18 research outputs found

    Kajian Sistem Penyediaan Air Bersih di Kecamatan Tegalsiwalan Kabupaten Probolinggo Jawa Timur

    Get PDF
    Kabupaten Probolinggo merupakan daerah pesisir pantai yang perlu dijaga kualitas perairannya. Salah satu yang akan dikaji sistem penyediaan air bersih di Kecamatan Tegalsiwalan, dimana Kecamatan Tegalsiwalan  terdiri dari 12 Dusun/Desa, dan berdasarkan hasil survei masyarakat yang terlayani kebutuhan air bersih dari sumber mata air yang dikelola oleh masyarakat sekitar yang disebut juga dengan HIPPAM Tirta Dewi Paras Nun Ayu  yang dipompa ke tandon dan di distribusikan ke masyarakat. Dan  beberapa desa yaitu di Desa Paras dan Blado Kulon di Kecamatan Tegalsiwalan masih belum terlayani pemenuhan air bersih dikarenakan kurangnya debit air.  Hasil analisa diperoleh sampai tahun 2030 penambahan debit air  sebesar 3,54 lt/dt,  Reservoir yang ada dengan berkapasitas 150 m3 hanya mampu mencukupi kebutuhan jam puncak sampai tahun 2022 sebesar 9,52 l/dt, untuk tahun 2030 dibutuhkan kapasitas reservoir sebesar 200 m3 untuk memenuhi jam puncak sebesar 13,54 l/dt. Oleh sebab itu diperlukan  penambahan debit air pada daerah yang belum terlayani kebutuhan air bersih melaui potensi pemanfaatan sumber mata air melalui IPTEK dengan pengolahan kimia yaitu membubuhkan chlorinasi, koagulasi, dan disinfektan agar mata air tersebut layak dikonsumsi sebagai air minum sesuai Permenkes N0. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan Kualitas Air Minum dan dilakukan Pengembangan  sistem jaringan distribusi air bersih melalui simulasi program WaterCad V8i dengan alternatif 3 yaitu pipa berdiameter 42 mm, karena memenuhi kontrol tekanan serta harga lebih rendah dibandingkan alternatif 1 pipa berdiameter 60 mm

    APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK IDENTIFIKASI BATUAN KAPUR

    Get PDF
    Selain dikenal sebagai Negara Maritim, Indonesia merupakan negara  kaya  tambang  mineral  dan  logam,  salah satunya batuan kapur (limestone). Namun, potensi  tersebut  belum  dimanfaatkan  secara  maksimal  oleh masyarakat  sekitar  pegunungan  kapur, salah satunya di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Untuk mengidentifikasi potensi batu kapur dapat mengaplikasikan ilmu penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Kelebihan metode penginderaan jauh adalah efisiensi waktu dan biaya yang digunakan. Dalam kegiatan ini dilakukan metode skoring menggunakan parameter tutupan lahan, indeks vegetasi, suhu permukaan tanah, dan unsur geologi. Data yang digunakan berupa data citra satelit Landsat 9 yang terdiri dari 11 saluran kanal dengan karakteristik, Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Lamongan skala 1:25.000 dan Peta Geologi skala 1:25.000. Hasil proses perhitungan NDVI dalam studi area, diperoleh nilai indeks vegetasi dengan rentang nilai antara -0,189 hingga 0,568. Nilai indeks vegetasi Kecamatan Babat didominasi oleh kelas sedang dengan rentang 0,15 hingga 0,25. Hasil klasifikasi tutupan lahan menghasilkan 5 (lima) kelas, yaitu kelas daerah bukan pertanian, daerah pertanian, lahan terbuka, permukiman, dan perairan. Kecamatan Babat didominasi oleh kelas tutupan lahan daerah bukan pertanian dengan persentase 53,29%. Hasil skoring dari keempat parameter menunjukkan bahwa Kecamatan Babat didominasi oleh kelas batuan kapur dengan potensi sedang dengan persentase 47,88% dari seluruh luas wilayah. Kata Kunci: Batuan kapur, Landsat 9, Penginderaan jauh, SIG DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jpg.v11.i1.2693

