has impact to environmental quality, and of course has value to human wellbeing dimension, which it has used to a demand of living the human. Beside of plant diversity has key a role of important in preserving of natural system condition by sustainable. Therefore aim this study to know how the plant diversity (H’), therefor methods which is used to vegetation analyses, by the plotting of sample area is 20x20 m, which are 3 subdistrict in Kuningan district area as representative of research samples methods. This result of research has inventories at least ±43 plants species in all area research, in which every area has had difference of index plant diversity level, in which Kadugede subdistrict area has highest level, than one the other subdistrict area, which is value H’= 2.30, and the lower of diversity index value is Cimahi H’= 1.49 and Ciawegebang H’= 1.14 level. Preserving and maintaining of plant diversity is one of all ways or strategies to increasing of quality ecosystem or carrying capacity and its conservation goals of sustainable developing in urban or rural area
Identifikasi Keanekaragaman Tanaman Bunga sebagai Sumber Pakan Lebah Madu di Kawasan Hutan Desa Batu Dulang, Kecamatan Batu Lanteh, Sumbawa
Ketersedian tanaman bunga menjadi kunci penting untuk sumber pakan lebah dan madu yang dihasilkan di masyarakat Sumbawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis jenis tumbuhan bunga yang berpotensi menjadi sumber pakan lebah madu di kawasan hutan, Desa Batu Dulang, Sumbawa. Metode penelitian menggunakan analisis vegetasi dengan petak ukur kuadran yang berukuran 1 m x 1 m. Data tanaman yang diperoleh dianalisis dengan indeks keanaekaragaman Shanon-Wienner (H’), indeks kemerataan Shanon (E’) dan indeks dominansi Simpson (D). Hasil penelitian diperoleh data sebanyak 216 individu tanaman bunga dari 28 spesies tanaman dan terbagi dalam 12 famili. Sebanyak 23 spesies berhasil diidentifikasi, sedangkan 4 spesies belum bisa diidentifikasi. Jenis tanaman bunga terbanyak >10 individu tanaman ditemukan pada 8 spesies dengan tanaman Kirinyuh (Chromolaena odorata) sebagai spesies terbanyak dan 4 spesies tanaman dengan jumlah paling sedikit. Hasil analisis indeks keanekaragaman (H’), kemerataan (E’) dan dominansi (D) tanaman berturut turut yaitu 2.97, 0.89, dan 0.067. Nilai tersebut menunjukkan tingkat keanekaragaman tanaman yang sedang melimpah, kemerataan yang tinggi dan dominansi tanaman yang rendah. Tingginya keanaekaragaman tanaman akan memberikan dampak positif pada ketersediaan sumber pakan lebah madu yang cukup melimpah. Tentu pula harus dengan didukung oleh kondisi hutan yang terjaga kelestariannya dengan melibatkan masyarakat lokal. Penelitian selanjutnya akan difokuskan pada waktu berbunga dari tanaman sumber pakan lebah melalui kalender pembungaan sehingga diketahui tingkat kecukupan pakan bagi lebah dan kuantitas madu yang dihasilkan dalam setahun