4,065 research outputs found

    SISTEM KEPENGAWASAN KEDISIPLINAN KERJA DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SURABAYA

    Get PDF
    Fokus masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem kepengawasan kedisiplinan kerja di Kementerian Agama Kota Surabaya. Sebagaimana rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: pertama, terdiri dari apa sajakah unsur-unsur sistem kepengawasan kedisiplinan kerja? kedua, bagaimana sistem kepengawasan kedisiplinan kerja difungsikan? ketiga, apakah batasan dari penerapan sistem kepengawasan kedisiplinan kerja ini?. Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas secara menyeluruh dan mendalam, maka peneliti menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah wawancara secara mendalam (depth interview), observasi dan dokumentasi. Dalam teknik ini, peneliti tidak ikut aktif berperan dalam kegiatan organisasi. Selain itu untuk menegaskan keabsahan data, maka dilakukan pengecekan melalui triangulasi data, setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara mendalam. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: Kementerian Agama Kota Surabaya telah menerapkan beberapa unsur sistem kepengawasan kedisiplinan kerja yakni Seksi Kepegawaian, Seksi Mapenda, Seksi Peka Pontren, Seksi Penamas,Seksi Urais, Seksi PHU, Penyelenggara zakat dan wakaf, Kasubbag TU, dan Kepala kantor. Unsur-unsur tersebut sangatlah membantu dalam penerapan sistem kepengawasan kedisiplinan kerja di Kementerian Agama Kota Surabaya ini. Unsur-unsur kepengawasan wajib dilaksanakan oleh seluruh anggota lembaga tanpa terkecuali seorang pimpinan. Pemberian pengawasan ini bertujuan agar dapat meningkatkan prestasi kerja dan tujuan dalam sebuah lembaga dapat tercapai. Manfaat adanya penerapan unsur-unsur sistem tersebut ialah agar dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Batasan dalam sistem kepengawasan ini adalah sejauh berhubungan dengan tugas dinas kantor dan waktunya sampai dengan jam kerja. Kesimpulan dari penelitian ini ialah sistem kepengawasan kedisiplinan kerja di Kementerian Agama Kota Surabaya sudah dapat berjalan dengan cukup baik, karena dalam berjalannya sistem kepngawasan tersebut telah diimbangi dengan adanya unsur-unsur yang saling bekerjasama untuk menciptakan suatu kedisiplinan. Suatu pengawasan akan dapat berjalan ketika ia berlandaskan suatu peraturan. Seperti halnya, penerapan sistem kepengawasan kedisiplinan ini, berlandaskan sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 53. Dengan adanya acuan peraturan tersebut, seorang pimpinan dapat menerapkan bentuk pengawasan yang disesuaikan dengan sumber daya manusia yang ada di kantor tersebut

    Analisis Potensi Obyek Wisata Mata Air (Umbul) dalam Rangka Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten

    Get PDF
    Penelitian ini didasarkan pada kesenjangan perkembangan obyek wisata umbul yang ada di Kecamatan Tulung, dimana ada 4 obyek wisata umbul namun hanya ada satu umbul yang telah dikembangkan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa klasifikasi potensi obyek wisata umbul, menganalisa pengaruh OMAC terhadap perkembangan obyek wisata umbul yang berada di sekitarnya, dan menganalisa prioritas pengembangan obyek wisata umbul berdasarkan tingkat potensinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan observasi lapangan. Analisis dilakukan dengan metode skoring dan didukung dengan analisis SWOT untuk menentukan arah pengembangan obyek wisata umbul. Hasil penelitian ini adalah: 1) Obyek wisata Umbul Ingas / OMAC merupakan obyek wisata dengan klasifikasi potensi internal, eksternal dan gabungan tinggi, total skor 51. Obyek wisata umbul yang mempunyai potensi internal, eksternal dan gabungan sedang adalah Umbul Nilo (total skor 35) dan Umbul Manten Pelem (total skor 34). Disusul dengan Umbul Doyo yang masuk dalam klasifikasi potensi internal, eksternal dan gabungan rendah, total skor 31. 2) Berdasarkan kesamaan jenis dan karakter obyek, kesamaan arah dan pencapaian, serta kedekatan obyek (kreteria Leading Industry) dan didukung dengan menejemen organisasi yang baik dalam hal pengelolaan, promosi di segala media dan kerjasama antar obyek wisata umbul, maka obyek wisata Umbul Ingas / OMAC sebagai obyek wisata unggulan dan titik pusat pengembangan dapat memacu perkembangan obyek wisata umbul disekitarnya (Umbul Nilo, Manten Pelem dan Doyo) sebagai obyek wisata pendukung, dengan cara pembuatan satu paket pengembangan kawasan wisata umbul yang melingkupi semua obyek wisata umbul di Kecamatan Tulung. 3) Obyek wisata umbul yang mendapat prioritas pengembangan utama adalah Umbul Ingas, walaupun secara keseluruhan obyek ini telah berpotensi tinggi yaitu dengan pembuatan wahana OMAC, namun disisi lain obyek ini masih mempunyai potensi untuk dikembangkan lagi, seperti hilir Sungai Pusur yang dapat dikembangkan menjadi area o utbond dan area wisata kuliner, sehingga dapat meningkatkan kualitas obyek. Obyek wisata yang mendapat urutan pengembangan kedua dan ketiga adalah Umbul Nilo dan Umbul Manten Pelem karena potensi internal, eksternal dan gabungannya masuk dalam klasifikasi sedang. Umbul Nilo dengan debit, sungai dan tersedianya lahan dapat dikembangkan ke arah penambahan atraksi baru seperti arum jeram, taman terbuka dan air mancur, sedangkan Umbul Pelem dapat dikembangkan menjadi taman air dan area outbond. Urutan pengembangan terakhir adalah Umbul Doyo yang dapat dikembangkan menjadi kolam renang dewasa yang dilengkapi dengan wahana waterboom, lompat indah, pengadaan fasilitas seperti kamar mandi, tempat sampah, angkutan, serta perlu didukung dengan menejemen pengelolaan dan penataan ruang yang teratur

    HUBUNGAN PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR DI BUNGKUS ROKOK DENGAN PRAKTIK MEROKOK PEROKOK PEMULA PADA SMP X DI KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Beberapa penelitian dari International Tobacco Control menunjukkan bahwa penerapan peringatan kesehatan bergambar memiliki dampak terhadap perokok untuk berhenti merokok. Di Indonesia sudah diterapkan Peraturan Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi peringatan kesehatan bergambar pada produk rokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan peringatan kesehatan bergambar dibungkus rokok dengan praktik merokok perokok pemula di SMP X di Kota Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian terdiri dari siswa kelas 7 dan 8 dengan karakteristik berstatus sebagai perokok pemula serta bersedia menjadi responden. Sampel penelitian sejumlah 59 siswa yang diambil menggunakan teknik totalsampling.Seluruh pertanyaan telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji analisa statistikChi Square(taraf signifikansi = 0,05). Hasil penelitian uji hubungan peringatan kesehatan bergambar dengan praktik merokok perokok pemula di SMP X Semarang menunjukkan bahwa, sebagian besar responden berusia 13-15 tahun dan sebagian besar responden berada di kelas 7, responden sebagian besar termasuk dalam kategori uang saku yang rendah (< Rp10.000). Variabel yang berhubungan dengan perilaku merokok remaja yaitu, paparan peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok (p = 0,000), keterjangkauan terhadap peringatan kesehatan bergambar (p= 0,021), serta dukungan teman (p= 0,009). Sedangkan variabel usia (p= 1), uang saku (p=0,438),tingkatan kelas responden (p = 0,223), pengetahuan peringatan kesehatan bergambar (p=0,714), sikap terhadap peringatan kesehatan bergambar (p= 1,000), dan dukungan guru (p=0,662) tidak berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Disarankan pemerintah terutama instansi kesehatan perlu menerapkan peringatan kesehatan bergambar dengan lebih memperhatikan gambar dan informasi yang dicantumkan. Kata Kunci: peringatan kesehatan bergambar, perilaku merokok,perokok pemul

