594 research outputs found

    Diskursus Tentang Nikah Beda Agama (Kajian Al Maqasid AS Syari\u27ah)

    Full text link
    Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaturan nikah beda agama baik dilihat dari sisi hukum positif maupun dari sisi hukum Islam dengan menggunakan pendekatan Al-Maqasid As Syarai\u27ah. Metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif dengan pengolahan dan analisa data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan adalah nikah beda agama adalah tidak sah dengan melihat kondisi saat ini, mengacu pada Al Qur\u27an Surat Al Baqarah ayat 221, Al Mumtahanah ayat 10 dan Al Maidah ayat 5

    Peningkatan Karakter Tanggung Jawab Melalui Metode Proyek Pada Anak

    Full text link
    Penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Karakter Tanggung Jawab melalui Metode Proyek pada Anak Kelompok B TK Marfu'ah Palembang, bertujuan untuk meningkatkan karakter tanggung jawab melalui metode proyek. Subjek penelitian ini adalah anak berusia (5-6) tahun yang berjumlah 16 anak terdiri dari 8 anak laki-laki dan 8 anak perempuan pada tahun ajaran 2016-2017. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, dan tes. Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan karakter tanggung jawab dari Siklus I, Siklus II, Siklus III dan Siklus IV secara berturut-turut sebagai berikut: pada Siklus I terdapat 5 anak (31%) yang mendapatkan nilai minimal dengan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Pada siklus II terdapat 9 anak (56%) yang mendapatkan nilai minimal dengan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Pada Siklus III terdapat 11 anak (69%) yang mendapatkan nilai minimal dengan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Dan pada siklus IV terdapat 13 anak (82%) yang mendapatkan nilai minimal dengan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan yaitu minimal 75% anak dalam kelas mendapatkan nilai minimal berkembang sesuai harapan. Untuk itu pada siklus IV penelitian di hentikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan indikator yang dominan muncul dari siklus I sampai siklus IV yang sering muncul adalah anak mengerjakan tugas dan menyelesaikan tugas, sedangkan indikator yang belum banyak muncul adalah menerima konsekuensi, dan indikator yang kurang muncul pada setiap siklus adalah mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk itu perlu di sarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan karakter tanggung jawab dalam indikator mendapatkan hasil yang maksima

    Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Melalui Pendekatan Hiradc Dan Metode Job Safety Analysis Pada Studi Kasus Proyek Pembangunan Menara X Di Jakarta

    Full text link
    Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Namun, kegiatan konstruksi memiliki risiko yang tinggi, salah satunya yaitu pada aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pengendalian secara umum dilaksanakan dengan manajemen risiko meliputi analisis risiko serta perencanaan upaya pengendalian risiko. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui jenis dan tingkat risiko pada kegiatan konstruksi Proyek Gedung X, pengendalian risiko serta penerapan metode pengendalian dilapangan. Pada penelitian ini diketahui risiko berdasarkan pendekatan Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining Control (HIRADC) dan metode Job Safety Analysis. Identifikasi risiko dilakukan berdasarkan dokumen proyek. Setelah itu risiko tersebut dinilai tingkat kemungkinan dan dampaknya, yang kemudian dilakukan penilaian level risiko. Identifikasi lanjut pada pekerjaan yang berisiko tinggi dengan metode JSA. Tahap terakhir pada penelitian ini adalah mengetahui metode pengendalian risiko, dan diamati penerapannya dilapangan melalui pengamatan pada pekerja. Hasil identifikasi risiko dan penilaian dengan matriks risiko dari 5 pekerjaan yang diamati di proyek X adalah 2 pekerjaan dengan level risiko rendah yaitu pekerjaan bata ringan dan dinding lapis plester, 1 pekerjaan dengan level risiko sedang yaitu pekerjaan dinding partisi gypsum, dan 2 pekerjaan dengan level risiko tinggi yaitu pekerjaan tangga dan pemasangan kaca. Dari dua pekerjaan dengan risiko tinggi tersebut terdapat 2 kemungkinan risiko ekstrim yang dapat terjadi pada 10 tahapan pekerjaan. Dan penerapannya di lapangan tergolong cukup baik untuk proyek secara umum dan masih kurang untuk tiap-tiap pekerja

    Keterbatasan Gerak sebagai Faktor Pertimbangan dalam Desain Sistem Evakuasi Kebakaran pada Apartemen Sudirman Suites Bandung.