    EVALUASI KINERJA IPAL KOMUNAL MERGOSONO KOTA MALANG

    Get PDF
    Sampai saat ini, kinerja pengelolaan air limbahdomestik melalui IPAL Komunal masih rendah. Evaluasi kinerja IPAL Komunal diperlukan untuk mengetahui faktor penyebabnya. Studi dilakukan pada IPAL KomunalMergosonodi kota Malang yang mempunyai konfigurasi unit pengolahan Biofilter-Aerasi Berjenjang. Metode evaluasi kinerja IPAL Komunal menggunakan metode pengukuran tingkat penyisihan BOD, COD, TSS, NO3,NH3dan PO4. Selanjutnya parameter desain seperti tingkat pembebanan organik, hidrolik dan waktu tinggal dalam reaktor dievaluasi kelayakannya dari studi literatur dan kriteria desain yang terkait. Hasil evaluasi menunjukkan kinerja yang sangat rendah. Tingkat penyisihan TSS, BOD dan COD pada aliran maksimum berturut-turut sebesar 9,5%; 19,01%; (17,24%). Tingkat penyisihan TSS, BOD dan COD pada aliran minimum sebesar (124,95%; (67,30%);(10,91%). Kinerja IPAL Komunal Mergosono yang rendah disebabkan karenarendahnya waktu tinggal (HRT) air limbah dalam unit pengolahan biologi dan tingkat pembebanan organik (OLR). Kondisi ini disebabkan karena minimnya pemeliharaan pada unit reaktor pengolahan.Kinerja pengolahan pada unit aerasi berjenjang yang rendah disebabkan karena rasio tinggi air dalam bak dan tinggi limpasan yang rendah sehingga jumlah udara yang masuk terbatas. Disamping itu beban permukaan pada unit aerasi berjenjang juga rendah.Upaya untuk meningkatkan kinerja dengan melakukan pemeliharaan IPAL secara intensif dan studi optimasi kinerja IPAL Komunal dengan parameter operasi tingkat pembebanan organik, tingkat pembebanan hidrolik dan waktu tingga

    FEASIBILITY STUDY ON THE DEVELOPMENT OF INTEGRATED SOLID WASTE TREATMENT FACILITY (TPST) IN SITIREJO MALANG, INDONESIA

    Get PDF
    Sitirejo Malang TPST in its implementation can reduce the high generation of solid waste at the source. Existing solid waste management is only for non composted solid waste. Therefore there is a need for research on the generation, composition and characteristics of solid waste related to the feasibility of developing TPST service areas. The data used in this study include primary data such as generation, composition, and characteristics of solid waste, solid waste processing stages, and solid waste treatment facilities. Secondary data such as TPST service areas, TPST operational and financial technical data. Calculation of solid waste generation using the method of load-count analysis, calculation of the composition of solid waste using the quarterly method, calculation of physical characteristics include the specific gravity of solid waste. In the calculation of financial analysis, the economic criteria used are Net Present Value (NPV), while the feasibility of development uses several development scenarios. The results showed that the treated solid waste were 10.73 m3/day, while the weight reached 1,071.17 kg/day. The composition of composted solid waste consists of yard waste of 31.32% and food waste of 31.18%. The composition of non composted solid waste reaches an average of 0.24% - 13.18%. The average density of garbage in collecting vehicles is 100.51 kg/m3. The results of the financial analysis show that the projection until 2028 of 32.5 m3/day shows a value of NPV>0, thus TPST activities are considered feasible, both the existing and development scenarios

    MODEL OPTIMALISASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOMUNAL MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS

