31 research outputs found

    ANALISIS KERENTANAN PANTAI BERDASARKAN COASTAL VULNERABILITY INDEX (CVI) DI PANTAI KOTA MAKASSAR

    Get PDF
    The vulnerability of Makassar coast was measured using parameters of Coastal Vulnerability Index (CVI). CVIvalue was determined using geomorphology, shoreline change, coastal slope, mean wave height, mean tidalrange, and relative sea level change parameters. The Makassar coast was divided into a numbers of cells, eachwith the length of 1 km and width of 0.5 kminto the sea. CVI values werecalculated for each cell and the coastalvulnerability wereclassifiedinto five categories: very low - low - medium - high - very high. The results show thatthe coastline with high to very high vulnerability index are located at the southern part of Makassar, while thenorthern coastline generally have low to moderate vulnerability. The CVI parameters which contributed to highsusceptibilitywere the coastal slope and the shoreline change parameters. Keywords: Coastal Vulnerability Index, coastal slope and shoreline change, Makassar

    Implementasi Metode Berpasangan Langsung dan Berpasangan dengan Rintangan Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Passing Bawah Bola Voli Murid Kelas IV SD Negeri 2 Tonronge Kabupaten Sidenreng Rappang.

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Sejauhmana pendekatan pelaksanaan metode berpasangan langsung dan berpasangan dengan rintangan dapat meningkatkan hasil belajar murid, 2) Sejauh mana kemampuan murid dalam belajar passing bawah permainan bolavoli, 3) Sejauhmana kemampuan guru dalam mengajar permainan bolavoli, 4) Sejauhmana respon murid terhadap permainan bolavoli melalui pelaksanaan metode berpasangan langsung dan berpasangan dengan rintangan, 5) Sejauh mana hasil belajar murid terhadap passing bawah dalam permainan bolavoli melalui pelaksanaan metode berpasangan langsung dan berpasangan dengan rintangan. Berdasarkan hasil rekapitulasi antar siklus setelah melalui pelaksanaan metode berpasangan langsung dan berpasangan dengan rintangan pada siklus kedua menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada murid kelas IV SD Negeri 2 Tonronge Kabupaten Sidenreng Rappang memiliki peningkatan, hal tersebut ditunjukkan dari hasil siklus I, terdapat 0 murid (0,0%) dalam skala 5 (Baik sekali) dan meningkat menjadi 3 murid (8,1%) dalam skala 5, sehingga diperoleh 8,1% (8,1% - 0,0%). Demikian pula pada skala 4 (Kategori baik) menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 19 murid (51,4%) dan meningkat menjadi 34 murid (91,9%) sehingga diperoleh peningkatan 40,5% (91,9% - 51,4%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui pelaksanaan metode berpasangan langsung dan berpasangan dengan rintangan yang dilaksanakan pada siklus II memiliki peningkatan sebesar 48,6% (40,5% + 8,1%) pada kemampuan passing bawah dalam permainan bolavoli pada murid kelas IV SD Negeri 2 Tonronge Kabupaten Sidenreng Rappang

    Analisis Kerentanan Pantai Berdasarkan Coastal Vulnerability Index (Cvi) di Pantai Kota Makassar

    Full text link
    The vulnerability of Makassar coast was measured using parameters of Coastal Vulnerability Index (CVI). CVIvalue was determined using geomorphology, shoreline change, coastal slope, mean wave height, mean tidalrange, and relative sea level change parameters. The Makassar coast was divided into a numbers of cells, eachwith the length of 1 km and width of 0.5 kminto the sea. CVI values werecalculated for each cell and the coastalvulnerability wereclassifiedinto five categories: very low - low - medium - high - very high. The results show thatthe coastline with high to very high vulnerability index are located at the southern part of Makassar, while thenorthern coastline generally have low to moderate vulnerability. The CVI parameters which contributed to highsusceptibilitywere the coastal slope and the shoreline change parameters

    ANALISIS RAWAN BENCANA LONSOR MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALIYTICAL HIERARCHY PROCESS) DI KABUPATEN TORAJA UTARA

    Get PDF
    AbstrakPenelitian ini bertujuan menentukan faktor utama penyebab longsor di Kabupaten Toraja Utara. Parameter yang digunakan yaitu elevasi, kemiringan lereng, aspek lereng, geologi, tekstur tanah, kelurusan, jarak dari jalan, jarak dari sungai, curah hujan dan penutupan lahan. Penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Berdasarkan hasil penelitian faktor utama penyebab terjadinya longsor adalah parameter curah hujan dengan bobot 0.317, kemudian tekstur tanah, jarak dari jalan, jarak dari sungai, geologi, penutupan lahan, kelurusan, kemiringan lereng, aspek lereng dan parameter yang memperoleh bobot terkecil yaitu elevasi dengan bobot 0.027..Kata Kunci : Faktor utama, longsor, AHP (Analytical Hierarchy Process), Toraja UtaraAbstractThe purpose of this research is to determine the main factor that causing landslides in North Toraja District. They are several parameters used to adjust the landslides at that area i.e. elevation, slope, geology, soil texture, alignment, distance from the road, distance from the river, rainfall and land cover. This research uses the AHP (Analytical Hierarchy Process) method to show a factor dominated causing landslides. The results show that the main factors causing the landslide are rainfall with the weight factor is 0.317, following by soil texture, distance from the road, distance from the river, geology, and land cover is about 0.027.Keywords: Main factor, landslide, AHP (Analytical Hierarchy Process), North Toraj

    PEMANFAATAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DAN PENJERNIHAN AIR DI KELURAHAN BUNTU SUGI KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

    Get PDF
    Ground water is stored in layers called aquifers. These aquifers can be found in coastal plains, foothills, inter-mountain valleys, alluvial plains and karst topographic areas. The village of Buntu sugi, located in the foothill area in the form of alluvial plains and a little karst topography in the north. Buntu Sugi Village has four ground water sources in the form of springs. The four springs are Bubun Salle, Bubu Sudu, Bubun Matua, and Wailandan. All these springs are used by the community for daily living needs for cooking and for drinking water and used for agriculture. The condition of water resources in Buntu Sugi Urban Village is decreasing quantity and quantity is smaller flow rates in the dry season and a higher turbidity level in the rainy season. The efforts made in this community service are to educate the community on how to conserve springs or ground water and how to process polluted ground water so that it is suitable for use. Furthermore, training will be given to the appropriate technology community that can be used in the process of processing and purifying polluted water. The training on making Biopori Infiltration Holes and making water purification equipment has given the ability for participants. ---  Air tanah tersimpan dalam lapisan yang disebut akuifer. Akuifer tersebut dapat dijumpai pada dataran pantai, daerah kaki gunung, lembah antar pegunungan, dataran aluvial dan daerah topografi karst. Kelurahan Buntu sugi yang berada di daerah kaki gunung berupa dataran alluvial dan sedikit topografi karst di bagian utara. Wilayah Kelurahan Buntu Sugi terdapat empat sumber air tanah berupa mata air yaitu Bubun Salle, Bubun Sudu, Bubun Matua, dan Wailandan. Seluruh mata air tersebut digunakan masyarakat untuk keperluan hidup sehari-hari untuk memasak, untuk air minum dan kebutuhan pertanian. Penurunan kuantitas dan kuantitas ditandai dengan debit aliran yang semakin kecil pada musim kemarau dan melimpah pada musim hujan dengan tingkat kekeruhan yang semakin tinggi. Upaya yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat ini adalah melakukan penyuluhan kepada masyarakat bagaimana melestarikan mata air atau air tanah dan bagaimana memproses air tanah yang tercemar sehingga layak digunakan. Tujuan pengabdian untuk melakukan edukasi kepada masyarakat pentingnya konservasi air tanah dan bagaimana teknologi konservasi air tanah dan pelatihan kepada masyarakat teknologi tepat guna (TTG) yang dapat digunakan dalam proses pengolahan dan penjernihan air yang tercemar.  Pelatihan pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB) dan pembuatan alat penjernihan air telah memberikan keterampilan kepada peserta untuk membuat resapan air dan alat penjernihan air

    APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMANFAATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Pantai Mamuju Sulawesi Selatan)- REMOTE SENSING AND GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM FOR SPATIAL PLANNING (Case Study

    Get PDF
    ABSTRACT This research was intended to evaluate the capability of remote sensing technology, in this case black and white panchromatic aerial photographs with a scale of 1:40,000 were used in obtaining information on land suitability variables. Geographical Information System (GIS) was needed in designing land use map recommendation for Mamuju coastal areas, South Sulawesi Province. Aerial photographs were visually interpreted to obtain land form, slope, and land use map. Other suitabiliy variables were obtained from direct measurement and from secondary data. Land suitability analysis was performed by matching land characteristic and land suitability requirement using Arc/Info SIG software version 3.5.1. Recommendation on spatial planning was made aside based on land suitability classes, also based on exdsting land use, land utilization and benefit, spatial management and other land-use related to regulation, as well as development policy. The result indicated that black and white panchromatic aerial photograph have a good capability in presenting of land form, slope, and land use, with 87% accuracy in the interpretation. The use of GIS with Arc/Info software gave easily the analysis for land suitability and spatial planning, land accelerated the process of map overlaying and buffering and construction of land use and utilization map. The analysis for Mamuju coastal areas resulted 18 land suitability classes, of which 17 classes were recommended for utilization. Those classes could be grouped into 10 utilization purposes, i.e.: mangrove 2781.6 Ha (10.4 %), tourism 113.4 Ha (0.4 %), forest 6671.4 Ha (24.9 %), protected zone 2617.4 Ha (24.9 %), settlement 482.5 Ha (1.8 %), rice field 58.5 Ha (0.2 %), fish ponds 187.8 Ha (0.7 %), annual upland crop field 1998.4 Ha (7.4 %), perenial crop 10524.1 Ha (7.4 %), and industrial zone 2309,8 Ha (8.6 %). Keywords: Remote sensing, Geographical Information System, Arc/Info, overlay, buffer, matching

