25 research outputs found
Treatment of Paper Wastewater Using Combination of Coagulation Flocculation and Membrane Methods
The previous research has been conducted to find out the potential of non-wood fibers as an
alternative for paper-making raw material. The non-wood fibers used are combination of rice straw
and used paper. It was processed by using soda pulping method.The paper waste contains dissolved
lignin component and other organic compounds in high pH condition can produce wastewater with
high chemical oxygen demand(COD). In this research pulp or paper wastewater wast treated through
combination of coagulation flocculation and membrane method to achieve a permitted level of COD.
It was also determined the optimal condition which can reduce the COD value to fulfill the
requirement for water disposal.The initial conditions of paper wastewatear are pH: 14, COD in the
range of 3,000 - 11,000 ppm. The coagulation-flocculation process was conducted by using Poly
Aluminium Chloride( PAC) as coagulant and anionic flocculant. The experiment is conducted by two
steps. firstly determined the optimum coagulation flocculation (coagulant dose)for soluble organic
material removal and then followed by micro-or ultrafiltration process. To produce asymmetric asymmetric
membrane for filtration process. it was synthesized cellulose acetate membrane through phase
inversion technique. The pore size of the membrane was modified by varying the composition of
cellulose acetate in the range of 15-18 % w/w. The COD value of wastewater was analyzed before and
after treatment to find out the effectivity of coagulation and the membrane process by studying its flux
and rejection.The result showed that COD reduction less than 200 ppm can be reached through the
treatment of combination of coagulation - flocculation and micro-or ultrafiltration process. The result
also indicated that with initial COD 6,063 ppm. 10.000 ppm of coagulant, 1 ppm of flocculant and l8% w/w of cellulose acetate membrane. COD can be reduced up to 96.87
SINTESIS DAN OPTIMASI MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES MIKROFILTRASI BAKTERI
Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis membran selulosa asetat yang dapat dipakai untuk sterilisasi larutan media pertumbuhan bakteri. Dalam penelitian ini, diupayakan modifikasi ukuran pori membran yang sesuai untuk proses sterilisasi, yaitu mempunyai permeabilitas
dan selektivitas tinggi terhadap bakteri tetapi rendah terhadap komponen media lain yang lolos melalui membran. Pembuatan membran dilakukan dengan sistem tiga komponen selulosa asetat, aseton, dan aditif formamida. Struktur pori membran diupayakan asimetris. Karakteristik membran dilakukan terhadap uji permselektivitas (rejeksi), permeabilitas (fluks), struktur dan morfologi membran.Uji dilakukan terhadap larutan umpan media tumbuh bakteri
yang dikontaminasi dengan bakteri E-coli. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa membran selulosa asetat dapat digunakan untuk menyaring bakteri. Komposisi larutan cetak berpengaruh pada nilai fluks dan nilai rejeksi.Makin tinggi komposisi larutan selulosa asetat, rejeksi makin tinggi dan fluks makin rendah. Proses gelasi (pemberian waktu untuk penguapan pelarut) dapat meningkatkan rejeksi dari
62,94% menjadi 67,83% pada waktu gelasi 1 menit. Kondisi terbaik dari percobaan komposisi selulosa asetat 16%, aseton 50% dan formamida 34%, waktu gelasi 1 menit dengan nilai rejeksi 67,83% dan nilai fluks 16,25 lt.m-2.jam-1. Pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkan struktur pori membran asimetris
Controlled-Release Fertilizer Based on Cellulose Encapsulation
Phosphor is a main component in a triple super phosphate (TSP) fertilizer needed by plants. But, phosphor is very soluble in the water so it easily removed from the soil, flowed down the river, and caused algae bloom problem. The solution for this problem is by coating the conventional fertilizer with cellulose based material. Coated fertilizer is expected to have a phosphor controlled-released behaviour so the phosphor is available for a longer time in the soil.The research deals with studying mass and phosphor release behaviour of cellulose based fertilizer and also the effect of water content on the media.The commercial granular fertilizer NPK 21-22-21 was coated using cellulose acetate. The coatings were formed by spraying technique.The concentration of the cellulose acetate solutions used for spraying 7 %wt.Comparing to commercialfertilizer, the celulose acetate encapsulated fertilizer was releasing the phosphor in a slower manner. From the experiment, the lower water content on media also give lower mass and phosphor release. So, the conclusion was cellulose based coating could improve the performance of the commercial fertilizer by maintaining the higher amount of phosphor in the soil. The mass release behaviour follows Non fickian or anomolous transport with the release exponent is 0.577
Pengaruh Hidrolisis Lanjut Terhadap Berat Molekul Chitosan
Chitosan adalah polisakarida linier yang tersusun dari ß-(1-4)-linked D-glucosamine dan N-acety-D-glucosamine yang tersebar secara acak. Secara umum chitosan dihasilkan dari produk deasetilasi chitin melalui proses reaksi kimia maupun reaksi enzimatis. Kualitas dan karakteristik chitosan sangat bervariasi tergantung dari metode dan proses pembuatannya
Pengaruh Berat Molekul Kitosan terhadap Kelarutan Karboksimetil Kitosan
Kitosan merupakan salah satu biopolimer yang memiliki sifat seperti biokompatibilitas,
biodegradabilitas dan banyak digunakan untuk aplikasi di bidang farmasi atau non
farmasi. Namun, kitosan kurang dapat termanfaatkan dengan baik karena sifatnya yang
sukar larut khususnya dalam air. Peningkatan kelarutan kitosan dapat dilakukan dengan
penurunan berat molekul kitosan atau melakukan modifikasi kimia kitosan menjadi
produk turunan kitosan. Salah satu produk turunan kitosan adalah karboksi metil kitosan
yang dapat diperoleh dari reaksi alkilasi antara kitosan dengan larutan soda (basa) dan
proses eterifikasi dengan penambahan senyawa asam monokloro asetat.
Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai nilai berat
molekul kitosan terhadap tingkat kelarutan karboksimetil kitosan (KMK). Variasi nilai
berat molekul kitosan diperoleh dengan melakukan proses hidrolisis terhadap kitosan
dengan berbagai konsentrasi larutan HCI, waktu dan suhu hidrolisis. Selanjutnya
kitosan dengan variasi nilai berat molekul disintesis dengan metode alkalisasi
menggunakan larutan NaOH 30% (b/v) dan karboksimetilasi pada kondisi suhu 60°C,
waktu 3 jam. Karboksimetil kitosan hasil sintesis, ditentukan nilai derajat substitusi (DS),
kelarutan dan analisa gugus fungsi menggunakan FTIR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kelarutan karboksimetil kitosan
meningkat dengan penurunan berat molekul kitosan. Pada suhu ruang, kitosan dengan
berat molekul 3,70.105 menghasilkan karboksimetil kitosan dengan nilai kelarutan
maksimum sebesar 100% dalam pelarut HCI 0,1 N , 61 ,57% b/v dalam larutan as am
asetat 1%, dan 65,34% b/v dalam ai
Sintesis Kitosan, Poli(2-amino-2-deoksi-D-Glukosa), skala Pilot Project dari limbah kulit udang sebagai bahan baku alternatif pembuatan biopolimer
Abstract
In the future, the trend of polymer industry is by utilizing material from renewable resources because trend of
petroleum sources decline and synthetic polymers are usually produced at high cost. In line with the problem,
this research has purpose to synthesis biopolymer (chitosan) from invaluable shrimp waste. The purposes of
the research are to study the effect of concentration of NaOH and temperature of deacetylation on
transformation process to change chitin into chitosan, to determine the yield and degree of deacetylation of
chitosan produced, and to study economical analysis of the production of chitosan in pilot project scale.
Before doing pilot project scale, we have done laboratory scale research and produced chitosan which has
high degree of deacetylation and the same quality as standard commercial chitosan. As the results of the
research are concentration of NaOH and temperature of deacetylation have important contribution to
increase degree of deacetylation and conversion of the reaction. The highest of degree of deacetylation
reached is 79.35 % at 60 % NaOH, 125 oC, and 2 hours in deacetylation process. The chitosan produced has
water and ash content below 10 % and 2 %, with the yield of chitosan around 25 %. The product has the
same quality as commercial standard chitosan (ASTM specifications) with lower price.
