100 research outputs found

    ANALYSIS OF THE EFFECT OF SLAB THICKNESS ON CRACK WIDTH IN RIGID PAVEMENT SLABS

    Get PDF
    Cracks that occur in rigid pavements include longitudinal cracks, transverse cracks, and corner cracks. The relatively large crack width not only spoils the aesthetics of the concrete structural elements but can also lead to structural failure. This study aims to determine the crack width of a rigid pavement concrete slab located above the subgrade which is considered a beam on an elastic foundation, so that a minimum rigid pavement concrete slab thickness can be recommended. The specimen will be observed at various thicknesses to obtain the optimum thickness. The load used is a centralized monotonous load, which represents the load of the truck vehicle. The research limitation is using a test object in the form of a concrete plate measuring 2000x600 mm which is placed on the ground with CBR=6 %. The quality of reinforced concrete slabs is fc'=40 MPa and fy=440.31 MPa. The thickness of the concrete slab varies between 100 mm, 150 mm, and 200 mm. The slab placed on the ground is then given a central loading in the form of a centralized monotonic load. The loading range starts from a load of 2–180 kN with a load interval of 2 kN. The experimental results show that the rigid pavement slab has a bending failure so that the crack pattern that occurs begins with the first crack on the underside of the slab. The crack pattern in terms of slab thickness variation has a similar pattern. The initial crack width on the slab is 0.04 mm. The thicker the slab smaller the crack width at the same load. Based on the maximum allowable crack width=0.3 mm. For loads between (80–100) kN (Road Class I, II, and III), a minimum thickness of rigid pavement slabs (70–80) mm is recommended. For loads between (130–140) kN, the minimum thickness of the rigid pavement slab (105–115) mm is recommende

    PERILAKU LENDUTAN DAN RETAK PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN TAMBAHAN SERAT BAJA

    Get PDF
    Abstrak Pengkajian lendutan  dan lebar retak yang dilakukan bertujuan untuk meminimalisir lendutan dan lebar retak yang terjadi. Pengujian ini menggunakan balok beton bertulang dengan ukuran 15cm x 25cm x 180cm. Pengujian dilakukan bertahap setiap 108kg sampai lelehnya tulangan. Peningkatan serat 0%, 1,57%, 3,14%, dan 4,71%.  Berdasarkan penambahan serat maksimum 4,71% mendapatkan penurunan kuat tekan sebesar 2%, penurunan modulus rupture 2,54%, kuat tarik mengalami peningkatan sebesar 0,27%. Peningkatan  rata-rata lendutan dengan penambahan serat mencapai maksimum 4,71% pada dimensi tulangan 10 sebesar 0,31%. Pada dimensi tulangan 12 dan 14 mengalami peningkatan sebesar 20,4% dan 11,68%. Peningkatan serat pada saat tulangan mencapai leleh terjadi peningkatan lebar retak maksimum. Pada tulangan berdiameter 10 dengan peningkatan serat mencapai maksimum 4,71%, terjadi peningkatan sebesar 4,22%. Pada tulangan berdiameter 12 dan penulangan diameter 14 dengan peningkatan serat mencapai maksimum  4,71%, terjadi peningkatan  sebesar 8,49 dan 9,9%. Kata kunci : lebar retak, lendutan, rasio tulangan, serat baj

    Bending Failure Analysis at HPFRC Plates with Various Depth and Loading Program

    Get PDF
    Load and plate geometry of the bridge structure have form and nature vary. In the finite element modeling, plate weight and the load are converted to point load at the joint of the element. Research to describe plate failure is always carried out through analysis and testing in the laboratory. The aim of this research is to develop methods of analysis and testing High-Performance Fiber-Reinforced Concrete (HPFRC) plate in accordance with geometry and loading program so that the results of laboratory tests can approach the bending behavior of the actual plate element. Analysis carried out by the 2-D isoparametric finite element method, with the approach of plane strain condition. Variations performed on the supporting type, load pattern and the plate depth. Validation performed on plate specimen in the laboratory with a span length of 600 mm, width 300 mm and thickness vary from 30 mm up to 60 mm. HPFRC compressive strength is 93.045 MPa, and a splitting tensile strength is 6.018 MPa. Test performed with four-point bending pattern at a distance of 1/3 span length. Comparison results of analysis and laboratory test can be concluded that the failure of bending plate HPFRC can be described satisfactorily through finite element analysis

