241 research outputs found
EVALUASI KINERJA BANK-BANK BUMN INDONESIA DENGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
Korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) kemudian krisis moneter yang terus
berlanjut menjadi masalah multidemensional dengan gejolak dinamis perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi nasional. Badan Umum Milik Negara (BUMN) sesuai
perkembanganya merupakan perusahaan yang dimiliki negara, khususnya perbankan
BUMN menjadi salah satu pilar utama perekonomian diantara badan swasta dan
koperasi, yang menopang perencanaan pembangunan dalam Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN). Dengan peran strategis perbankan BUMN memiliki tugas
dan fungsi sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efisien dengan harapan dapat merealisasikan
kesejahterakan masyarakat secara adil dan makmur.
Kondisi aktual menjadi lebih penting untuk mengetahui kinerja keuangan bank
BUMN priode tahun 2006 dengan alat analisis yang telah ditentukan dalam penelitian
dari data laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba. Alat analisis yang digunakan
untuk menginterpretasikan kinerja perbankan adalah rasio keuangan yang dinilai dari
gradasi perbandingan antar bank sebagai informasi aktual posisi keuangan bank
BUMN yang terdiri; Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara
Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai obyek penelitian.
Dari hasil analisis menunjukkan pencapaian nilai rasio paling baik dalam
perbandingan bank BUMN dengan tingkat kesuksesan masing-masing. Dalam
analisis Likuiditas, BTN dengan Current ratio sebesar 144,45 % menjadi bank
tingkat I dan BRI sebagai peringkat I yang mencapai nilai Cash ratio sebesar 13,78 %
pencapaian nilai tertinggi diantara bank BUMN lain. Analisis Solvabilitas pada Total
asset to dept ratio dicapai oleh BRI dengan nilai rasio 112,24 begitu juga dalam Net
workh to dept ratio BRI mencapai rasio tertinggi sebesar 12,24 %. Dilihat dari
analisis Rentabilitas, yaitu Rentabilitas modal sendiri BRI mencapai nilai tertinggi
25,22 % dan Return on investment dicapai Bank Mandiri dengan rasio 9,41 %
The Potential of Corncobs in Producing Reduced Graphene Oxide as a Semiconductor Material
A simple chemical approach was developed to synthesize reduced graphene oxide (RGO) from corncob waste through the acid-base method with the addition of PEG-2000 at specific concentrations. The morphology and structure of RGO were characterized by scanning electron microscopy and energy-dispersive X-ray spectroscopy. The process of reduction and quality of RGO were examined carefully with UV-Vis spectroscopy, infrared spectroscopy, and X-ray diffractometry. Based on the treatment and characterization, the diffraction data showed a prominent peak of RGO at a 2-theta position of 24.01°. The existence of C=C functional groups was detected in aromatic compound groups and alkene functional groups in aliphatic hydrocarbon compounds by infrared spectroscopy. The use of corncobs as the main raw material synthesized by an environmentally friendly route has tremendous potential in producing RGO that can be used as an efficient semiconductor material
A Study on Phase and Microstructure of Reduced Graphene Oxide Prepared by Heating Corncobs
The purpose of this study was to find out reduced graphene oxide (RGO) phases by identifying the system, elemental system, and microstructure of corncobs. Characterization was carried out by XRD and SEM-EDX spectroscopy. The temperatures used in this work are 100, 200, and 250 ºC with a holding time of 1 hour. XRD analysis shows that the RGO phase is formed by the structure of the aromatic layer arrangement (graphite 002), and the widening comes from small-dimensional crystallites perpendicular to the aromatic layer (graphite 120). The elements contained in the three samples have a dominant proportion in the elements carbon and oxygen. From the SEM results obtained the morphology of corncobs powder that looks like sheets. The reduced graphene oxide phase is formed from the process of reducing corncobs powder.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um024v5i22020p06
STUDI STRUKTUR NANO HIDROGEL MAGNETIK PVA/Fe3O4 DENGAN SINKROTRON SAXS
Hidrogel magnetik merupakan bahan komposit yang terstruktur dari hidrogel PVA sebagai matrik dan Fe3O4 (magnetit) sebagai filler. Hidrogel magnetik dan PVA telah berhasil difabrikasi dengan menggunakan metode siklus Freezing-Thawing (F-T). Bahan filler magnetik (magnetit) dalam penelitian ini memanfaatkan pasir besi alam yang diambil dari pantai Sine, Tulungagung, Indonesia. Diawali proses separasi, magnetit berbahan dasar pasir besi alam dalam
orde nano telah berhasil disintesis menggunakan metode kopresipitasi sederhana. Struktur, morfologi, dan sifat magnetik dari partikel nano magnetit dikarakterisasi masing-masing menggunakan XRD (X-ray Diffractometry), TEM
(Transmission Electron Microscopy), dan SQUID (Superconducting Quantum Interference Device) magnetometer. Hasil analisis data XRD menunjukkan bahwa diameter kristal partikel nano magnetit berkisar 9 – 12 nm. Rentang nilai ini
terkonfirmasi dengan baik oleh data TEM yang menggambarkan bahwa morfologi magnetit berdiameter sekitar 10 nm. Selain itu, data magnetisasi saturasi (Ms) partikel nano magnetit yang diuji pada suhu kamar dengan SQUID magnetometer
menunjukkan nilai sekitar 34,7 emu/g. Data struktur, morfologi, dan magnetik tersebut mengkonfirmasi bahwa partikel nano magnetit berada pada daerah domain tunggal yang berperilaku sebagai partikel superparamagnetik.