    Perbedaan Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Yang Dibelajarkan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Model Pembelajaran Langsung Pada Peserta Didik Kelas X Sma Negeri 7 Bulukumba

    Get PDF
    Abstract: The aims of this research are: (1) to assess the difference of students’ learning motivation who are taught using guided inquiry learning model with the learning motivation of students who are taught by using direct instruction model, and (2) to assess the difference of students’ learning achievement which are taught by using guided inquiry learning model with the students’ learning achievement who are taught by using direct instruction model. This research is a Quasy Experimental study with a Posttest Only Control Group Design. The study population is students in Senior High School 7 Bulukumba, and the selected sample consist of two learning groups, namely class X2 (n=25) and class X7 (n=27) which are selected through random sampling technique. The instrument used in this study is a learning motivation questionnaire and achievement test. The result of the research shows that (1) the learning motivation of the students who are taught by using guided inquiry learning model and the direct instruction model is in the medium category, (2) the students learning achievement in the guided inquiry group are in the high category, and the students’ learning achievement in direct instruction group are in the low category, (3) Student learning motivation that is learned using guided inquiry learning model is significantly different with learners who are taught using direct instruction model, (4) Students learning outcomes are taught using inquiry model of guided inquiry differently significant with learners who are taught using a direct instruction model

    Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

    Get PDF
    Sungai Jeneberang merupakan aliran longsoran kaldera Gunung Bawakaraeng. Longsoran tersebut mengendap dan tersedimentasi di jalur sungai tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung dan menganalisis perubahan luasan sedimen dari tiga seri citra satelit SPOT4 dari tahun 2006 sampai 2012 dengan software Er Mapper dan ArcGIS. Metode penginderaan jauh dilakukan untuk memperoleh data spasial dalam waktu singkat dengan akurasi tinggi. Pengolahan citra satelit SPOT4 tersebut dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper dan ArcGIS didapatkan hasil perhitungan luasan sedimen tiap seri tahun dapat diolah dan dianalisis bersama untuk mengetahui perubahan luasan sedimen dari tahun 2006 sampai 2012. Hasil penelitian menunjukkan sedimen yang terdapat di lokasi penelitian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Luas sedimen pada tahun 2006 sebesar 214.82 Ha, 2009 sebesar 453.05 Ha dan pada tahun 2012 sebesar 558.38 Ha. Laju sedimentasi pada daerah sungai Jeneberang tiap tiga tahun yaitu tahun 2006 ??? 2009 sebesar 238.22 Ha dan pada tahun 2009 ??? 2012 sebesar 105.32 Ha

    PENERAPAN TEKNOLOGI TRANSPLANTASI DAN RESTORASI KARANG UNTUK PENGEMBANGAN DESA WISATA BAHARI MASYARAKAT PULAU KARANRANG, KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN

    Get PDF
    The development of Integrated Coral Transplantation and Restoration Technology for Marine Tourism is a program aimed at increasing community creativity through the planned, high-quality replanting of coral reefs sustainably. The method involves dividing coral reefs into slices ready to be planted on ecological edges that form artificial coral reefs, which are then placed underwater to make them older than natural coral. This technology can be developed through community projects for sustainable cultivation and tourism. Its goal is to increase the quantity and quality of decorative coral reef resources and marine tourism and accelerate the recovery of damaged coral reef ecosystems caused by destructive fishing practices. By developing innovative ideas, products can be marketed to industries and communities. This technology is also a model for community empowerment for regional development  ---  Pengembangan teknologi Integrasi Transplantasi dan Restorasi Terumbu Karang untuk Wisata Bahari merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas masyarakat melalui penanaman kembali terumbu karang yang terencana dan berkualitas tinggi, serta berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah dengan membagi terumbu karang menjadi irisan karang yang siap ditanam di atas tepian ekologis yang membentuk terumbu karang buatan, kemudian ditempatkan di bawah laut agar lebih tua dari yang alami. Teknologi ini dapat dikembangkan melalui proyek masyarakat untuk budidaya dan pariwisata yang berkelanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya terumbu karang hias dan wisata bahari serta mempercepat pemulihan ekosistem laut terumbu karang yang rusak akibat penangkapan ikan yang merusak. Dengan mengembangkan ide-ide inovatif, produk-produk yang dihasilkan dapat dipasarkan kepada industri dan masyarakat. Teknologi ini juga merupakan salah satu model pemberdayaan masyarakat untuk pengembangan daerah
    corecore