640 research outputs found

    PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL PT KENARIA TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI WINONG UNTUK IRIGASI DI KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air Sungai Winong untuk irigasi yang mendapatkan buangan air limbah dari PT Kenaria serta untuk mengetahui titik swa penahiran Sungai Winong. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey lapangan. Pengambilan sampel air menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan perubahan lahan yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kualitas air dan kuantitas air sungai serta diperkirakan jarak dari sumber pencemar. Jumlah sampel air dalam penelitian ini berjumlah 5 buah sampel, yang terdiri dari : 1 sampel air limbah dan 4 buah sampel air sungai. Sedangkan sampel tanahnya berjumlah 3 buah sampel yang mewakili tiap jenis tanah. Parameter kualitas air sungai dan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini adalah temperatur, TDS, DHL, pH, kalium, natrium, klorida, magnesium, sulfat, kalsium, BOD, COD. Sedangkan parameter uji tanah adalah salinitas, pH, permeabilitas, dan tekstur. Analisa data pada penelitian ini meliputi analisis kecenderungan (Trend Analisys) antara parameter kualitas air sungai dengan jarak dari sumber pencemar, analisis kualitas air Sungai Winong untuk irigasi dengan menggunakan klasifikasi kualitas air irigasi berdasarkan DHL, % Na, SAR, DHL dan SAR, menganalisis proses swa penahiran di tiap-tiap titik lokasi pengambilan sampel air. Kualitas air Sungai Winong mengalami penurunan setelah terkena limbah cair tekstil, hal ini dapat dilihat dari analisis kecenderungan yang menunjukkan hubungan antara parameter kualitas air dengan jarak sumber pencemar. Hasil evaluasi kualitas air Sungai Winong untuk irigasi berdasarkan daya hantar listrik dan sodium adsorption ratio (SAR) adalah bahwa air Sungai Winong mempunyai kelas C2-S1, C4-S1, C2-S2, C5-S4. Kelas C2-S1 terdapat pada lokasi sebelum air Sungai Winong dan pada hilir sungai tepatnya pada lokasi V. Kelas C4-S1 terdapat pada lokasi III, yaitu pada sungai setelah kemasukan air limbah. Kelas C2-S2 terdapat pada lokasi IV, setelah air sungai keluar dari Desa Purwosuman. Sedangkan kelas C5-S4 terdapat pada air limbah. Dengan demikian kualitas air Sungai Winong yang cocok untuk irigasi adalah sebelum kemasukan air limbah tekstil dan setelah air sungai keluar dari Desa Purwosuman sampai akhir sungai. Hasil evaluasi tanah dibawah irigasi Sungai Winong adalah bahwa tanah dibawah irigasi Sungai Winong tidak terpengaruh atau dengan kata lain tanah tersebut cocok, karena dilihat dari tekstur, pH, permabilitas dan salinitas semuanya normal. Kecuali permeabilitas pada tanah grumusol, karena di bawah kualitas air irigasi C4-S1. Tipe air C4-S1 ini cocoknya pada tanah dengan permeabilitas sangat tinggi bukannya dengan permeabilitas agak lambat. Proses swa penahiran di Sungai Winong dapat terjadi hal ini dapat dilihat pada nilai BOD dan pengamatan langsung dilapangan. Nilai BOD tinggi setelah air Sungai Winong kemasukan air limbah kemudian nilai BOD terus mengalami penurunan. Sehingga dengan penurunan nilai BOD tersebut menandakan bahwa air Sungai Winong terdapat proses swa penahiran

    Stabilitas Hasil Dan Daya Adaptasi Lima Padi Hibrida Di Jawa Tengah

    Full text link
    Five rice hybrids (H40, H41, H45, H57, and H63) and three check varieties (Maro, Hipa3, and IR64) were tested for their yield stability and adaptability at 7 locations in Central Java during the dry season of 2005. The experiment was arranged in a randomized block design with 4 replications. Objectives of the research were to evaluate stability and adaptability of the rice hybrids at 7 locations in Central Java. Yield stability and adaptability were determined based on the stability model of Eberhart and Russel and the adaptability criteria of Finlay and Wilkinson. Results indicated that yield potential of the five rice hybrids varied greatly, ranging from 4.92 t/ha (H41) to 6.35 t/ha (H35). Four rice hybrids yielded 2.33-8.61% higher than did IR64. The yield performances of hybrids H40, H45, H57, and H63 were stable across locations. Hybrids H40, H57, and H63 adapted well in all environments. Hybrid H45 adapted only to an optimal growth environment, while H40 adapted to sub optimal areas

