34 research outputs found

    ARANSEMEN MEDLEY LAGU DAERAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BIOLA SD TERUNA BANGSA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Pembelajaran ekstrakurikuler biola di Sekolah Dasar Teruna Bangsa Yogyakarta belum terlaksana dengan maksimal, dikarenakan siswa masih kesulitan dalam membaca notasi balok dan memainkan teknik dasar instrumen biola. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis proses aransemen lagu daerah sebagai media pembelajaran ekstrakurikuler biola pada Sekolah Dasar Teruna Bangsa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, subjek pada penelitian ini adalah siswa SD Teruna Bangsa yang mengikuti ekstrakurikuler biola. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara serta studi dokumen. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu; tahap reduksi, paparan, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah proses aransemen medley lagu daerah dengan menggunakan metode lima langkah aransemen musik yang digunakan sebagai media pembelajaran ekstrakurikuler biola yang dimodifikasi dengan variasi melodi, ritmis dan keterampilan teknik dasar permainan biola. Pembelajaran ekstrakurikuler biola dengan media aransemen medley lagu daerah mampu membantu meningkatkan kemampuan membaca notasi balok dan keterampilan teknik dasar bermain biola. ARRANGEMENT OF FOLK SONG MEDLEYS AS EXTRACURRICULAR LEARNING MEDIA FOR VIOLIN AT TERUNA BANGSA ELEMENTARY SCHOOL YOGYAKARTAViolin extracurricular learning at Teruna Bangsa Elementary School Yogyakarta has not been done optimally because students still struggle to read block notation and play basic violin instrument techniques. This research aims to describe and analyze the process of arranging medley folk songs for violin extracurricular learning at Teruna Bangsa Elementary School Yogyakarta. This research uses qualitative research with a case study approach; the subjects in this research are Teruna Bangsa Elementary School students who participate in violin extracurricular activities. Data collection techniques in this study were obtained through observation, interviews and document studies. This research uses data analysis techniques: reduction, exposure, and conclusion stages. The result of this research is a process of arranging a medley of folk songs using the five-step method of music arrangement, which is used as a learning media for violin extracurriculars,s which are modified with variations in melody, rhythmic and basic technical skills of violin playing. Violin Extracurricular learning with the media of folk song medley arrangements can help improve the ability to read block notation and basic technical skills of playing the violin

    Apropriasi Musikal Dalam Iringan Tari Keraton Yogyakarta

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk memahami fenomena apropriasi musikal ansambel musik Eropa dan gamelan Jawa pada iringan tari di Keraton Yogyakarta, khususnya pada permainan komposisi gendhing gati mardawa, gati raja, serta gendhinggendhing iringan beksan lawung ageng yang terdiri dari: gendhing ron ing tawang, rog-rog asem dan bima kurda. Berawal dari pengalaman masa kanak, remaja, hingga dewasa, menjadi stimuli munculnya gagasan penelitian ini. Pengalaman sering mendengarkan, menyaksikan dan sebagai pelaku dari pertunjukan tari yang diiringi gamelan Jawa ditambah dengan ansambel musik Eropa, mendorong rasa ingin tahu tentang fenomena apropriasi musikal pada penambahan ansambel musik Eropa dan gamelan Jawa untuk iringan tari Keraton Yogyakarta. Untuk menganalisis fenomena terjadinya apropriasi musikal ansambel musik Eropa dan iringan tari Jawa, salah satu konsep dari teori pasca kolonial yakni konsep apropriasi budaya digunakan untuk menginvestigasi masalah penelitian ini. Apropriasi budaya merupakan tindakan mengambil atau menam-bahkan unsur budaya asing ke dalam budaya lain kemudian diakui sebagai budaya sendiri. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study). Secara spesifik penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus eksploratori. Langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui tahapantahapan penelitian sebagai berikut: observasi, wawancara, dokumentasi melalui perekamanbunyi hasil permainan ansambel musik Eropa dan gamelan Jawa, kemudian dilakukan transkripsi untuk keperluan membaca notasi gamelan bagi para pemain musik yang memainkan instrumenmesik Eropa pada saat memainkan notasi bersama dengan pengrawit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa apropriasi budaya dalam konteks musikal merupakan bentuk apropriasi musikal antara gamelan Jawa dan ansambel musik Eropa untuk mengiringi tari Jawayang posisinya tidak sama. Ansambel musik Eropa mengikuti struktur gendhing Jawa memainkan melodi gamelan iringan tari. Relasi kuasa bunyi antara gamelan Jawa dan ansambel musik Eropa, cita rasa bunyi ansambel musik Eropa ditundukkan oleh cita rasa bunyi gamelan Jawa. Posisi gamelan Jawa lebih diutamakan daripada ansambel musik Eropa untuk memainkan gendhing gati mardawa, gati raja serta gendhing ron ing tawang, rog-rog asem, dan bima kurda

    Music Acculturation in Rhythm of kapang-kapang Bedhaya and Srimpi Dance in the Keraton of Yogyakarta (A Case Study)