Konfigurasi intensitas penyerapan infra merah oleh partikel nano magnetit, hidrogel PVA dan magnetik sebagai fungsi bilangan gelombang diinvestigasi menggunakan spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared). Pita serapan
untuk partikel nano magnetit terekam pada bilangan gelombang 578,6, 1614,1, dan 3385,1 cm-1 dengan penyerapan terkuat terjadi pada bilangan gelombang 578,6 cm-1 yang berkaitan dengan getaran Fe-O pada ikatan partikel nano
magnetit. Untuk semua sampel hidrogel PVA, terekam pita ikatan hidrogen pada bilangan gelombang 3200-3570 cm-1 yang bersesuaian dengan peregangan pita - OH dan pita peregangan alkil pada bilangan gelombang 2850-3000 cm-1 yang
relevan dengan pita peregangan C-H. Kelompok-kelompok fungsional yang mewakili rantai PVA telah diverifikasi dengan baik pada bilangan gelombang 1450-1480 cm-1 dan 850-870 cm-1 yang bersesuaian dengan pita peregangan -CH2.
Sementara itu, pita penyerapan juga ditemukan pada bilangan gelombang 1090-1150 cm-1 yang bersesuaian dengan pita peregangan karboksil (CO) dan bilangan gelombang ini memberikan kontribusi terhadap kristalitas PVA. Adapun
degradasi termal hidrogel PVA yang dikarakterisasi menggunakan DTA/TGA (Differential Thermal Analysis/ Thermogravimetric Analysis) mengalami tiga dekomposisi termal. Dekomposisi pertama dengan penurunan berat sampel berkisar dari 1,5 - 4,2% terjadi pada rentang suhu 182 - 216 oC. Dekomposisi kedua dengan penurunan berat sampel terbesar berkisar 60,4 - 64,4% berlangsung pada rentang suhu sekitar 307 - 391 oC. Sedangkan dekomposisi ketiga dengan penurunan berat sampel sekitar 20,9 – 24,9% terjadi pada suhu 409 - 491 oC. Kajian sinkrotron SAXS (Small-Angle X-ray Scattering) pada magnetit dan hidrogel magnetik telah dilakukan untuk menginvestigasi dimensi struktural
magnetit dan distribusinya di dalam jaringan polimer PVA serta pengaruh sifat magnetiknya. Dari analisis data SAXS, dimensi struktural kristal polimer dan jarak antar kristal hidrogel PVA telah berhasil diinvestigasi. Melalui pendekatan model Beaucage dan Teubner-Strey, rata-rata diameter kristal hidrogel PVA adalah 3,9 nm dengan rata-rata jarak antar kristalnya sekitar 18 nm. Analisis
hirarki struktur sampel hidrogel magnetik dengan menggunakan metode distribusi dua log-normal menunjukkan bahwa partikel nano magnetit terdiri atas partikel
sekunder dengan diameter 9,6 nm yang tersusun oleh partikel primer dengan diameter sekitar 3,2 nm. Metode distribusi dua log-normal juga telah berhasil menentukan dimensi agregasi partikel nano magnetit di dalam hidrogel magnetik.
