Pengaruh Aktivitas PKL Terhadap Kebutuhan Ruang Pedestrian di Alun-alun Kota Atambua

Abstrak: Alun-alun kota Atambua merupakan ruang terbuka publik dan merupakan pusat keramaian oleh sebab itu, terjadi banyak aktivitas masyarakat yang berkunjung untuk melakukan aktivitas seperti jogging, basket, bersantai dan lain-lain maka dari itu munculnya PKL guna menunjang aktivitas tersebut. Aktivitas PKL terjadi di alun-alun kota Atambua berlangsung di empat jalan yang mengelilingi alun-alun Kota Atambua yakni Jalan Gatot Subroto Atambua, Jalan Maromak Oan, Jalan Basuki Rahmat, dan Jalan Jenderal Ahmad Yani. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan aktivitas PKL di area pedestrian yang menyebabkan ruang pedestrian terlihat sempit sehingga menyebabkan penurunan kualitas keamanan dan kenyamanan ruang pedestrian. Pertanyaan penelitian adalah bagaimanakah pengaruh aktivitas PKL terhadap kebutuhan  ruang pedestrian di Alun-alun Kota Atambua dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan ruang pedestrian di Alun-alun Kota Atambua pada saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas PKL di ruang pedestrian, sehingga dapat diketahui kebutuhan ruang pedestrian yang ideal bagi pejalan kaki dan bagi aktivitas PKL setempat serta mengidentifikasi faktor-faktor pembentuk ruang pedestrian di Alun-alun Kota Atambua pada saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini  adalah  metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenalogi. Hasil penelitian ini adalah keempat jalan tersebut tidak terjadi aktivitas PKL disetiap waktu karena hanya di beberapa jalan saja yang terjadi aktivitas PKL oleh sebab itu, terjadi penurunan kualitas ruang pengguna jalan di beberapa titik. Kualitas elemen fisik yang ada di keempat jalan tersebut belum memadai.                 Kata kunci: Aktivitas PKL, Ruang Pedestrian, Alun-alun Kota Atambua

Movement Detection with Event-Based Cameras: Comparison with Frame-Based Cameras in Robot Object Tracking Using Powerlink Communication

Event-based cameras are not common in industrial applications despite the fact that they can add multiple advantages for applications with moving objects. In comparison with frame-based cameras, the amount of generated data is very low while keeping the main information in the scene. For an industrial environment with interconnected systems, data reduction becomes very important to avoid network congestion and provide faster response time. However, the use of new sensors as event-based cameras is not common since they do not usually provide connectivity to industrial buses. This work develops a network node based on a Field Programmable Gate Array (FPGA), including data acquisition and tracking position for an event-based camera. It also includes spurious reduction and filtering algorithms while keeping the main features at the scene. The FPGA node also includes the stack of the network protocol to provide standard communication among other nodes. The powerlink IEEE 61158 industrial network is used to communicate the FPGA with a controller connected to a self-developed two-axis servo-controlled robot. The inverse kinematics model for the robot is included in the controller. To complete the system and provide a comparison, a traditional frame-based camera is also connected to the controller. Response time and robustness to lighting conditions are tested. Results show that, using the event-based camera, the robot can follow the object using fast image recognition achieving up to 85% percent data reduction providing an average of 99 ms faster position detection and less dispersion in position detection (4.96 mm vs. 17.74 mm in the Y-axis position, and 2.18 mm vs. 8.26 mm in the X-axis position) than the frame-based camera, showing that event-based cameras are more stable under light changes. Additionally, event-based cameras offer intrinsic advantages due to the low computational complexity required: small size, low power, reduced data and low cost. Thus, it is demonstrated how the development of new equipment and algorithms can be efficiently integrated into an industrial system, merging commercial industrial equipment with new devices

