PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBENTUK KOMIK DENGAN ALUR CERITA BERANGKAI UNTUK IDENTIFIKASI LACK OF KNOWLEDGE SISWA DALAM MEMAHAMI MATA PELAJARAN TIK SMP No Panggil S KOM LUB p-2013

Penelitian yang berjudul “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbentuk Komik dengan Alur Cerita Berangkai untuk Identifikasi Lack of knowledge Siswa dalam Memahami Mata Pelajaran TIK SMP” merupakan sebuah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan multimedia pembelajaran berbentuk komik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lack of knowledge siswa. Hal ini dilakukan untuk menyikapi adanya kecenderungan bahwa siswa kurang menyadari komponen-komponen pengetahuan yang idealnya harus dimiliki oleh siswa. Sementara siswa hanya fokus pada komponen-komponen materi yang mereka anggap penting saja. Secara umum, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yang meliputi kajian literatur mengenai komik, lack of knowledge beserta potensi penyebabnya, pengembangan multimedia berbentuk komik, dan penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas. Dari penelitian ini didapatkan hasil : 1) multimedia pembelajaran berbentuk komik dengan alur cerita berangkai yang telah dikembangkan dinilai Sangat Baik dan layak digunakan dengan rata-rata persentase 83,33% oleh para ahli, 2) hasil respon siswa berdasarkan angket terhadap multimedia dengan rata-rata nilai 75,39%, 3) terdapat kesamaan lack of knowledge yang dialami oleh siswa ketika menyelesaikan masalah pada multimedia pembelajaran berbentuk komik dengan alur cerita berangkai dan ketika menyelesaikan masalah yang diberikan kepada lima orang siswa secara manual. Kata kunci : Multimedia Pembelajaran, Komik, Alur Cerita Berangkai, Lack of knowledg

IMPLEMENTASI WATERMARKING CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE DISRETE WAVELET TRANSFORMATION DAN SISTEM CHAOS PADA PENGACAKAN LEAST SIGNIFICANT BIT

Bitmap adalah sebuah citra digital yang mudah dan cepat dalam pembuatannya karena berupa sekumpulan titik atau pixel yang memiliki warna tertentu sehingga ringan untuk dikirimkan melalui media mobile atau internet. Masalah yang terjadi adalah citra bitmap sering dikirimkan tanpa keamanan khusus sehingga rentan akan gangguan atau penyadapan. Dibutuhkan suatu metode untuk mengatasi masalah tersebut. Pada Tugas Akhir ini dibahas tentang pembuatan aplikasi desktop yang dapat melakukan penyisipan dengan watermarking bitmap pada media penampung citra host bitmap karena ukurannya yang besar dan jarang digunakan. Metode watermarking yang digunakan adalah Discrete Wavelet Transformation (DWT) untuk mentransformasi citra host dari domain spatial ke dalam domain frequency pada ruang warna RGB ditambah dengan metode Logistic Map sebagai indeks pengacakan pada saat penyisipan. Metode penyisipan yang digunakan adalah metode Least Significant Bit (LSB). Proses watermarking menunjukkan nilai Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) berkisar antara 38 decibel (dB) sampai dengan 40 decibel (dB). Sementara proses ekstraksi menghasilkan citra watermark yang kemudian akan dibandingkan dengan citra watermark awal. Perbandingan nilai Normalized Crosscorellation (NC) berkisar antara 0,8 sampai 1,00. Penyisipan dapat mengalami kegagalan apabila ukuran citra watermark yang disisipkan tidak ¼ dari citra host