    Get PDF
    The research’s aim is to notice the music acculturation in the rhythm of female dance of Bedhaya and Srimpi dances in the Kingdom of Yogyakarta on the line-movement on-to the stage or leaving it (kapang-kapang). Besides, the research is going to discuss a West music instrument acculturation phenomenon with Javanese Traditional Gamelan Orchestra on the rhythm of female dance of Bedhaya and Srimpi dances that are still exist nowadays. The case study is focus on the usage of some West music instrument such as drum (percussion section), woodwind (woodwind section), brass-wind (brass-wind section), and stringed (stringed section) in the rhythm of the dances which are being mentioned above. The method which is being used first is by doing the quality data analysis. The result of the research are two mainly findings; those are 1) the inclusion of various elements of the palace ceremonial ritual by The Netherlands Indies government which were the impact of the European Colonization in the island of Java, especially in Yogyakarta; it has made a mentally structure of the people of Yogyakarta that would have created culture capitalized and which are being used in the context of Yogyakarta as the city of culture. 2) European military music for marching is being the inspiration of the palace to create Gendhing Mars which is being used as the rhythm in the marching movements of female dancers (kapang-kapang) together along with the ensemble of Javanese Traditional Gamelan Orchestra and the European music instruments which are being played in one sound (unisono)

    Adaptasi Teknik Membaca Notasi Viola Bagi Mahasiswa Violin Pada Mata Kuliah Aansambel Gesek

    Get PDF
    Mata Kuliah Ansambel Gesek adalah Mata Kuliah yang diberikan pada setiap semester. Jumlah peserta kuliah rata-rata antara sepuluh sampai dengan dua puluh lima peserta. Para peserta kuliah adalah para mahasiswa dengan instrumen mayor gesek yang terdiri dari instrumen violin, viola, cello, dan contrabass. Pada semester tertentu, jumlah mahasiswa tidak seimbang, yang seharusnya komposisi pemain ansambel gesek yang terdiri dari formasi lengkap, suatu saat tidak ada pemain viola karena mereka sudah ada yang lulus, atau dalam satu angkatan yang diterima sebagai mahasiswa baru instrumen gesek tidak ada yang mengambil instrumen mayor viola, dan hal ini akan mempengaruhi pada formasi permainan ansambel gesek, maka diambil inisiatif beberapa mahasiswa violin bisa beradaptasi untuk memainkan viola, namun hal ini pun tidak mudah, karena membutuhkan waktu dan kemampuan berdaptasi ke instrumen viola. Tujuan dari penelitian ini untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi dalam Mata Kuliah Ansambel Gesek. Sebuah formasi ansambel gesek yang terdiri dari violin, viola, cello dan kontrabass, merupakan formasi standar dalam sebuah ansambel dengan repertoar-repertoar standar. Bilamana dalam sebuah formasi ansambel gesek tidak lengkap, sudah barangtentu akan terjadi kejanggalan formasi yang akan disajikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus yang terjadi pada Mata Kuliah Ansambel Gesek dengan ketiadaan instrumen viola dikarenakan tidak ada mahasiswa dengan instrumen mayor viola dalam kelas ansambel ini. Jumlah pemain violin lebih banyak dibandingkan dengan instrumen gesek lainnya, bahkan tidak ada instrumen viola. Hal ini perlu dicarikan solusi untuk memecahkan masalah tersebut dengan memberi kesempatan kepada para mahasiswa violin untuk memainkan instrumen viola agar dapat mengisi kekosongan pemain viola. Hasil penelitian ini dapat dilihat dari keberadaan pemain viola yang diambilkan dari pemain violin yang telah mempelajari teknik membaca notasi viola maupun telah berhasil beradaptasi memainkan instrumen viola dengan baik

    Multivariate control charts based on Bayesian state space models

    Full text link
    This paper develops a new multivariate control charting method for vector autocorrelated and serially correlated processes. The main idea is to propose a Bayesian multivariate local level model, which is a generalization of the Shewhart-Deming model for autocorrelated processes, in order to provide the predictive error distribution of the process and then to apply a univariate modified EWMA control chart to the logarithm of the Bayes' factors of the predictive error density versus the target error density. The resulting chart is proposed as capable to deal with both the non-normality and the autocorrelation structure of the log Bayes' factors. The new control charting scheme is general in application and it has the advantage to control simultaneously not only the process mean vector and the dispersion covariance matrix, but also the entire target distribution of the process. Two examples of London metal exchange data and of production time series data illustrate the capabilities of the new control chart.Comment: 19 pages, 6 figure

    A Sensitive Branched DNA HIV-1 Signal Amplification Viral Load Assay with Single Day Turnaround

