23 research outputs found
Penyusunan Rencana Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Untuk Produk Rendang Domba Kaleng di CV. Mitra Tani Farm, Kabupaten Bogor
Daging merupakan sumber pangan hewani yang memiliki kandungan gizi yang
tinggi, memiliki umur simpan yang rendah dan rentan akan kontaminasi mikroorganisme.
Salah satu pengolahan daging menjadi produk pangan yaitu mengolah dengan cara
pengalengan. CV. Mitra Tani Farm merupakan perusahaan dalam bidang peternakan dan
produk pangan. Salah satu produk pangan yang diproduksi yaitu rendang domba dalam
kaleng. Produk tersebut memiliki resiko tinggi dalam keamanan pangan. Proses dari
bahan hingga produk jadi perlu diperhatikan keamanan pangannya. Pemanasan yang
tidak sesuai saat sterilisasi produk kaleng memungkinkan tidak semua bakteri mati.
Sehingga hal ini perlu dicegah dan dikendalikan dengan penyusunan rencana Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk meningkatkan keamanan pangan produk.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penyusunan rencana HACCP pada produk
rendang domba kaleng di MT farm. Dengan mengidentifikasi bahaya fisik, kimia dan
biologi pada bahan maupun proses produksi. Adapun langkah-langkah dalam
penyusunan HACCP yaitu pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, identifikasi tujuan
penggunaan produk, menyusun diagram alir proses, konfirmasi diagram alir proses,
analisis bahaya, penentuan critical control point (CCP), penetapan batas kritis, penentuan
sistem pemantauan, penetapan tindakan perbaikan, penetapan prosedur verifikasi, serta
penetapan sistem dokumentasi dan pencatatan. Lalu memberikan rekomendasi perbaikan
untuk penerapan HACCP.
Hasil penelitian menunjukkan bahaya yang signifikan berupa bahaya biologi
Clostridium botulinum pada proses exhausting, penutupan kaleng dan sterilisasi. Critical
control point pada proses sterilisasi, dengan batas kritis yaitu suhu 110°C dan waktu
selama 100 menit. Sistem pemantauan dilakukan pada proses sterilisasi di ruang
produksi dengan termometer dan timer manual oleh operator retort. Tindakan
perbaikannya dengan melakukan reject produk, analisis penyebab masalah dan
malakukan perbaikan. Prosedur verifikasinya yaitu supervisor memeriksa laporan
sterilisasi, kalibrasi termometer retort dan uji kecukupan panas pada alat. Serta sistem
dokumentasi dengan membuat laporan pengecekan suhu dan pencatatan waktu proses
sterilisasi. Rekomendasi yang disarankan yaitu pembuatan checklist pengecekan suhu
Optimasi Ekstraksi Antosianin dari Rosela Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Metode Vacuum Microwave Assisted Extraction (VMAE) dengan Kajian Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Waktu Ekstraksi
Produk makanan yang memiliki warna menarik akan menimbulkan daya
tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga dilakukan penambahan warna makanan
dengan menggunakan pewarna makanan. Salah satu sumber pewarna alami
adalah bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L). Bunga rosela mengandung pigmen
merah yang dihasilkan oleh antosianin. Senyawa antosianin diperoleh dengan
menggunakan proses ekstraksi, yaitu dengan menggunakan Vacuum Microwave
Assisted Extraction (MAE). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
lama waktu ekstraksi dan konsentrasi asam sitrat yang optimum. Penelitian ini
menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan dua
faktor. Faktor lama waktu ekstraksi memiliki batas bawah 5 menit dan batas atas
9 menit, sedangkan konsentrasi asam sitrat memiliki batas bawah 2% dan batas
atas 6%. Respon yang akan dioptimasi adalah rendemen (%), kadar antosianin
(ppm), dan tingkat kecerahan. Jumlah kombinasi didapatkan sebanyak 13 kali.