On the existence of a reverse shock in magnetized gamma-ray burst ejecta

The role of magnetic fields in gamma-ray burst (GRB) flows remains controversial. The study of the early afterglow phases and, in particular, of the reverse shock dynamics and associated emission offers a promising probe of the magnetization of the ejecta. In this paper, we derive the conditions for the existence of a reverse shock in arbitrarily magnetized ejecta that decelerate and interact with the circumburst medium. Both constant and wind-like density profiles are considered. We show, in contrast to previous estimates, that ejecta with magnetization σ0 >∼ 1 are not crossed by a reverse shock for a large fraction of the parameter space relevant to GRB flows. Allowing for shell spreading, there is always a relativistic or mildly relativistic reverse shock forming in σ0 <∼ 0.3 ejecta. From this, we conclude that the paucity of optical flashes, believed to be a distinctive signature of a reverse shock, may be explained by the existence of dynamically important magnetic fields in the [email protected]; [email protected]

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU EKONOMI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KAMPAR KIRI HILIR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampar Kiri Hilir.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian adalah kepala sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampar Kiri Hilir. Sedangkan objek penelitian ini adalah upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampar Kiri Hilir. Informan dalam penelitian ini adalah seorang kepala sekolah dan, 2 orang guru mata pelajaran ekonomi dan dokomentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu mengumpulkan data sekaligus mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian berdasarkan wawancara penulis menunjukkan bahwa upaya meningkatkan kompetensi profesional guru ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kampar Kiri Hilir yaitu kepala sekolah menempatkan atau memberikan pekerjaan atau tugas-tugas sesuai dengan bidang keahliannya, peningkatan pembinaan akademi, mengikutsertakan guru-guru dalam kegiatan PKG dan MGMP, memeberi kesempatan kepada guru-guru untuk studi lanjut, mengikut sertakan guru-guru dalam kegiatan penatran-penataran, lokakarya, dan Worksop, mengikutsertkan guru-guru dalam kegiatan seminar, pelatihan-pelatihan dan diklat, mengadakan diskusi-diskusi ilmiah secara berkala disekolah, mengembangkan cara belajar berkelompok untuk guru-guru bidang studi. Kata Kunci: Kepala Sekolah, Kompetensi Profesiona

On the influence of a hybrid thermal-non-thermal distribution in the internal shocks model for blazars

Internal shocks occurring in blazars may accelerate both thermal and non-thermal electrons. While the non-thermal tail fills the higher end of the electron energy distribution (EED), thermal electrons populate the lowest energies of the shock-accelerated particles. In this paper, we examine the consequences that such a hybrid (thermal-non-thermal) EED has on the spectrum of blazars. Since the thermal component of the EED may extend to very low energies, the synchrotron emission of ultrarelativistic electrons may not be sufficiently accurate to compute blazar spectra. Thus, we replace the standard synchrotron process by the more general magneto-bremsstrahlung (MBS) mechanism encompassing the discrete emission of harmonics in the cyclotron regime, the transition from the discrete to continuum and the continuum emission in the synchrotron realm. In the γ-ray band, an EED of mostly thermal particles displays significant differences with respect to the one dominated by non-thermal particles. A thermally dominated EED produces a synchrotron self-Compton (SSC) peak extending only up to a few MeV, and the valley separating the MBS and the SSC peaks is much deeper than if the EED is dominated by non-thermal particles. The combination of these effects modifies the Compton dominance of a blazar, suggesting that the vertical scatter in the distribution of FSRQs and BL Lacs in the peak synchrotron frequency-Compton dominance parameter space could be attributed to different proportions of thermal/non-thermal particles in the EED of blazars

Axisymmetric simulations of magnetorotational core collapse: approximate inclusion of general relativistic effects