    Get PDF
    Branched DNA (bDNA) is a signal amplification technology used in clinical and research laboratories to quantitatively detect nucleic acids. An overnight incubation is a significant drawback of highly sensitive bDNA assays. The VERSANT® HIV-1 RNA 3.0 Assay (bDNA) (“Versant Assay”) currently used in clinical laboratories was modified to allow shorter target incubation, enabling the viral load assay to be run in a single day. To dramatically reduce the target incubation from 16–18 h to 2.5 h, composition of only the “Lysis Diluent” solution was modified. Nucleic acid probes in the assay were unchanged. Performance of the modified assay (assay in development; not commercially available) was evaluated and compared to the Versant Assay. Dilution series replicates (>950 results) were used to demonstrate that analytical sensitivity, linearity, accuracy, and precision for the shorter modified assay are comparable to the Versant Assay. HIV RNA-positive clinical specimens (n = 135) showed no significant difference in quantification between the modified assay and the Versant Assay. Equivalent relative quantification of samples of eight genotypes was demonstrated for the two assays. Elevated levels of several potentially interfering endogenous substances had no effect on quantification or specificity of the modified assay. The modified assay with drastically improved turnaround time demonstrates the viability of signal-amplifying technology, such as bDNA, as an alternative to the PCR-based assays dominating viral load monitoring in clinical laboratories. Highly sensitive bDNA assays with a single day turnaround may be ideal for laboratories with especially stringent cost, contamination, or reliability requirements

    Instrumen musik tradisi Barat dalam iringan tari dan upacara protokoler Kraton Yogyakarta

    No full text
    Penulisan ini mengkaji tentang segi historis, mauknya pengaruh instrumen musik tradisi Barat dalam iringan tari (beksan) atara lain: beksan lawung, , kapang-kapang bedhaya, serta srimpi di Kraton Kasultanan Yogyakarta. Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi tertulis & deskripsi secara kronologis pengaruh asing dalam tradisi seni pertunjukan Keraton yang perwujudannya nampak di dalam iringan tari (beksan) dengan iringan instrumen gamelan & instrumen musik tradisi Barat

    Biografi maestro violin tiga zaman Tan Thiam Kwie sebagai tokoh pendidik musik barat di Yogyakarta

    No full text
    Tan Thiam Kwie adalah salah satu figur maestro violin dan tokoh pendidik musik barat di Yogyakarta sejak masa Hindia Belanda. Sebagai salah satu pendiri SMIND pada tahun 1950-an, yakni sebuah lembaga pendidikan musik barat paling awal di Indonesia, peranannya dalam pengajaran praktek violin sangat berpengaruh pada kemajuan para siswanya, hal ini terbukti dari sekian banyak siswanya ada beberapa di antara mereka menjadi musisi besar yang mempunyai reputasi internasional. Penghargaan-penghargaan yang pernah diterimanya merupakan bukti bahwa ia telah banyak menyumbangkan tenaga dan pemikirannya demi kemajuan pendidikan musik barat di Yogyakarta

    “Menari” dengan trompet: apresiasi musikal dalam iringan Tari Keraton Yogyakarta

    No full text
    Penulisan buku ini didasarkan dari disertasi yang dilakukan oleh penulis pada Program S-3 Studi Doktoral, PPS ISI Yogyakartadengah judul Apropriasi Musikal Dalam Iringan Tari Keraton Yogyakarta. Buku ini membahas perihal proses perjumpaan budaya, khusunya budaya musik gamelan Jawa dengan budaya musik Eropa. Kasus yang diangkat adalah gendhing gati, sebuah repertoire gamelan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pengiring tari Bedhaya yang menyertakan alat musik Eropa, terompet dan tambur. Dari persepektif apropriasi budaya, penambahan ansambel musik Eropa ke dalam iringan tari Jawa untuk mengiringi tari keraton dilatari oleh modernisasi yang terjadi pada awal abad ke-20 yang melanda keraton. Sultan sebagai pemegang kekuasaan artistik mempunyai otoritas artistik dalam menciptakan gaya penampilan seni pertunjukan keraton. Penambahan ansambel musik Eropa dalam iringan tari juga merupakan dampak dari kekuasaan artistik tersebut. Apropriasi budaya dilakukan Sultan untuk menunjukkan kekayaan budaya baik budaya sendiri maupun hasil campuran budaya lokal-asing yang diakui sebagai budaya keraton

    Tan Thiam Kwie : Celah-Celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik Tiga Zaman

    No full text
    Buku ini lebih spesifik membahas tentang seorang figur violinist dan guru musik bernamaTan Thiam Kwie, dan belum pernah ada yang menulis tentang tokoh tersebut. Tema ini menarik untuk dikupas karena Tan Thiam Kwie tergolong sebagai violinist tiga zaman adn satu-satunya guru privat musik instrumen violin keturunan Tionghoa. Tan Thiam kwie juga mempunyai prestasi dan dedikasi tinggi terhadap profesinya baik sebagai violinist ataupun sebagai guru musik. Kontribusinya dalam bidang pengajaran praktek bermain violin, memberikan pengetahuan dasar bermain violin yang baik dan benar pada aank-anak maupun orang dewasa sangatlah besar. Buku ini perlu dibaca oleh mahasiswa musik sebagai referensi yang penting dalam menyajikan potret dari sebuah kehidupan musikal di Yogyakarta
    corecore