Hasil penelitian menunjukkan ketiga respon bersifat kuadratik. Solusi titik
optimum yang diprediksikan oleh program berada pada lama waktu ekstraksi 6
menit 43 detik dan konsentrasi asam sitrat sebesar 4,30%. Hasil rendemen
terbaik sebesar 28,4115%, tingkat kecerahan terbaik sebesar 26,151, dan total
antosianin terbaik sebesar 253,054 ppm. Karakterisasi ekstrak antosianin optimal
diperoleh nilai untuk respon total antosianin sebesar 255,49 ppm, tingkat
kecerahan sebesar 26,10, dan aktivitas antioksidan sebesar 76,63 ppm
Pemanfaatan Pektin Kulit Jeruk Manis Pacitan (Citrus sinensis L. Osbeck cv. Pacitan) Untuk Optimasi Sintesis Surfaktan Melalui Modifikasi Hidrofilik Dalam Microwave Assisted System
Kulit jeruk manis pacitan (Citrus sinensis L. Osbeck cv. Pacitan) mengandung pektin. Pektin merupakan senyawa polisakarida larut air (water soluble). Struktur pektin terdiri dari sebagian asam D-galakturonat teresterifikasi dengan ikatan α-1,4 glikosidik. Aplikasi pektin digunakan dalam berbagai produk pangan sebagai komponen bahan perekat (gelling agent), pengental (thickening agent), serta penstabil (stabilizer). Metode ekstraksi pektin kulit jeruk manis dilakukan menggunakan microwave assisted extraction (MAE). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Box-Behnken Design dengan faktor rasio bahan : pelarut (1:40–1:60 g/ml), suhu ekstraksi (60-700C), serta lama waktu ekstraksi (1-11 menit). Respon yang diamati adalah rendemen (%), kadar total pektin (%). Hasil optimasi dengan Response Surface Methodology menunjukkan bahwa kondisi optimum adalah rasio bahan : pelarut 1:51 g/ml, suhu 650C selama 7 menit dengan hasil rendemen sebesar 23,87% ± 0,34 dan kadar total pektin 21,01% ± 0,05. Pektin kulit jeruk manis hasil optimasi dan verifikasi kemudian dilakukan karakterisasi sifat fisikokimia serta dibandingkan dengan pektin komersil. Hasil karakteristik fisikokimia dari pektin optimasi tergolong sebagai High Methoxyl Pectin dengan nilai kadar air 5,31% ± 0,22, berat ekivalen 752,42 g/mol ± 31,79, kadar metoksil 39,60% ± 1,24, kadar asam galakturonat 79,63% ± 1,02, dan derajat esterifikasi 68,39% ± 0,98.
Pektin kulit jeruk manis hasil optimasi kemudian dilakukan derivatisasi menjadi asam poligalakturonat. Pektin juga dapat berkontribusi dalam pemanfaatan limbah hasil pertanian dari sumber bahan terbarukan (renewable raw materials), ramah lingkungan (biodegradable) sebagai bahan baku pembuatan surfaktan polimerik berjenis pektin teramidasi. Pektin teramidasi berbasis asam poligalakturonat merupakan senyawa hasil derivatisasi pektin dengan karakteristik sebagai surfaktan yang dapat diaplikasikan dalam sistem emulsi. Sintesis surfaktan dilakukan melalui modifikasi hidrofilik asam poligalakturonat direaksikan dengan senyawa taurin sebagai entitas hidrofilik (metode aminolisis) dalam microwave assisted system, sehingga dapat terjadi penambahan rantai hidrofilik pada struktur asam poligalakturonat yang bersifat hidrofobik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Central Composite Design dengan faktor suhu reaksi (70-90oC) dan lama waktu reaksi (5-15 menit). Respon yang diamati adalah derajat amidasi (%). Hasil optimasi dengan Response Surface Methodology menunjukkan bahwa kondisi optimum adalah suhu 90 oC selama 15 menit dengan hasil derajat amidasi sebesar 34,14% ± 0,01. Surfaktan hasil optimasi dan verifikasi kemudian dilakukan karakterisasi gugus fungsi Fourier Transform Infra Red (FT-IR) yang menunjukkan adanya gugus fungsional dari senyawa ester, asam karboksilat, amida, dan gugus C-H alifatik serta pengukuran nilai hydrofilik-lypofilik balance (HLB) sebesar 7,19 ± 0,03
Penyusunan Dokumen Rencana Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) Pada Industri Rumah Tangga “Brownies” Matahati di Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, jumlah
UMKM yang ada sebanyak 56 juta dan sejumlah 39,2 juta bergerak dibidang pangan. Posisi
strategis UMKM dalam perekonomian nasional didukung eksistensinya oleh BPOM
sehingga BPOM berupaya memfasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam
memenuhi penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP. Hal tersebut
disambut baik oleh UMKM Matahati yang juga berkomitmen untuk menerapkan HACCAP
pada industrinya. Tujuan dari magang ini yaitu untuk mendapatkan dokumen HACCP yang
akan dijadikan acuan dalam penerapan HACCP di UMKM Matahati.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu penelitian dengan
usaha mendeskripsikan suatu keadaan yang terjadi dalam upaya penilaian penerapan
GMP, SSOP dan HACCP pada proses pembuatan brownies di UMKM Matahati.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi langsung, dokumentasi, wawancara
dan data identifikasi bahaya pada seluruh aspek proses produksi. Pengumpulan data
sekunder dilakukan melalui studi literatur yang berkaitan mengenai keamanan pangan.