    Get PDF
    Pemerintah Indonesia telah berupaya melakukan pengelolaan air limbah untuk memenuhi target MDG’s di bidang sanitasi sektor air limbah. Tetapi dari hasil evaluasi terhadap program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman) melalui National City Sanitation Rating (NCSR), pada September 2012 skor untuk setiap kota dan kabupaten masih rendah. Sementara itu, potensi reuse air limbah yang besar masih terbatas penerapannya. Kualitas pengolahan air limbah untuk reuse yang lainnya berada pada kedua rentang kualitas pengolahan untuk irigasi dan domestik. Aplikasi model optimisasi telah terbukti bermanfaat dalam mengoptimalkan kualitas efluen, waktu dan biaya. Melihat potensi dan manfaat reuse air limbah domestik dan masih rendahnya kinerja pengelolaan air limbah, maka diperlukan penelitian untuk mengoptimalkan proses pengelolaan air limbah domestik dengan pendekatan model optimisasi. Tujuan penelitian adalah membuat model optimisasi IPAL Komunal untuk meminimalkan konsentrasi polutan yang keluar dari IPAL Komunal sehingga aman bagi badan air penerima dan memiliki potensi digunakan kembali (reuse). Pendekatan pemodelan sistem dinamik pada studi kasus IPAL Komunal Mergosono I Kota Malang sebagai berikut : Modul → Prasedimentasi (1); Filter Anaerobik (2); Aerasi (3) Stocks → kandungan polutan influen, kandungan polutan efluen pada setiap modul Flows → rasio pemisahan pada setiap modul Converters → proses fisik dan biokimia Tahapan penelitian terdiri (1) evaluasi kinerja IPAL Komunal (2) analisa sistem operasi dan proses IPAL Komunal dan (3) pemodelan optimisasi IPAL Komunal dengan program dinamik. Setiap tahap direncanakan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun sehingga diperlukan waktu 3 (tiga) tahun untuk menyelesaikan seluruh tahap. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan rendahnya kinerja pengelolaan air limbah, terbatasnya aplikasi reuse air limbah, penurunan kualitas air sungai dari pembuangan air limbah domestik dan keterbatasan sumber air. Hasil penelitian tahap I pada tahun 2015 menunjukkan kinerja pengolahan yang rendah untuk IPAL Komunal yang lama. Pada IPAL Tlogomas, kinerja pengolahan maksimal 41,17% untuk COD dan 28,68% untuk BOD. Tingkat penyisihan TSS pada kolam fitoremediasi cukup baik (sebesar 70,2%). Sedangkan tingkat penyisihan Nitrat maksimal (28,14%) pada aliran minimum. Sebaliknya tingkat penyisihan Fosfat Total maksimum terjadi pada aliran maksimum sebesar 35,46%. Kinerja maksimal unit pengolahan filtrasi pada IPAL Tlogomas untuk penyisihan BOD hanya mencapai 23,05% pada aliran minimum. Konsentrasi COD pada outlet bahkan mengalami peningkatan. Unit pengolahan pada IPAL Ciptomulyo dan Mergosono sama yaitu Bar Screen, Filter Anaerobik dan Aerasi Berjenjang. Pada IPAL Ciptomulyo tingkat penyisihan TSS, BOD dan COD pada aliran maksimum setelah melalui Bar Screen berturut-turut sebesar 30,02%; 1,38%; 10%. Sedangkan tingkat penyisihan TSS, BOD dan COD pada iv aliran minimum sebesar 11,52%; (80,25%);(30,07%). Pada IPAL Mergosono kondisinya lebih buruk dimana tingkat penyisihan TSS, BOD dan COD pada aliran maksimum berturut-turut sebesar 9,5%; 19,01%; (17,24%). Tingkat penyisihan TSS, BOD dan COD pada aliran minimum sebesar (124,95%; (67,30%);(10,91%). Tingkat penyisihan BOD dan COD tertinggi pada unit pengolahan Aerasi Berjenjang sebesar 16,17% dan 43,49% pada IPAL Komunal Ciptomulyo pada aliran maksimum. Tingkat penyisihan TSS tertinggi sebesar 67,11% pada IPAL Komunal Mergosono pada aliran maksimum. Untuk parameter NO3 dan PO4 tingkat penyisihan tertinggi berturut-turut sebesar 8,81% dan 15,64% pada IPAL Komunal Mergosono pada aliran maksimum. Kinerja IPAL Komunal Tlogomas, Mergosono dan Ciptomulyo yang rendah disebabkan karena rendahnya waktu tinggal (HRT) air limbah dalam unit pengolahan biologi dan tingkat pembebanan organik (OLR). Kondisi ini disebabkan karena minimnya pemeliharaan pada unit reaktor pengolahan. Kinerja pengolahan pada unit aerasi berjenjang yang rendah disebabkan karena rasio tinggi air dalam bak dan tinggi limpasan yang rendah sehingga jumlah udara yang masuk terbatas. Disamping itu beban permukaan pada unit aerasi berjenjang juga rendah. Upaya untuk meningkatkan kinerja dengan melakukan pemeliharaan IPAL secara intensif dan studi optimasi kinerja IPAL Komunal dengan parameter operasi tingkat pembebanan organik, tingkat pembebanan hidrolik dan waktu tinggal. Sedangkan untuk IPAL Komunal yang baru beroperasi selama 1-4 tahun menunjukkan kinerja pengolahan yang bagus untuk pengolahan bahan organik dan padatan. Kinerja pengolahan BOD, COD dan TSS berada pada kisaran tingkat pemisahan berturut-turut sebesar 78%-99%, 71%-99% dan 56%-100%. Tetapi semua IPAL Komunal masih rendah kinerja pengolahan nutrien (NO3 dan PO4). Sedangkan kinerja pemisahan NO3 dan PO4 berturut sebesar (43%)-72% dan (2%) -13%. Kandungan efluen dengan kualitas amoniak juga masih tinggi sehingga selanjutnya diperlukan proses aerasi dan pemanfaatan efluen sebagai media pertumbuhan tanaman air dan perikanan