    Ductility of Precast Concrete Beam-Column Connection Using Dry Connection Method

    Get PDF
    There is a major problem in the installation of precast concrete systems, such as the connection. Connections on precast systems must have strength that can withstand the loads that occur. One system used in precast concrete connections is by using the dry connection method. The test method is based on the Quasi Static Loading Test method on existing specimens with lateral loading based on the displacement control pattern as a simplified form of earthquake load. The specimens used were precast specimens using 2 anchors, and the specimen using 4 anchors. Ductility analysis uses 2 methods, such as tangential ductility, and secant ductility

    Perencanaan Ulang Struktur Gedung Tahan Gempa Menggunakan Metode Dinding Geser Yang Mengacu Pada Sni – 1726 – 2012 Pada Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

    Full text link
    Kemajuan ilmu dan teknologi berpengaruh besar dalam perkembangan Indonesia di segala aspek, terutama dalam aspek pembangunan. Pemerintah berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia yang beragam. Bsolusi untuk menciptakan bangunan tinggi dalam mengatasi masalah tersebut. Sesuai pedoman peraturan gempa terbaru SNI – 1726 – 2012 terdapat delapan alternatif sistem atau subsistem yang dapat digunakan dalam merencanakan struktur gedung bertingkat tinggi yang tahan terhadap gempa. Salah satu sistem yang saat ini menjadi alternatif adalah sistem dinding geser. Dalam hal ini dilakukan perencanaan ulang Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang terdiri dari delapan lantai. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh besarnya momen, gaya lintang, dan gaya lateral yang akan digunakan untuk menghitung luas tulangan dan dimensi elemen struktur balok, kolom, dan dinding geser. Konsep perencanaan yang digunakan adalah metode kekuatan yang biasanya disebut dengan ultimate strength method, dimana beban bekerja pada elemen struktur dinaikkan secukupnya dengan beberapa faktor reduksi untuk mendapatkan beban yang mana keruntuhan dinyatakan “telah diambang pintu” atau biasa disebut juga dengan beban berfakor. Pada perencanaan ulang ini dilakukan beberapa Perubahan terhadap desain awal yaitu Perubahan desain gedung, dimensi elemen struktur, dan dinding geser. Perencanaan tulangan lentur dan tulangan geser dibatasi pada Portal E yang dianggap telah mewakili portal yang lainnya. Dari hasil perhitungan untuk tulangan lentur balok dan kolom diperoleh tulangan D22 dan untuk tulangan geser diperoleh Ø10 dengan jarak sengkang yang berbeda – beda. Untuk dinding geser diperoleh tulangan horizontal dan tulangan vertikal yaitu Ø10 – 200 (2 lapis). Hasil perhitungan yang didapat digunakan untuk gambar detail penulangan. Kata

    Perilaku Lendutan dan Retak pada Balok Beton Bertulang dengan Tambahan Serat Baja

    Get PDF
    Pengkajian lendutan dan lebar retak yang dilakukan bertujuan untuk meminimalisir lendutan dan lebar retak yang terjadi. Pengujian ini menggunakan balok beton bertulang dengan ukuran 15cm x 25cm x 180cm. Pengujian dilakukan bertahap setiap 108kg sampai lelehnya tulangan. Peningkatan serat 0%, 1,57%, 3,14%, dan 4,71%. Berdasarkan penambahan serat maksimum 4,71% mendapatkan penurunan kuat tekan sebesar 2%, penurunan modulus rupture 2,54%, kuat tarik mengalami peningkatan sebesar 0,27%. Peningkatan rata-rata lendutan dengan penambahan serat mencapai maksimum 4,71% pada dimensi tulangan 10 sebesar 0,31%. Pada dimensi tulangan 12 dan 14 mengalami peningkatan sebesar 20,4% dan 11,68%. Peningkatan serat pada saat tulangan mencapai leleh terjadi peningkatan lebar retak maksimum. Pada tulangan berdiameter 10 dengan peningkatan serat mencapai maksimum 4,71%, terjadi peningkatan sebesar 4,22%. Pada tulangan berdiameter 12 dan penulangan diameter 14 dengan peningkatan serat mencapai maksimum 4,71%, terjadi peningkatan sebesar 8,49 dan 9,9%