Tata cara penilaian GMP dan SSOP dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang
sebenarnya pada industri dengan aturan yang ada pada Perka BPOM Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206 dan HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012, sedangkan proses
penyusunan dokumen HACCP dilakukan dengan cara melakukan 12 tahap HACCP di
UMKM Matahati yang dilakukan dengan mengamati proses produksi dari persiapan bahan
baku hingga produk akhir siap didistribusikan.
Hasil evaluasi penilaian GMP pada UMKM Matahati masih ditemukan
ketidaksesuaian pada aspek kesehatan dan higiene yakni karyawan di bagian produksi
pangan mengenakan perhiasan yang kemudian dilakukan tindakan koreksi berupa
pelatihan internal tentang kesehatan dan higiene karyawan yang kemudian dilakukan
penilaian sebagai tolak ukur keberhasilan. Pada hasil evaluasi penilaian SSOP, UMKM
Matahati telah memenuhi seluruh aspek SSOP yang terdiri dari 8 aspek. Berdasarkan
identifikasi dalam upaya penyusunan rencana HACCP pada UMKM Matahati ditemukan 1
titik kendali kritis yakni pada proses pemanggangan dengan tindakan koreksi yang
disarankan yaitu menerapkan SOP setting suhu 200°C selama 15 meni
Optimasi pengeringan chips porang (amorphophallus muelleri blume) skala pilot plant menggunakan rotary oven tray.
Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu sumber umbi-umbian khas Indonesia. Amorphophallus adalah tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae), umbi mengandung glukomanan dan kristal oksalat. Pengolahan porang secara sederhana umum dilakukan masyarakat Indonesia dengan cara pengeringan. Pengeringan dengan sinar matahari dan dilahan terbuka mengakibatkan chip porang yang dihasilkan menjadi kotor dan berwarna gelap. Pengeringan menggunakan rotary oven tray belum pernah dilakukan sebelumnya untuk komoditas ini, namun prinsip pengeringan menggunakan udara panas merupakan salah satu pilihan yang tepat.
Pada penelitian ini menggunakan metode optimasi yang dengan rancangan Central Composit Design (CCD) dengan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan dua variabel yaitu berat chip yang dikeringkan dan waktu pengeringan, hasil yang diamati adalah rendemen (%), kadar air (%), derajat putih, kadar glukomanan (%) dan kadar kalsium oksalat (%). Analisis data dilakukan dengan program Design Expert yang merupakan respon dari hasil penelitian, kemudian dilakukan tahap verifikasi terhadap produk dengan perlakuan paling optimum. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai respon hasil penelitian yang sebenarnya dengan nilai hasil perhitungan program dengan nilai validasi dibawah 5%. Setelah tahap verifikasi optimasi, dilakukan analisa residu sulfit untuk mengetahui batas keamanannya.