    EFEKTIFITAS PEMBERIAN METHYLPREDNISOLONE POST-OPERATIF TERHADAP OEDEMA PASCA ODONTEKTOMI GIGI MOLAR TIGA BAWAH

    Get PDF
    ABSTRAKNama : Nandani Wulansari Fakultas : Kedokteran GigiProgram Studi : Pendidikan Kedokteran GigiJudul : Efektifitas Pemberian Methylprednisolone Post-Operatif terhadap Oedema Pasca Odontektomi Gigi Molar Tiga BawahGigi molar tiga adalah salah satu gigi yang sering mengalami kelainan saat erupsi yang disebut dengan impaksi. Tindakan ektraksi gigi impaksi dengan pembedahan disebut sebagai odontektomi. Odontektomi sering menyebabkan komplikasi, salahsatunya adalah oedema. Terapi anti-inflamasi seringkali diberikan untuk mengontrol gejala inflamasi yang muncul setelah odontektomi. Golongan obat lainnya yang juga sering digunakan dalam mengatasi proses inflamasi adalah kortikosteroid. Kortikosteroid dianggap sebagai anti-inflamasi yang lebih kuat dibandingkan dengan golongan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAIDs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian methylprednisolone post-operatif terhadap oedema pasca odontektomi gigi molar tiga bawah. Jenis penelitian ini adalah eksperimental klinis. Subjek penelitian (n=16) dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan yang disertai terapi pemberian methylprednisolone 4mg dan kelompok kontrol tanpa disertai pemberian methylprednisolone 4mg. Penilaian oedema dilakukan melalui pengukuran wajah dengan metode Neupert pada rentang waktu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam setelah odontektomi, kemudian hasil pengukuran dianalisis statistik. Berdasarkan hasil uji statistik t tidak berpasangan didapatkan bahwa tidak ada perbedaan efektifitas terhadap oedema yang signifikan (

    Pemahaman Sikap Kepemimpinan Demokratis dan Sikap Kedisiplinan terhadap Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 01 Berjo Kecamatan Ngargoyoso Tahun Pelajaran 2011/2012.

    Get PDF
    Dalam suatu lembaga pendidikan , prestasi belajar merupakan indikator yang penting untuk mengatur keberhasilan proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi rendahnya prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain disamping proses pengajaran itu sendiri. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh pemahaman sikap kepemimpinan demokratis tetapi juga dipengaruhi oleh sikap kedisiplinan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah pemahaman sikap kepemimpinan demokratis dan sikap kedisiplinan terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 01 Berjo Kecamatan Ngargoyoso Tahun pelajaran 2011/2012 dan seberapa besar pemahaman sikap kepemimpinan demokratis dan sikap kedisiplinan terhadap prestasi belajar PKn secara bersama-sama siswa kelas V SD Negeri 01 berjo Kecamatan Ngargoyoso Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pemahaman sikap kepemimpinan demokratis dan sikap kedisiplinan terhadap prestasi belajar PKn Siswa kelas 5 SD Negeri 01 Berjo Kecamatan Ngargoyoso Tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Berjo Kecamatan Ngargoyoso yang berjumlah 20 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumen PKn. Variabel dalam penelitian ini adalah pemahaman sikap kepemimpinan demokratis dan sikap kedisiplinan siswa sebagai variabel bebas serta prestasi belajar PKn sebagai variabel terikat. Hasil pengujian dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Karl Pearson diketahui nilai signifikansi sebesar 0,241321 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara pemahaman sikap kepemimpinan demokratis terhadap prestasi belajar PKn, untuk variabel sikap kedisiplinan diketahui nilai signifikansi sebesar 0,286196 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh sikap kedisiplinan terhadap prestasi belajar PKn. Hasil pengujian secara simultan diketahui nilai signifikansi sebesar 0,580732 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh antara pemahaman sikap kepemimpinan demokratis dan sikap kedisiplinan terhadap prestasi belajar PKn Siswa kelas V SD Negei 01 Berjo Kecamatan Ngargoyoso atau Ha diterima. Hasil perhitungan koefisien determinasi diketahui bahwa besarnya pengaruh antara kepemahaman sikap kepemimpinan demokratis dan sikap kedisiplinan terhadap prestasi belajar PKn sebesar 0,33725 atau 33,7%

    LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH) YANG HIGIENIS DI BALIKPAPAN

    Get PDF
    Setiap orang memerlukan protein nabati dan protein hewani. Protein hewani didapat dari daging. Tetapi bila daging yang kita konsumsi tidaklah higienis tentunya akan merugikan diri kita sendiri. Maka dari itu pemerintah berusaha agar daging yang dikonsumsi masyarakat bisa memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Kota Balikpapan yang sedang berkembang merupakan kota yang setiap tahunnya berpenduduk meningkat cukup pesat. Sehingga kebutuhan protein hewani untuk penduduk kota Balikpapan pun semakin meningkat. Untuk ini diperlukan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang dapat melakukan proses pemotongan hewan sampai penyaluran ke pasar yang memenuhi kriteria ASUH tersebut. Agar kriteria ASUH tersebut bisa tercapai maka dibutuhkan Rumah Permotongan Hewan (RPH) yang higienis di Balikpapan, minimal memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Karena selama ini banyak Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga daging yang dipotong tercemar oleh bakteri. Selain itu banyak binatang ternak yang dipotong di luar Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang berakibat penyiksaan terhadap binatang sebelum binatang dipotong. Hal ini tentunya sangat tidak kita inginkan mengingat bahwa binatang yang disiksa sebelum dipotong maka dagingnya tidak Halal secara agama (Islam) dan dagingnya tidak baik dikonsumsi secara kesehatan. Dengan berbekal data-data dan survey maka Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana Perencanaan dan Perancangan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang higienis sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Sehingga bisa menjadi masukan untuk Pemerintah Daerah yang akan membangun Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di wilayah masing-masing

    Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta

    Get PDF
    Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Hipertensi yang tidak terkendali tetap menjadi masalah kesehatan utama. Salah satu alasan yang menyebabkan tekanan darah tidak terkendali adalah kurangnya pengetahuan tentang hipertensi. Pengetahuan dan kesadaran pasien mengenai hipertensi merupakan faktor penting dalam mencapai kontrol tekanan darah. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr.Moewardi Surakarta. Metode Penelitian: Merupakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Diambil sampel 57 pasien hipertensi dengan teknik purposive sampling. Menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil: Pada 42 pasien (73,7%) dengan pengetahuan baik, 31 pasien tekanan (73,8%) darahnya terkendali dan 11 pasien (26,2%) tekanan darahnya tidak terkendali. Sedangkan pada 15 pasien (26,3%) dengan pengetahuan tidak baik, 6 pasien (40%) tekanan darahnya terkendali dan 9 pasien (60%) tekanan darahnya tidak terkendali. Dari hasil uji Chi Square didapatkan probabilitas signifikansi (p) = 0,019. Kesimpulan: Ada hubungan pengetahuan tentang hipertensi dengan pengendalian tekanan darah

    ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan bentuk klausa kompleks (2) Mendeskripsikan teknik yang digunakan (3) Mendeskripsikan kualitas penerjemahan klausa kompleks (4) Menjelaskan dampak teknik penerjemahan terhadap bentuk dan kualitas terjemahan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif dengan teknik purposive sampling. Terdapat 311 data klausa kompleks. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah (1) teknik observasi untuk memperoleh data klausa kompleks (parataktik, hipotaktik, parataktik hipotaktik); dan (2) kuesioner untuk mendapatkan data keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Hasil dalam penelitian ini: (1) ditemukan 164 klausa kompleks parataktik,140 diterjemahkan tetap dan 24 klausa bergeser. Ditemukan 83 klausa kompleks hipotaktik. 60 klausa diterjemahkan tetap sedangkan 23 klausa bergeser. Klausa kompleks parataktik hipotaktik berjumlah 64 klausa. 24 klausa diterjemahkan tetap, 40 klausa bergeser. (2) teknik yang digunakan dalam menerjemahkan klausa kompleks pada penelitian ini adalah gabungan 1 teknik, 2 teknik, 3 teknik, 4 teknik, dan 5 teknik. Klausa kompleks parataktik menerapkan 1–4 teknik, klausa kompleks hipotaktik 1–2 teknik sedangkan klausa kompleks parataktik hipotaktik menerapkan 1–5 teknik. (3) dalam hal kualitas, 290 klausa kompleks akurat, 21 klausa kurang akurat, 279 klausa berterima, 32 klausa kurang berterima, 301 klausa memiliki keterbacaan tinggi dan 10 klausa memiliki keterbacaan sedang. (4) Teknik penerjemahan berpengaruh pada bentuk klausa. 1 teknik menyebabkan 146 klausa kompleks diterjemahkan tetap dan 24 klausa bergeser. Penerapan 2 teknik menyebabkan 62 klausa diterjemahkan tetap dan 51 klausa bergeser. Penerapan 3 teknik menyebabkan 9 klausa diterjemahkan tetap dan 12 klausa bergeser. Penerapan 4 teknik menyebabkan 3 klausa tetap dan 3 klausa bergeser. Sedangkan penerapan 5 teknik menyebabkan pergeseran klausa. Dalam hal kualitas, penerapan 1 teknik menyebabkan 156 klausa akurat, 13 klausa kurang akurat, 158 klausa berterima, 11 klausa kurang berterima, 167 klausa keterbacaan tinggi dan 2 klausa keterbacaan sedang. Penerapan 2 teknik menyebabkan 107 klausa akurat, 7 klausa kurang akurat, 104 klausa berterima, 10 klausa kurang berterima, 109 klausa memiliki keterbacaan tinggi, 5 klausa memiliki keterbacaan sedang. Penerapan 3 teknik menyebabkan 20 klausa akurat, 1 klausa kurang akurat, 16 klausa berterima, 5 klausa kurang berterima dan 21 klausa keterbacaan tinggi. Penerapan 4 teknik menyebabkan 6 klausa akurat dan keterbacaan tinggi, 5 klausa berterima dan 1 klausa kurang berterima. Penerapan 5 teknik menyebabkan klausa akurat dan keterbacaannya tinggi namun kurang berterima. Kata kunci: klausa kompleks (parataktik, hipotaktik, parataktik hipotaktik), teknik penerjemahan, pergeseran bentuk, kualitas terjemahan The purposes of this research were: (1) to describe the type of clause complexes, (2) to describe the translation techniques, (3) to describe the translation qualities of clause complex, (4) to explain the effect of translation techniques to the type of clause complex and the translation qualities. This descriptive-qualitative research applied purposive sampling. There were 311 data of clause complexes. The data collection techniques that were used: (1) observation to get clause complex data (paratactic, hypotactic, mixed taxis); and (2) questionnaire to get the accuracy, acceptability, and readability data. The results of the study show that: (1) there are 164 paratactic clauses, 140 data unchanged and 24 data shifting. There are 83 hypotactic clauses, 60 data unchanged whereas 23 data shifting. There are 64 mixed taxis, 24 data unchanged whereas 40 data shifting. (2) the techniques that are used in translating the clause complexes in this research are the composite of 1 technique, 2 techniques, 3 techniques, 4 techniques, and 5 techniques. Paratactic clauses apply 1-4 technique, hypotactic clauses apply 1-2 techniques, and mixed taxis apply 1-5 techniques. (3) about the quality, 290 clause complexes accurate, 21 clauses less accurate, 279 clauses acceptable, 32 clauses less acceptable, 301 clauses have a high readability and 10 clauses have a medium readability. (4) the translation techniques have an impact on the type of clause complexes. 1 technique causes 146 clause complexes unchanged and 24 clause complexes shifting. 2 techniques cause 62 clause complexes unchanged and 51 clause complexes shifting. 3 techniques cause 9 clause complexes unchanged and 12 clause complexes shifting. 4 techniques cause 3 clause complexes unchanged and 3 clause complexes shifting. Meanwhile 5 techniques cause clause shifting. In case of quality, the application of 1 technique causes 156 clause complexes accurate, 13 clauses less accurate, 158 clause complexes acceptable, 11 clauses less acceptable, 167 clauses have a high readability, and 2 clauses have a medium readability. 2 techniques cause 107 clauses accurate, 7 clauses less accurate, 104 clause complexes acceptable, 10 clauses less acceptable, 109 clause complexes have a high readability and 5 clauses have a medium readability. 3 techniques cause 20 clause complexes accurate, 1 clause less accurate, 16 clauses acceptable, 5 clauses less acceptable and 21 clauses have a high readability. The application of 4 techniques cause 6 clause complexes accurate and have a high readability, 5 clauses acceptable and 1 clause less acceptable. The application of 5 techniques cause the clause complex is translated accurately and has a high readability but less acceptability. Keywords: Clause complex (Paratactic, Hypotactic, Mixed Taxis), Translation Techniques, Shifting, Translation Qualit

    PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (PTK Terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 3 Colomadu Tahun Pelajaran 2010/2011)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan Problem Based Learning. Jenis penelitian PTK kolaboratif. Subyek penelitian yang dikenai tindakan adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu, yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data melalui metode observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data secara diskriptif kualitatif dengan metode alur. Validitas data dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dilihat dari aspek – aspek berikut : 1) antusias siswa dalam mengikuti pelajaran matematika sebelum tindakan 31,25 % meningkat sebanyak 75 % pada akhir tindakan; 2) siswa yang memberi tanggapan guru atau siswa lain sebelum tindakan 9,38 % meningkat sebanyak 62,5 % pada akhir tindakan; 3) siswa yang menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain sebelum tindakan 15,63% meningkat sebanyak 62,63 % pada akhir tindakan; 4) siswa yang menanyakan materi yang belum jelas sebelum tindakan 6,25 % meningkat sebanyak 34,38 % pada akhir tindakan. Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan minat belajar siswa

    HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN DI PT. ICSM INDONESIA

    Get PDF
    Dewi Wulansari, The Relationship Between Communication With Job Statisfaction at PT.ICSM Indonesia. Study Program Of Commerce Education, Department Of Economics and Administration, Faculty Of Economics, State University Of Jakarta.2015. This study aims to determine the relationship between Communication with Job Statisfaction on employees at at PT.ICSM Indonesia. This research was conducted for three months starting from March to Mei 2015. The method used is survey method through correlational approach. The population is employees PT.ICSM Indonesia. Where as the possible populations who employees of Admin & Sales, consultants,KAM (Key Account Management) and Project at PT.ICSM Indonesia, amounting to 36 people. The sampling technique is samples are taken in proporsion with simple random sampling of 32 samples. The instrument used to obtain data on variable X Communication and variable Y Job Statisfaction was measured using a Likert scale. The data analysis technique starts by looking for a simple regression equation and the regression equation Ŷ = 30,74 + 0,458 X, while the test requirements of the analysis are the estimated regression error normality test Y on X with L obtained liliefors test count (0.079) F table (4.17) which states that the regression is very significant and regressions that produce linearity test F count (0,65) <F table (5,76) which indicates that the model uses linear regression. Correlation coefficient hypothesis tests conducted using the formula r xy Product Moment yield of 0.605, this means the relationship between two variables is strong. Tests of significance with t count equal to 4,17 and t table value of 1,70. Because t count> t table, from the above study, the researcher can conclude that there is a significant relationship between the Communication with Job Statisfaction on employees PT. ICSM Indonesia. Test determination coefficient KD of 36,65% yield This means that the variation of variable Y influenced by variable X amounted to 36,65%. So it is concluded that there are positive and significant relationship between the Communication in Job Statisfaction
    corecore