Keywords : chitin, chitosan, deacetylation, degree of deacetylatio
Optimasi Proses Ekstraksi Tanin Dari Kulit Kayu Merbau Sebagai Bahan Perekat Briket
Kulit kayu mengandung senyawa tanin yang dapat digunakan sebagai bahan perekat alami. Pada penelitian ini, tanin yang terkandung dalam kulit kayu merbau diekstrak dengan menggunakan pelarut larutan NaOH dan air panas, dimana hasil ekstrak digunakan sebagai perekat pada proses pencetakan briket. Beberapa variabel proses antara lain konsentrasi larutan NaOH, waktu ekstraksi, dan suhu air panas dipelajari pengaruhnya terhadap kandungan tanin, karbohidrat, dan rendeman dari hasil ekstrak. Selanjutnya dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kandungan tanin dan karbohidrat, rasio bahan perekat dan serbuk briket terhadap spesifikasi briket yang dihasilkan meliputi kekuatan rekat briket, kandungan air, dan kandungan abu. Berdasarkan uji kekuatan pada briket, kondisi optimum untuk perekatan hasil ekstraksi adalah menggunakan pelarut larutan NaOH dengan konsentrasi 2,5% (b/v) untuk waktu ekstraksi 18 jam. Kondisi optimum untuk pengunaan pelarut air panas didapatkan pada suhu 70oC dan waktu ekstraksi 5 jam. Penggunaan pelarut larutan NaOH menghasilkan rendemen, kadar tanin, karbohidrat dan kekuatan tekan terhadap briket lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi perekat menggunakan pelarut air panas
Ekstraksi Tanin Dari Kulit Kayu Pinus Sebagai Bahan Perekat Briket
Kulit kayu mengandung senyawa tanin yang dapat digunakan sebagai bahan perekat alami. Pada penelitian ini, tanin yang terkandung dalam kulit kayu pinus diekstrak dengan menggunakan larutan NaOH dan digunakan sebagai perekat pada proses pencetakan serbuk briket. Beberapa variabel proses antara lain konsentrasi larutan NaOH (0,5-2) jam, waktu ekstraksi melalui proses perendaman selama (12-60) jam dipelajari pengaruhnya terhadap rendemen dan kandungan tannin serta karbohidrat dari hasil ekstrak. Berdasarkan hasil uji kekuatan tekan pada briket, diperoleh kondisi optimum perekatan briket adalah hasil ekstraksi tanin dengan larutan NaOH pada konsentrasi 2% (b/v) untuk perendaman serbuk kulit kayu pinus selama 24 jam. Briket hasil pencetakan dengan menggunakan bahan perekat tanin memiliki kualitas standar dengan nilai kadar air < 15% dan kadar abu < 10%
Ektraksi Tanin dari Kulit Kayu Pinus Menggunakan Pelarut Etanol Sebagai Perekat Serbuk Briket
Pemanfaatan kayu pinus dari industri mebel atau perabot rumah tangga, menyisakan limbah kulit
kayu yang belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah kulit kayu pinus memiliki kadar tanin yang cukup
tinggi dan dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut tertentu. Beberapa pelarut yang dapat digunakan antara
lain air, larutan NaOH, etanol, dan pelarut organik lainnya. Pada penelitian ini digunakan pelarut etanol untuk
proses ekstraksi tanin yang terdapat pada limbah kulit kayu pinus. Hasil ekstraksi tanin diaplikasikan sebagai
perekat alami yang bersifat lebih ramah lingkungan untuk produksi briket.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan pengaruh perubahan konsentrasi etanol, suhu dan
waktu ekstraksi terhadap kadar tanin yang dihasilkan. Proses ekstraksi tanin dilakukan dengan metode refluks
untuk mendapatkan ekstrak tanin maksimum. Variabel pada penelitian ini adalah konsentrasi etanol (60%-
90%), waktu ekstraksi (2 jam- 5 jam), dan suhu ekstraksi (30 °C- 600C). Hasil ekstrak tanin yang diperoleh
diaplikasikan untuk perekatan serbuk briket dan dilakukan uji kekuatan rekat berdasarkan uji tekan maksimum
briket sampai hancur.
Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa konsentrasi tanin maksimum sebesar 1128 ppm diperoleh
pada kondisi ekstraksi 5 jam dengan suhu 60°C dan konsentrasi etanol 90%. Kekuatan tekan briket dipengaruhi
kadar tanin. Hasil uji perekatan serbuk briket pada konsentrasi tanin maksimum, menghasilkan kekuatn tekan
briket sebesar 63,74 N/m2
PEMURNIAN GLISEROL HASIL PRODUK SAMPING BIODIESEL DENGAN KOMBINASI PROSES ADSORPSI-MIKROFILTRASIEVAPORASI
Penelitian ini, gliserol kasar (crude glycerol) diperoleh dari produk samping produksibiodiesel berupa larutan kental yang berwarna coklat kekuningan dengan pH mendekati netral.Kondisi awal kemurnian crude glycerol termasuk cukup tinggi (~80%), namun untuk mendapatkangliserol dengan standart komersial kemurnian tinggi (>90%), masih diperlukan penghilangansenyawa pengotor seperti garam-garam inorganik, methanol dan air. Untuk tujuan menghasilkanpemurnian gliserol dengan standar komersial, kandungan pengotor dipisahkan dengan kombinasiproses adsorpsi dengan karbon aktif, dilanjutkan penyaringan menggunakan membran danpemisahan methanol dan air dengan menggunakan rotary evaporator. Selain itu dipelajari pengaruhvariabel-variabel proses adsorpsi (jenis adsorben dengan tingkat kemurnian teknis dan p.a ,konsentrasi adsorben dan waktu adsorpsi) terhadap kadar kemurnian gliserol yang dihasilkan.Karakterisasi gliserol meliputi analisa kadar gliserol total, densitas, viskositas, dan gugus fungsimenggunakan FTIR. Gliserol hasil pemurnian tidak berwarna (bening) dengan kadar kemurnianmaksimum 92,81%, viskositas 152,48cp dan densitas 1,254g/cm3 mendekati standart kemurniangliserol komersial.
DOI : https://doi.org/10.33005/tekkim.v13i2.140