Hasil optimasi yang diprediksikan oleh program menunjukkan bahwa kondisi optimum pengeringan chips porang dengan kajian lama pengeringan dan berat chips yaitu lama pengeringan selama 12.00 jam dan berat chips basah 9.00 Kg dengan respon rendemen 19.71 ± 0.303 %, kadar air 9.25 ± 0.336 %, derajat putih 51.12 ± 1.315, kadar glukomanan 46.94 ± 2.08 %, kadar kalsium oksalat 8.20 ± 0.906 %.
Hasil verifikasi respon rendemen 19.28%, respon kadar air 8.8% respon derajat putih 45.17%, respon kadar glukomanan 49.43% dan respon kadar oksalat 7.67%. Hasil verifikasi menunjukkan optimasi yang kurang akurat untuk respon rendemen, kadar air dan kadar glukomanan namun akurat untuk respon derajat putih dan kadar kalsium oksalat.
Residu sulfit pada chips porang terverifikasi yaitu 437,46 ppm. Hasil uji T (T-test) menunjukkan bahwa residu SO2 antara rerata chips teroptimasi dan terverifikasi tidak berbeda secara signifikan dengan selisih 13.9 dan p-value 0.595 (59.5%. Chips terverifikasi dinyatakan tidak aman dikonsumsi dengan dosis 160,18 mg/Kg Berat Badan
Modifikasi Pati Ubi Jalar Putih untuk Mendapatkan Karakter Mirip Pati Kentang Melalui Metode Asetilasi.
Pati kentang memiliki karakteristik yang sesuai untuk diaplikasikan sebagai bahan industri pangan untuk produk ekstrusi, bakeri, pastri, sup, dan pangan instan. Pati kentang memiliki suhu gelatinisasi, konsistensi pasting, dan kejernihan yang tinggi serta rasa yang netral sehingga banyak dimanfaatkan di industri pangan. Namun, pati kentang sampai saat ini masih menjadi komoditas impor dengan harga yang relatif tinggi. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pati lokal, misalnya pati ubi jalar yang dapat dimodifikasi agar memiliki karakter mirip pati kentang. Tujuan penelitian ini adalah memodifikasi pati ubi jalar putih sehingga memiliki karakteristik mirip dengan pati kentang komersial.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetilasi. Asetilasi merupakan modifikasi kimia yang dilakukan dengan menambahkan asetat anhidrat dengan katalis basa. Pengembangan substitusi pati kentang diharapkan dapat menjadi solusi pengganti pati kentang impor yang harganya tinggi serta meningkatkan nilai ekonomis ubi jalar lokal. Obyek pati ubi jalar yang digunakan diperoleh dari Jogjakarta. Perangkat lunak pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Design Expert 11 dan Minitab 17. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penentuan konsentrasi natrium asetat anhidrat yang digunakan. Tahap kedua adalah proses optimasi dengan metode permukaan respon central composite design. Sedangkan tahap ketiga adalah melakukan verifikasi menggunakan pegujian paired t-test dengan pati kentang komersial.
Hasil penelitian menunjukkan respon daya kembang (0,839), kelarutan (0,353), dan kapasitas pengikatan air (0,185) pada pati ubi jalar asetilasi tidak berbeda nyata (p>0,05) pada uji paired t-test dengan pati kentang komersial. Pati asetilasi memiliki kadar air 10,22±0,4%, kadar abu 0,50±0,02%, kadar amilosa 41,48±0,7%, kadar amilopektin 53,53±0,8%, kadar pati 95,01±0,49%, derajat kecerahan 87,31±0,01, pH 5,2±0,00, kapasitas pengikatan air 90,10±0,44%, daya kembang 32,29±1,69g/g, dan kelarutan 5,06±0,16%. Analisis mikrografi menggambarkan terjadinya pengklusterangranula disebabkan subtitusi gugus hidrofilik pada pati asetilasi yang dapat meningkatkan terbantuknya ikatan hidrogen. Terdapat pita absorbsi pada 1735-1740 cm-1 (C=O stretching asetil), 1368 cm-1 (C-H asetil), dan 1234 cm-1 (C-O stretching asetil), serta penurunan intensitas peak 3000-3600 cm-1 sebagai bukti terjadinya asetilasi pada analisis ikatan antar atom.Analisis sifat pasting menunjukkan penurunan setback dan breakdown pati asetilasi yang mengimplikasikan kestabilan pasta yang lebih baik serta kecenderungan retrogradasi dan sineresis yang lebih rendah. Pengaplikasian pati modifikasi dalam pembuatan produk bakeri dan pangan ekstrusi disarankan sebagai pengganti pati kentang
Pengaruh Tingkat Kematangan Buah dengan Kombinasi Suhu dan Waktu Penggorengan Terhadap Karakteristik Fisikokimia Keripik Kurma (Phoenix dactylifera L.) Metode Penggorengan Hampa
Buah kurma (Phoenix dactylifera L.) salah satunya varietas Barhi adalah
pangan bernutrisi tinggi yang diekspor pada tingkat kematangan Khalal dan Tamr
dengan kandungan air mencapai 45-65% yang menyebabkan kurma mudah rusak.