We continue our investigations of the magnetorotational collapse of stellar cores by discussing simulations performed with a modified Newtonian gravitational potential that mimics general relativistic effects. The approximate TOV gravitational potential used in our simulations captures several basic features of fully relativistic simulations quite well. In particular, it is able to correctly reproduce the behavior of models that show a qualitative change both of the dynamics and the gravitational wave signal when switching from Newtonian to fully relativistic simulations. For models where the dynamics and gravitational wave signals are already captured qualitatively correctly by a Newtonian potential, the results of the Newtonian and the approximate TOV models differ quantitatively. The collapse proceeds to higher densities with the approximate TOV potential, allowing for a more efficient amplification of the magnetic field by differential rotation. The strength of the saturation fields (∼10^15 G at the surface of the inner core) is a factor of two to three higher than in Newtonian gravity. Due to the more efficient field amplification, the influence of magnetic fields is considerably more pronounced than in the Newtonian case for some of the models. As in the Newtonian case, sufficiently strong magnetic fields slow down the core’s rotation and trigger a secular contraction phase to higher densities. More clearly than in Newtonian models, the collapsed cores of these models exhibit two different kinds of shock generation. Due to magnetic braking, a first shock wave created during the initial centrifugal bounce at subnuclear densities does not suffice for ejecting any mass, and the temporarily stabilized core continues to collapse to supranuclear densities. Another stronger shock wave is generated during the second bounce as the core exceeds nuclear matter density. The gravitational wave signal of these models does not fit into the standard classification. Therefore, in the first paper of this series we introduced a new type of gravitational wave signal, which we call type IV or “magnetic type”. This signal type is more frequent for the approximate relativistic potential than for the Newtonian one. Most of our weak-field models are marginally detectable with the current LIGO interferometer for a source located at a distance of 10 kpc. Strongly magnetized models emit a substantial fraction of their GW power at very low frequencies. A flat spectrum between 10 Hz and <∼100 kHz denotes the generation of a jet-like hydromagnetic outflow.Aloy Toras, Miguel Angel, [email protected]

SISTEM PENCATATAN KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN MODEL PROTOTYPE

Perkembangan Teknologi saat ini sangat pesat dalam segala bidang termasuk dalam bidang Pendidikan. Namun sampai saat ini masih banyak Kampus atau Perguruan Tinggi yang menggunakan sistem konvensional dalam kegiatan Penelitian dan Pengabdian. Berdasarkan hal tersebut diatas dibutuhkan Sistem Pencatatan Kegiatan Penelitian Pengabdian Masyarakat. Sistem yang dirancang menggunakan Model Prototype. Dengan adanya sistem ini  akan mempermudah proses atau kegiatan pelaksanaan penelitian di Perguruan Tinggi dan Universitas. Hasil persentase pada web yang dirancang yaitu penilaian desain kinerja diperoleh 89%, tampilan desain pada sistem persentase 90% , pengolahan data pada sistem 80%,  keamanan data 85% dan desain tampilan 95% Sehingga dinyatakan layak sebagai sistem pencatatan kegiatan penelitian berbasis web

Magnetorotational supernovae: a nucleosynthetic analysis of sophisticated 3D models

Magnetorotational supernovae are a rare type of core-collapse supernovae where the magnetic field and rotation play a central role in the dynamics of the explosion. We present the post-processed nucleosynthesis of state-of-the-art neutrino-MHD supernova models that follow the post explosion evolution for few seconds. We find three different dynamical mechanisms to produce heavy r-process elements: (i) a prompt ejection of matter right after core bounce, (ii) neutron-rich matter that is ejected at late times due to a reconfiguration of the protoneutronstar shape, (iii) small amount of mass ejected with high entropies in the centre of the jet. We investigate total ejecta yields, including the ones of unstable nuclei such as 26Al, 44Ti, 56Ni, and 60Fe. The obtained 56Ni masses vary between 0.01−1M⊙. The latter maximum is compatible with hypernova observations. Furthermore, all of our models synthesize Zn masses in agreement with observations of old metal-poor stars. We calculate simplified light curves to investigate whether our models can be candidates for superluminous supernovae. The peak luminosities obtained from taking into account only nuclear heating reach up to a few ∼1043ergs−1. Under certain conditions, we find a significant impact of the 66Ni decay chain that can raise the peak luminosity up to ∼38 percent compared to models including only the 56Ni decay chain. This work reinforces the theoretical evidence on the critical role of magnetorotational supernovae to understand the occurrence of hypernovae, superluminous supernovae, and the synthesis of heavy elements