    Pembinaan Kelompok Pertukangan Melalui Kegiatan Manajemen Pengelolaan Proyek Di Banjar Petak, Desa Petak Kaja , Kecamatan Gianyar , Kabupaten Gianyar, Bali

    Get PDF
    Desa Petak Kaja membujur dari Utara ke Selatan yang diapit dua sungai, sebelah barat sungai Pakerisan dan sebelah timur sungai Sangsang II. Desa Petak Kaja memiliki luas 325 Ha. Keadaan masyarakatnya mengalami  perkembangan khususnya di bidang tukang bangunan. Tujuan kegiatan pengabdian ini untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di Bajar Petak Desa Petak Kaja, mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan proyek pertukangan di Banjar Petak Desa Petak Kaja. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian melalui 3 tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan pembinaan, dan tahapan evaluasi. Kegiatan pelatihan diikuti oleh kelompok tukang bangunan “Wayan Kanca” sejumlah 10 orang. . Program Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali akan dilaksanakan di Desa Petak Kaja, Kecamatan Ganyar, Kabupaten Gianyar. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah dalam rangka membantu dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam membangun daerahnya secara swadaya. Permasalahan yang dihadapi adalah masyarakat setempat belum mengetahui cara perhitungan biaya proyek yang  lebih efektif dalam melakukan kegiatan di proyek dan penggunaan baja ringan sebagai material kap dari bangunan . Semoga dengan program Pengabdian Masyarakat ini, masyarakat terbantu dan bisa lebih mandiri membangun dan memelihara apa yang sudah mereka bangun nantiny

    APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK IDENTIFIKASI BATUAN KAPUR

    Get PDF
    Indonesia merupakan negara kaya tambang mineral dan logam, salah satunya batuan kapur. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat sekitar pegunungan kapur, salah satunya di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi batu kapur dapat mengaplikasikan ilmu penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Kelebihan metode penginderaan jauh adalah efisiensi waktu dan biaya yang digunakan. Dalam kegiatan ini dilakukan metode skoring menggunakan parameter tutupan lahan, indeks vegetasi, suhu permukaan tanah, dan unsur geologi. Data yang digunakan berupa data citra satelit Landsat 9 yang terdiri dari 11 saluran kanal dengan karakteristik, Peta Rupa Bumi Indonesia Kabupaten Lamongan skala 1:25.000 dan Peta Geologi skala 1:25.000. Hasil proses perhitungan NDVI dalam studi area, diperoleh nilai indeks vegetasi dengan rentang nilai antara -0,189 hingga 0,568. Nilai indeks vegetasi Kecamatan Babat didominasi oleh kelas sedang dengan rentang 0,15 hingga 0,25. Hasil klasifikasi tutupan lahan menghasilkan 5 kelas, yaitu kelas daerah bukan pertanian, daerah pertanian, lahan terbuka, permukiman, dan perairan. Kecamatan Babat didominasi oleh kelas tutupan lahan daerah bukan pertanian dengan persentase 53,29%. Hasil skoring dari keempat parameter menunjukkan bahwa Kecamatan Babat didominasi oleh kelas batuan kapur dengan potensi sedang dengan persentase 47,88% dari seluruh luas wilayah

    Treatment Performance of Tlogomas Communal Waste Water Treatment Plant in Malang City