    Perancangan Ulan Dan Pembuatan Alat Penghancur Limbah Batu Merah Dan Genting di Tinjau Dari Aspek Teknis (Studi kasus : Perusahaan Genteng “ATIN” Karanggeneng Boyolali)

    Get PDF
    Dalam penelitian ini membahas permasalahan yang timbul pada Perusahaan Genteng ’ATIN’ pada khususnya dan perusahaan genteng di wilayah Karanggeneng, Boyolali pada umumnya. Permasalahan yang terjadi adalah tentang pengolahan limbah genteng dan batu merah yang selama ini belum maksimal. Pengolahan yang sudah dilakukan yaitu limbah genteng dan batu merah dihancurkan dengan mesin penghancur yang sudah ada saat ini. Hasil dari pengolahan tersebut berupa semen merah. Tapi semen merah yang dihasilkan mesin tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan sebagian besar konsumen yang menginginkan spesifikasi tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut, maka diperlukan suatu alat yang dapat memenuhi harapan mereka. Langkah yang dilakukan adalah mengumpulkan data dari konsumen tentang spesifikasi semen merah dan kriteria mesin yang mereka inginkan. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD tersebut digunakan untuk menterjemahkan kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Dari pengolahan data dengan QFD menghasilkan parameter-parameter teknik dan prioritas dari parameter teknik yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan suatu perancangan alat yang baru. Parameter teknik merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen dalam bentuk bahasa teknik. Setelah dilakukan perancangan dan pembuatan mesin penghancur limbah genteng dan batu merah yang baru, maka dilakukan analisis dan perbandingan antara mesin lama dan mesin hasil rancangan sehingga dapat diketahui perbedaan dari kedua mesin tersebut

    Impact of a Social Marketing Campaign Promoting Dark-green Leafy Vegetables and Eggs in Central Java,Indonesia

    Get PDF
    In order to work towards further reduction of vitamin A deficiency in central Java, Indonesia, a social marketing campaign promoting eggs and dark-green leafy vegetables was initiated in March 1996. The nutritional surveillance system (December 1995- December 1996) found the following. The campaign's messages were well noticed. Consumption of at least one egg in the past week increased from 80% to 92% in mothers and from 78% to 92% in children 1236 months old. It increased in all socio-economic groups and was independent of ownership of chickens. Most eggs had been purchased. The quantity of vegetables prepared increased from 93 to 111 g/person daily and most was purchased. Vitamin A intake increased from 335 to 371 RE/d for mothers and from 130 to 160 RE/d for children. Serum retinol levels increased after the start of the campaign, and were related to egg consumption and vitamin A intake. Because 1. data were collected in such a way that respondents were not aware of the link between data collected and the campaign, and 2. vitamin A status increased and was related to increased consumption of eggs and vitamin A intake, we conclude that the social marketing campaign was successful

    DIVERSITY AND CAPABILITY ANALYSES OF FERTILITY RESTORER GENES OF CYTOPLASMIC MALE STERILE RICE LINES USING SSR

    Get PDF
    Development of hybrid rice depends on the effectivity of cytoplasmic male sterility (CMS) and restorer (R) lines.  The molecular genetic approach is expected to help the breeder in identification of suitable parental lines to hybrid rice improvement. The study aimed to assess genetic relationship among three types of CMS systems (wild  abbortive/WA Kalinga and Gambiaca) as female parents and to identify diversity of genes controlling fertility restoration in rice. The study used nine F1 hybrids and F2 populations obtained from the hybridization of three different CMS lines (IR58025A-WA, IR80156A-Kalinga and IR80154A-Gambiaca) with three restorer lines (PK90, PK12 and BP11). Fifteen SSR markers were used to select genomic regions of chromosome 1 and 10 on which Rf3 and Rf4 genes located in the hybrids. The results showed that fertility restoration in CMS-WA and CMS-Gambiaca was governed by two independent and dominant genes (Rf3 and Rf4), while in CMS-Kalinga the fertility restoration was controlled by one single dominant gene. Biological processes occurred in the fertility restoration of the hybrids were the same based on the pollen and spikelet fertilities of F1 hybrids derived from three CMS and R lines, i.e. 76.1–78.3% and 69.1–76.6%, respectively. A restorer line PK12 had a higher capability in fertility restoration than PK90 and BP11. The SSR primers RM490 and RM258 were capable of identifying the Rf3 and Rf4 genes controlled fertility restoration in CMS-WA. The study supports the use of male sterile WA in rice hybridization. 