    Pengaruh Penggunaan Limbah Batu Onyx Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Campuran Beton Terhadap Modulus Elastisitas Beton

    Full text link
    Struktur beton sendiri mengalami berbagai perkembangan, dimana pada dasarnya berawal dari inovasi-inovasi para creator bangunan dalam memecahkan berbagai masalah yang muncul pada bangunan-bangunan sebelumnya. Pada umumnya beton dipakai secara luas sebagai bahan konstruksi bangunan, dengan keutamaan nilai ekonomisnya yang baik serta mudah dalam pembuatannya. Onyx merupakan batuan metamorf yang memiliki klasifikasi hampir menyerupai marmer dari hasil penggalian pegunungan kapur di Panggungrejo, Blitar yang sampai saat ini pemanfaatannya umumnya digunakan sebagai bahan dasar kerajinan furniture. Salah satu pihak pengerajin batu onyx ini berpusat di daerah Campurdarat, Tulungagung. Dari hasil pembuatan furniture tersebut, tentunya tersisa limbah hasil pemotongan maupun kerajinan batu onyx ini. Pada penelitian ini, limbah onyx dicoba dimanfaatkan sebagai pengganti pada agregat kasar untuk campuran beton dengan variasi faktor air semen (FAS) 0,4; 0,5; dan 0,6 untuk mencari nilai modulus elastisitas beton tersebut. Nilai modulus elastisitas untuk beton onyx dengan variasi FAS 0,4; 0,5; dan 0,6; beton berumur 28 hari adalah 24496, 20876, dan 17919 MPa. Sedangkan hasil penelitian mengenai modulus elastisitas untuk beton normal dengan variasi FAS 0,4; 0,5; dan 0,6; beton berumur 28 hari adalah 17675, 15978, dan 14592 MPa. Terjadi peningkatan modulus elastisitas pada beton onyx. Pada FAS 0,4 terjadi peningkatan nilai modulus elastisitas sebesar 38,59%. Pada FAS 0,5 terjadi peningkatan nilai modulus elastisitas sebesar 30,65%. Pada FAS 0,6 terjadi peningkatan nilai modulus elastisitas sebesar 22,80%

    PERBAIKAN KEKUATAN DAN DAKTILITAS KOLOM BETON BERTULANG YANG MENDAPAT BEBAN GEMPA MENGGUNAKAN GLASS FIBER REINFORCED POLYMER

    Get PDF
    Repairing the Strength and Ductility of Reinforced Concrete Column That Got Earthquake using Gla­ss Fiber Reinforced Polymer. This study aims to identify the additional strength and ductility of reinforced concrete columns af­ter being re­­­­tro­fitted using glass fiber reinforced polymer (GFRP) and got the brunt of the earth­quake. This study uses two objects tested columns, which are being tested for three times. Each column size is 350 x 350 x 1100 mm with f'c = 20.34 MPa and fy = 549.94 MPa. The tes­t­ing is performed by giving a constant axial load of 748 kN and cyclic lateral load using con­trol displacement method in order to simulate the brunt of earth­quake. The results show an in­crea­se in lateral capacity of co­lumn by 43.96%. Re­tro­­fitting the column with GFRP has a duc­tile property, which is shown by the increase of the displacement ductility by 129.14% and curvature ductility by 118.27%. Penelitian ini ber­tujuan untuk mengetahui penambahan kekuatan dan dak­ti­li­­­­tas kolom beton bertulang se­telah diretrofit menggunakan glass fiber reinforced po­ly­­­mer (GFRP) dan mendapat be­ban gempa. Penelitian ini menggunakan benda ­uji dua buah kolom dengan tiga kali pengujian. Masing-masing ukuran kolom 350 x 350 x 1100 mm dengan f’c = 20,34 MPa dan fy = 549,94 MPa. Pengujian dilakukan de­ngan memberikan beban ak­sial konstan 748 kN dan beban lateral siklik yang meng­gu­nakan metode di­splacemet con­trol untuk mensimulasikan beban gempa. Hasil pe­ne­­­litian menunjukkan pe­ningkatan kapasitas lateral pada kolom sebesar 43,96%. Retrofit kolom dengan GFRP bersifat dak­tail yang ditunjukkan dengan meningkatnya daktilitas per­pindahan sebesar 129,14% dan dak­­­tilitas kurvatur se­besar 118,27%
    corecore