    Get PDF
    Processing performance of Communal WWTP is still low at this time. Communal WWTP performance evaluation is needed to determine the cause. Study was conducted on WWTP Tlogomas in Jalan Rona Tirta I Malang, which has the configuration of the processing unit that consist of Anaerobic Decomposer Tank, Phytoremediation Pond with water hyacinth and Filtration with the media of plastic bottles and glass bottles. Communal WWTP performance evaluation method using the method of measuring the level of the removal for BOD, COD, TSS, NO3, and PO4. Furthermore, the design parameters such as organic loading rate and residence time in the reactor was evaluated their feasibilityfrom related literature and design criteria. Evaluation results showed very low performance. Maximum processing performance 41.17% to 28.68% for COD and BOD. TSS removal level in the phytoremediation pond is quitegood (70.2%). While the level of maximum removal for a Nitrate is 28.14% on minimum flow. The level of maximum removal of Phosphates occur at maximum flow as big as 35.46%. Maximum performance of the filtration processing unit for BOD removal only reached 23.05% at the minimum flow. COD concentration at the outlet even increased. This low performance due to the low of the residence time (HRT) and organic loading rate (OLR). This condition is caused by lack of maintenance in the processing reactor unit. Efforts to improve theperformance of the WWTP are the intensive maintenance and the optimization of WWTP performance with the operating parameters among other are organic loading rate, hydraulic loading rate and residence time

    Identifikasi Kekeringan Lahan Kabupate Lamongan Berdasarkan Citra Satelit

    Get PDF
    Kekeringan lahan merupakan salah satu permasalahan masyarakat Indonesia yang terjadi pada musim kemarau. Kekeringan lahan mengakibatkan aktivitas pertanian terganggu karena pasokan air terhambat. Salah satu kabupaten yang mengalami kekeringan lahan adalah Kabupaten Lamongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah yang mengalami kekeringan lahan di Kabupaten Lamongan agar dampak kekeringan dapat diminimalisir. Metode identifikasi kekeringan lahan yang digunakan berdasarkan pengolahan data penginderaan jauh, yaitu memanfaatkan data citra satelit Landsat 8 saluran 4 (merah), saluran 5 (Near InfraRed/ NIR), dan saluran 6 (Short Wavelength InfraRed/ SWIR). Sebelum proses pengolahan citra, dilakukan proses penggabungan antar scene (mosaicking). Citra Landsat 8 dipotong sesuai batas administrasi wilayah kabupaten dan diolah berdasarkan algoritma NDDI untuk mengidentifikasi kekeringan lahan. Algoritma yang digunakan terdiri dari parameter tingkat kebasahan air dan tingkat kehijauan vegetasi yang menutupi wilayah Kabupaten Lamongan. Tingkat kebasahan diperoleh dari pengolahan citra menggunakan algoritma NDWI, sedangkan tingkat kerapatan vegetasi diperoleh berdasarkan pengolahan citra menggunakan algoritma NDVI. Hasil pengolahan citra satelit Landsat 8 menunjukkan bahwa Kabupaten Lamongan didominasi oleh tingkat kebasahan kelas rendah sebesar 893,236 Km2 dan kerapatan vegetasi kelas sedang sebesar 691,012 Km2. Adapun hasil identifikasi kekeringan lahan di Kabupaten Lamongan didominasi oleh kelas klasifikasi kekeringan berat sebesar 62,14% atau 1.097,087 Km2 dari total luas area. Kata Kunci— Citra satelit, Identifikasi, Kekeringan lahan, Kerapatan vegetasi, NDDI, Tingkat kebasaha

    Penerapan Komposter Anaerobik Dalam Pembuatan Pupuk Cair Dari Sampah Basah Di Perumahan Pondok Cempaka Indah Kota Malang

    Get PDF
    Perumahan Pondok Cempaka Indah Malang merupakan wilayah studi yang dipilih sebagai tempat pengembangan teknologi sederhana dalam pengolahan sampah. Upaya ini dilakukan mengingat lokasi pembuangan sampah di Kota malang semakin tahun semakin menggunung penuh dengan sampah dan tingkat pengelollan belum optimal yang dilakukan karena itu muncul gagasan ini sebagai upaya pengolahan sampah khususnya sampah organic secara mandiri. Pengolahan sampah yang direncanakan yaitu dengan pengolahan sampah basah menggunakan komposter anaerobik. Hasil dari pengolahan sampah organik menggunakan komposter anaerobik diharapkan permasalahan sampah yang ada di daerah ini teratasi dengan baik. Sehingga dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat di pemukiman warga di Perumahan Pondok Cempaka Indah Malan
    corecore