PENGARUH MAKNA TERHADAP PERILAKU PENGGUNA RUANG DI KAWASAN TUGU YOGYAKARTA

Aktivitas yang terjadi di kawasan Tugu Yogyakarta saat ini sangatlah beragam, seperti berfoto-foto, duduk-duduk, lalu lalang, ngamen, kuliner, pentas seni budaya, berdemonstrasi dan lain-lain, sebagainya sesuai dengan perkembangan zamannya. Aktivitas yang terjadi menunjukkan bahwa Tugu Yogyakarta dan kawasan sekitarnya merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Yogyakarta. Bila ditinjau Tugu sebagai salah satu tempat tujuan pariwisata di Yogyakarta maka tidak terlepas dari sejarah yang panjang. Menurut sejarahnya bahwa Tugu Yogyakarta memiliki simbol kesakralan yang melekat pada Tugu itu sendiri. Dengan berjalannya waktu maka aktivitas yang terjadi di Tugu Yogyakarta dan kawasan sekitarnya tidak menujukan bahwa Tugu sebagai simbol kesakralan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membaca dan menemukan makna dari Tugu Yogyakarta dan kawasan di sekitar terhadap perilaku/aktivitas yang terjadi sekarang ini di kawasan Tugu Yogyakarta. Terdapat dua pertanyaan penelitian yaitu; 1). Bagaimana pengaruh sejarah perkembangan Tugu Yogyakarta dan kawasan di sekitar terhadap maknanya. 2). Bagaimana pengaruh makna Tugu Yogyakarta dan kawasan di sekitarnya terhadap perilaku penggunanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian rasionalistik-kulaitatif dengan pendekatan penelitian strukturalisme dan penelusuran sejarah. Hasil penelitiannya adalah Tugu Yogyakarta dan kawasan sekitar memiliki makna yang “tetap”, bahwa Tugu Yogyakarta memiliki makna orientasi yang dapat diinterpretasikan sebagai landmark dan kawasan sekitar memiliki makna tanpa orientasi yang dapat diinterpretasikan sebagai ruang publik

The effect of soil preparation on pine seedling performance in plantations established in moist forest habitats

This paper reports on the results of the experiment with pine plantations established in the territory of Pszczyńskie Forests in the moist mixed coniferous (BMw) and moist mixed broadleaved (LMw) forest habitats. The measurements took place in seedlings in the fifth year of growth. The soil preparation variants included: full beds, ridge beds, and strips established with FAO−FAR soil cutter. The parameters subjected to analysis embraced planting density, survival and quality of seedlings, as well as the costs incurred for establishing and tending of plantations taking into consideration soil preparation method. The performance of seedlings planted on full beds was found to be best, while on strips – it was lowest. The seedlings growing on strips showed the best height increment and quality and those growing on beds – the poorest. The variability in parameters between individual sites of the experiment was high

Natural regeneration of Scots pine [Pinus sylvestris L.] growing in moist habitats using different soil preparation methods

The paper reports the performance of pine culture established from natural regeneration in the moist mixed coniferous (BMw), fresh mixed coniferous (BMśw) and moist mixed deciduous (LMw) forest habitats in Pszczyńskie Forests. The seedlings were measured in the successive growing seasons following culture establishment. The soil preparation variants included: full beds, ridge beds, and strips using FAO−FAR soil cutter. The parameters subject to analysis embraced planting density, height and quality of seedlings taking into consideration soil preparation methods. The density of seedlings established on full beds was found to be the best, while on ridge beds – it was the lowest. Seedlings growing on strips showed the best height increment and quality, while those growing on beds – the poorest. The parameter variability between individual sites under the experiment was high

The problem of the nation, the state and the raison d'état in the political thought of Adolf Maria Bocheński

Praca poświęcona jest postaci i poglądom młodego publicysty, Adolfa Bocheńskiego, który żył i pisał w Polsce międzywojennej. Składa się z czterech zasadniczych części. Część pierwsza dotyczy sylwetki pisarza politycznego, a także zawiera krótką charakterystykę środowiska intelektualnego, do którego należał. Cześć druga poświęcona jest inspiracjom filozoficznym i historycznym, mającym wpływ na sposób pojmowania przez niego zagadnienia racji stanu. Część trzecia stanowi próbę krytycznego przedstawienia koncepcji praw historii autorstwa Adolfa i Aleksandra Bocheńskich. Natomiast część czwarta zawiera przedstawienie poglądów autora Między Niemcami a Rosją na kwestię dotyczące Polski, a także nacjonalizmu i patriotyzmu.The thesis concern Adolf Maria Bocheński, a young publicist, who lived and wrote in Poland until the Second World War. It consists of the four sections. The first one concerns the biography of Bocheński and contains the characteristic of the milieu to who the young publicist belonged. The second section concerns the philosophical and historical inspiration of the author of the Between Germany and Russia. The third section is an attempt a critical presentation the theory of the law of the history which was developed by Adolf and Aleksander Bocheńscy. The last section contains the opinion of Bocheński on the nation and the patriotism