Upaya mengatasi permasalahan ini dengan mengolah buah kurma menjadi keripik
menggunakan metode penggorengan vakum. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah dan kombinasi perlakuan suhu
dan waktu penggorengan berbeda terhadap karakteristik fisikokimia keripik kurma
serta mengetahui perlakuan suhu dan waktu penggorengan yang menghasilkan
keripik kurma terbaik
Optimasi Penambahan Konsentrasi Kitosan dan Gliserol Pada Pembuatan Bioplastik Pati Umbi Ganyong (Canna edulis) Terhadap Kuat Tarik, Elongasi, dan Daya Serap Air Menggunakan Response Surface Methodology (RSM)
Plastik kemasan merupakan plastik yang berasal dari bahan bersifat sintetis atau semi-sintetis yang sering digunakan untuk melindungi bahan yang dikemas agar terhindar dari kerusakan. Keberadaan plastik kemasan menimbulkan pencemaran karena banyak terakumulasi di lingkungan dan sulit terurai. Keadaan plastik kemasan yang sulit terurai ini mendorong untuk dilakukan penelitian mengenai pembuatan bioplastik yang bersifat ramah lingkungan. Pembuatan bioplastik biasanya menggunakan bahan polimer alami, seperti pati. Perbandingan jumlah konsentrasi kitosan dan gliserol yang digunakan sangat menentukan kualitas kuat tarik, elongasi, dan daya serap air bioplastik pati yang dihasilkan. Tujuan penelitian bioplastik pati ganyong adalah untuk menentukan penambahan konsentrasi kitosan dan gliserol yang optimum terhadap respon kuat tarik, elongasi, dan daya serap air menggunakan Response Surface Methodology rancangan Central Composite Design.
Hasil optimasi bioplastik pati umbi ganyong berdasarkan formulasi optimal yang disarankan oleh software design expert menghasilkan formula konsentrasi kitosan 2% dan gliserol 33,682%. Prediksi yang dihasilkan oleh software pada kondisi optimum untuk respon kuat tarik sebesar 17,482 N/mm2, respon elongasi sebesar 17,597%, dan respon daya serap air sebesar 23,896%. Dengan nilai desirability 0,784. Hasil verifikasi aktual menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa verifikasi respon kuat tarik, elongasi, dan daya serap air tidak berbeda nyata dengan prediksi yakni untuk respon kuat tarik sebesar 16,37 N/mm2, respon elongasi sebesar 15,78%, dan respon daya serap air sebesar 21,48%
Optimasi Formula Dan Karakterisasi Sifat Fisikokimia Biskuit Dari Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata)
Biskuit merupakan kue kering yang berukuran kecil, memiliki rasa manis
yang berbahan dasar tepung terigu dan melalui proses pemanggangan.
Penggunaan tepung terigu dapat disubstitusikan dengan tepung labu kuning.
Manfaat tepung labu kuning yaitu mengandung nilai gizi tinggi seperti karoten
yang berperan dalam meningkatkan aktivitas antioksidan pada biskuit. Selain itu,
manfaat dari penggunaan susu kedelai yaitu memiliki nilai zat gizi seperti lesitin
yang berperan dalam pembentukan ketahanan tekstur dan sebagai antioksidan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui 1) optimasi formula pada biskuit tepung labu
kuning 2) karakterisasi sifat fisikokimia dari perlakuan terbaik biskuit tepung labu
kuning.
Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula menggunakan metode
Response Surface Methodology (RSM) rancangan metode Central Composite
Design dengan software Design Expert 13 dengan batas bawah dan batas atas
pada tepung labu kuning yaitu 40 g dan 55 g, serta pada susu kedelai 8 g dan 23
g. Selanjutnya, dilakukan uji verifikasi menggunakan software Minitab 19
menggunakan analisis Paired T-test dengan tingkat kesalahan kurang dari 5% (p
value<0,05). Kemudian, hasil perlakuan terbaik biskuit tepung labu kuning
dilakukan uji karakterisasi sifat fisikokimia yang meliputi uji kekerasan
menggunakan alat tensile strength, uji warna menggunakan alat color reader,
aktivitas antioksidan IC50 menggunakan metode DPPH dan total flavonoid
metode kalorimetri - AlCl3 dengan quercetin.
Hasil menunjukan bahwa formula optimum dari biskuit tepung labu kuning
yang diprediksi oleh software Design Expert 13 yaitu proporsi tepung labu kuning
sebesar 40,658% dan susu kedelai sebesar 12,911% dengan respon aktivitas
antioksidan IC50 sebesar 117,178 ppm dan kekerasan sebesar 8,319 N. Setelah
dilakukan verifikasi, didapatkan hasil pada respon kekerasan dan aktivitas
antioksidan IC50 adalah tidak berbeda nyata dengan p value> 0,05. Hasil analisis
pada produk akhir yaitu biskuit tepung labu kuning memiliki karakteristik
kecerahan (L*) 49,68, kemerahan (a*) +20,10, kekuningan (b*) 27,99, flavonoid
sebesar 1,419 mg GAE/g, aktivitas antioksidan IC50 sebesar 100,073 yang
termasuk kedalam golongan sedang dan kekerasan sebesar 8,2 N
Optimasi Lama Perendaman dan Konsentrasi Sodium Acid Pyrophosphate terhadap Warna dan Rendemen Tepung Umbi Dahlia (Dahlia variabilis) serta Kajian Kadar Pati
Tanaman dahlia merupakan tanaman hias yang populer di Indonesia
sebagai bunga potong dan memiliki fungsi cadangan makanan dalam bentuk umbi.
Bagian umbi dahlia ini kurang dieksplor oleh masyarakat dan banyak terbuang
menjadi limbah, sedangkan bagian umbi sendiri menurut penelitian sebelumnya
memiliki gizi yang bermanfaat bagi manusia seperti karbohidrat, lemak, protein,
serat, dan mineral. Keunggulan umbi dahlia dibanding umbi lainnya yakni memiliki
kadar inulin tinggi yang dapat berfungsi sebagai prebiotik. Adanya upaya dalam
memaksimalkan potensi umbi dahlia dan mendukung daya terima masyarakat
tersebut dengan mengolahnya menjadi tepung. Namun, hal ini terkendala oleh
pencoklatan akibat reaksi enzimatis maupun non-enzimatis sehingga perlu
dilakukan pencegahan. Salah satunya dengan perendaman menggunakan
Sodium Acid Pyrophosphate sebagai antibrowning
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lama perendaman dan
konsentrasi Sodium Acid Pyrophosphate (SAPP) optimum untuk mendapatkan
tepung umbi dahlia dengan karakteristik yang baik berupa warna, rendemen, dan
kajian terhadap kadar patinya. Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan
metode Response Surface Methodology dengan rancangan Central Composite
Design (CCD) menunjukkan kondisi optimum pada perlakuan lama perendaman
selama 19,492 menit atau setara dengan 19 menit 30 detik dan konsentrasi SAPP
sebanyak 0,777% yang mana memiliki nilai desirability sebesar 91,1%. Perlakuan
optimum tersebut menghasilkan prediksi respon warna sebesar 89,226°Hue dan
rendemen sebanyak 18,295