Kluster partikel nano magnetit di dalam hidrogel magnetik secara signifikan berkurang dari 30,4 hingga 12,8 nm dengan menurunnya konsentrasi filler partikel nano magnetit dari 15% menjadi 1% berat hidrogel magnetik. Fenomena
berkurangnya dimensi struktural ini berkorelasi dengan perilaku sifat magnetik dari hidrogel magnetik. Magnetisasi saturasi (Ms) hidrogel magnetik menurun dari
6,5 menjadi 0,4 emu/g dengan berkurangnya filler partikel nano magnetit. Dan nilai tersebut jauh lebih rendah dari magnetisasi saturasi partikel nano magnetit yaitu 34,7 emu/g. Rendahnya nilai magnetisasi saturasi diyakini karena adanya matriks hidrogel PVA di dalam jaringan hidrogel magnetik yang membatasi efek magnetik dan interaksi elektrostatik antara partikel nano magnetit
The Potential of Corncobs in Producing Reduced Graphene Oxide as a Semiconductor Material
A simple chemical approach was developed to synthesize reduced graphene oxide (RGO) from corncob waste through the acid-base method with the addition of PEG-2000 at specific concentrations. The morphology and structure of RGO were characterized by scanning electron microscopy and energy-dispersive X-ray spectroscopy. The process of reduction and quality of RGO were examined carefully with UV-Vis spectroscopy, infrared spectroscopy, and X-ray diffractometry. Based on the treatment and characterization, the diffraction data showed a prominent peak of RGO at a 2-theta position of 24.01°. The existence of C=C functional groups was detected in aromatic compound groups and alkene functional groups in aliphatic hydrocarbon compounds by infrared spectroscopy. The use of corncobs as the main raw material synthesized by an environmentally friendly route has tremendous potential in producing RGO that can be used as an efficient semiconductor material
The analysis of student’ difficulties in mastering static fluid concept
This study aimed to analyze the difficulties experienced by students in mastering Static Fluid concept. This study used descriptive quantitative method with 48 students of Physics Education Department. The instrument of this research was 13 reasoned-multiple choice questions. According to the results, although there was an improvement, most students were difficult to understand certain concepts. This research revelaed some difficulties experienced by students on static fluid concept. Among others are students failed to portray the forces that worked on certain object in fluid, then as a result, they failed to determine the ratio of pressure. In addition, the students were difficult to determine the changing of water pressure on the closed vessel based on the main law of hydrostatics and Pascal’s Law.  
Assessment of kinematic concepts comprehension: A systematic review
A systematic study on the development of the assessment instrument of the concept of kinematics which is one of the basic concepts of physics has not yet been conducted. This systematic study reported the characteristics, quality, effectiveness, and efficiency of the instrument assessment regarding the concept of kinematics. This systematic review method has used a systematic approach based on the practical guidelines of systematic reviews by Petticrew and Roberts and has used PRISMA diagrams for the process of searching and selecting articles, who reviewed 12 articles published between 1985 and 2021. The research findings show that the instrument of concept mastery of kinematics using multiple-choice formats, while others combine the true-false and multiple-choice formats. Almost all instruments of mastery of the concept of widely used kinematics have reported validity assessment (content validity, construct validity) and internal consistency reliability. However, predictive validity, discriminatory validity, and temporal stability reliability have not been reported. Other results indicate that the development of further assessments must pay attention to five important aspects: the validity and reliability of instruments, the scopes and specificity of the concept of kinematics, the conformity with the intellectual level of students, the effectiveness and efficiency of instrument assessment, and the fulfillment of research gaps. This study can help educators and researchers choose and develop an appropriate instrument assessment to reveal students’ understanding of the concept of kinematics
Pelacakan Kembali Kontrol-kontrol Obyek Pada Penambahan Obyek Secara Dinamis Berbasis Visual Basic Studi Kasus Analisa Hirarki Tugas
Pembentukan HTA(Hierarchical Task Analysis) pada dunia nyata dapat menentukan urutan tugas yang harus diselesaikan dan beberapa jalan / cara yang dapat dicapai baik secara horizontal maupun vertikal. Pendekatan HTA dapat dipetakan kedalam logika komputer berupa alur tugas dari setiap obyek di komputer yang membentuk hirarki tugas dari masing-masing obyek yang akan dikerjakan oleh komputer. Pekerjaan ini mirip dengan pembuatan strategi dan kemudian hasilnya terlihat secara visual, sehingga memungkinkan terjadinya refresh engineering tanpa harus melakukan kompilasi program. Pekerjaan tersebut terdiri dari : pembuatan aturan untuk masing-masing obyek dan cara penerjemahannya (interpreter). Setiap obyek yang dibuat diberi urutan tugas yang berkaitan dengan event, property dan method dari suatu obyek yang akan dikerjakan. Perencanaan obyek tersebut tersimpan ke dalam database sehingga untuk pengerjaan akan merefer ke aturan yang ada di database tersebut yang kemudian di load ke memory sama halnya ketika suatu obyek di instanciate.Kontrol-kontrol obyek setelah terbentuk (instance) akan terlepas sehingga diperlukan pelacakan kembali obyek tersebut. Pelacakan ini akan sangat berguna untuk menangkap event yang terjadi. Hasil dari penangakapan event bisa dipakai sebagai method dari obyek tersebut atau event / method ke obyek lai
- …