    THE SEGREGATION PATTERN OF INSECT RESISTANCE GENES IN THE PROGENIES AND CROSSES OF TRANSGENIC ROJOLELE RICE

    Get PDF
    Successful application of genetic transformation technique, especially in developing rice variety resistant to brown plant hopper and stem borer, will depend on transgene being expressed and the gene inherited in a stable and predictable manner. This study aimed to analyse transgene segregation pattern of the progenies and the crosses of transgenic rice cv. Rojolele harboring cry1Ab and gna genes. The third generation (T2) of fivetransgenic Rojolele events containing gna and/or cry1Ab were evaluated for two generations to identify the homozygous lines and to study their inheritance. The homozygous lines were selected based on the result of PCR technique. The segregation patterns of gna and cry1Ab were studied in eight F2 populations derived from Rojolele x transgenic Rojolele homozygous for cry1Ab and or gna and their reciprocal crosses. Data  resulted from PCR of F2 population were analysed using a Chi Square test. The study obtained six homozygous lines for gna, namely A22- 1-32, A22-1-37, C72-1-9, F11-1-48, K21-1-39, K21-1-48, and two homozygous lines for cry1Ab, namely K21-1-39 and K21- 1-48. Both cry1Ab and gna transgenes had been inherited through selfing and crossing with their wild type as indicated from the F1 containing gna and cry1Ab as many as 48.4% and 47.4%, respectively. In six of the eight crosses, gna was inherited in a 3:1 ratio consistent with Mendelian inheritance of a single dominant locus, while in the remaining two crosses, gna was segregated in a 1:1 ratio. The presence of cry1Ab in F2 populations also showed a 3:1 segregation ratio in all crosses. In the F2 population derived from F1 plant containing cry1Ab and gna, both transgenes segregated in a 9:3:3:1 dihybrid segregation ratio. This study will add to the diversity of genetic sources for insect resistance and allow further use of these transgenic lines for pyramiding resistance to brown plant hopper and stem borer or  separately in rice breeding programs whenever the efficacy tests and biosafety requirements have been completed

    Anaerobic digestion of organic solid waste for energy production

    Get PDF
    Anaerobic digestion of the organic fraction of municipal solid waste as such or together with food waste, press water or patatoes sludge was investigated to equilibrate methane production within a day or over the weekend, when no OFMSW was available. A stable co-digestion process could be achieved with COD degradation between 60 and 80 %. The max. organic loading rates were 28 kg COD/L,d. For stable methane production the OLR during Co-digestion should not excede 22,5 kg/L,d

    METODE PENGOLAHAN AIR LIMBAH ALTERNATIF UNTUK NEGARA BERKEMBANG

    Get PDF
    The domestic or industrial wastewater management and treatment in many developing countries tend to imitate the systems and technology from industrialized countries by adopting a centralized wastewater processing system and treatment technologies such as activated sludge or tertiary nutrients removal. However, the effort to replicate these methods, in fact, is not an appropriate solution to overcome the problems of sanitation in developing countries, particularly Indonesia. These sophisticated technologies require a large energy supply, skilled operators as well as substantial operating costs. Furthermore, these technologies do not provide space to recover energy and valuable nutrients contained in wastewater. These things can cause wastewater management becomes unsustainable. This paper will present some alternatives and concepts in the management and treatment of wastewater. It will be limited to several natural wastewater treatment alternatives to support sustainable management of water resources in terms of both technology and financing. Some low-cost appropriate technologies for wastewater treatment will also be discussed include: anaerobic treatment, wastewater treatment by waste stabilization ponds, wastewater treatment by macrophytes ponds and wastewater treatment by constructed wetlands

    Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi terhadap Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci dalam Rangka Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Republik Indonesia

    Get PDF
    Kajian Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Dalam Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci ini didasarkan pada permasalahan yaitu bagaimana Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Dalam Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci. serta untuk mengetahui dan menyelidiki sejauhmana proses Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Dalam Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci, yang merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan demokrasi dan kedaulatan rakyat, pembangunan berkelanjutan di Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya Provinsi Jambi. Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji serta untuk mengetahui bagaimana Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Dalam Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci. Dengan kata lain, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauhmana Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Dalam Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci. Sebagai proses penyelenggaraan demokrasi dan kedaulatan rakyat serta pembangunan berkelanjutan bisa terlaksana sesuai ketentuan hukum yang berlaku, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan dan kepentingan rakyat dan penyelesaiaan permasalahan dalam masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. penelitian ini melakukan pengkajian yang menitik beratkan kepada Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi Dalam Pengelolaan Hutan Produksi di Kabupaten Kerinci. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 33 Tahun 2016
    • 

    corecore