    Get PDF
    Keterbatasan Gerak Sebagai Faktor Pertimbangan Dalam Desain Sistem Evakuasi Kebakaran Pada Apartemen Sudirman Suites Bandung Studi Kasus : Apartemen Sudirman Suites Shirley wahadamaputera, NAUFAL RIZQY ARMANSYAH, mEGA KARTIKA MEILITA, hIMAWAN TAUFIQ, rIZKY DWIANA Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email : [email protected] Abstrak Salah satu jenis bangunan vertikal yang mengalami percepatan pembangunan dalam lima tahun terakhir dikota Bandung adalah apartemen. Apartemen sudah menjadi salah satu pilihan tempat tinggal tetap keluarga di Kota Bandung, dimana penghuni di dalamnya pun beragam, termasuk penghuni keterbatasan gerak seperti penghuni lansia, cacat fisik atau ‘diffable people' dan ibu hamil. Apartemen sebagai bangunan hunian sudah seharusnya memberi perlindungan pada pengguna apartemen terhadap bahaya, salah satunya adalah bahaya kebakaran. Permasalahan evakuasipun tidak lagi hanya sebatas jumlah lantai, tinggi bangunan, keterbatasan jangkauan tangga mobil pemadam kebakaran dan jumlah penghuni saja, namun juga bagaimana mengevakuasi penghuni keterbatasan gerak. Apartemen Sudirman Suite dengan 23 lantai dibangun pada tahun 2014 yang didukung dengan peraturan yang lebih baik dipilih sebagai studi kasus. Metode analisis deskriptif digunakan untuk membandingkan kondisi nyata desain koridor yang meliputi dimensi, pemilihan bahan, kemiringan dan kelengkapan sarana dengan ketentuan yang berlaku.Temuan menunjukkan bahwa sistem bertahan di tempat dibutuhkan untuk memberi pilihan bagi penghuni apartemen keterbatasan gerak untuk menyelamatkan diri. Sarana evakuasi penghuni keterbatasan gerak digunakan bersamaan dengan penghuni lainnya. Desain ruang tunggu diperlukan untuk memuat penempatan sementara alat bantu. Desain sirkulasi evakuasi keluar bangunan perlu dirancang dengan tidak terputus hingga mencapai titik kumpul bagi penghuni keterbatasan gerak dengan aman. Kata kunci : Sistem evakuasi kebakaran, keterbatasan gerak. ABSTRACT Vertical buildings that experienced accelerated development in the last five years in Bandung is apartments. Apartments has become the family permanent residences option in Bandung, where the residents were diverse including residents with limited mobility such as the elderly, physical disabilities or diffable people and pregnant women. Apartments as residential or dwelling are supposed to provide security to residents from all the risks, are risk of fire. The evacuation problem is not only the number of floors, building height, fire truck's ladder limitation and number of residents, but also how to evacuate the residents with mobility impairments. Sudirman Suite Apartment with 23 floors has been built in 2014 and supported by better regulations are chosen to be the case study. Descriptive analysis method is used to compare the real condition of design corridor that include dimension, material election, tilt, and facilities completeness with applicable. This research discovered that stay in the place system are need to give the mobility impairments occupants choice to rescue themselves. Means of evacuation for occupants with mobility impairments used at the same time with another occupants. The waiting room designs are prepared to accommodate temporary placement tools. Circulation of exit evacuation design for occupants need to be design to be continued until evacuation point for mobility impairment occupants to be save

    Perkembangan Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia

    Full text link
    Pasar karbon REDD+ dapat menjadi insentif bagi pelaku implementasi REDD+ di lapangan. Permasalahan yang dihadapi adalah ketidakpastian pasar yang tinggi yang diakibatkan oleh belum tersedianya mekanisme transaksi karbon. Komitmen pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten relatif tinggi yang ditunjukan dengan disusunnya peraturan pendukung implementasi REDD+. Kegiatan REDD+ adalah dalam rangka menjaga hutan lestari dan seandainya terjadi perdagangan karbon maka hasil perdagangan merupakan manfaat tambahan.Stakeholder terutama pemda belum mengetahui secara pasti tentang tata cara atau mekanisme pasar karbon, termasuk standar karbon dan metodologi untuk mengha­sil­kan kredit karbon. Insentif yang diharapkan atas capai­an penurunan emisi yang dihasilkan lebih didasarkan pada perannya dalam pengelolaan hutan lestari/peningkatan kese­jah­teraan masyarakat bukan berdasarkan harga karbon. Terkait dengan pemenuhan target penurunan emisi 26% masih perlu kajian lebih jauh tentang proporsi yang dapat diklaim oleh pembeli. Besarnya proporsi perlu mempertimbangkan pangsa modal investasi antara pembeli dan pemerintah yang dikeluarkan, lain halnya jika pembiayaan awal ditanggung oleh pemerintah. Juga diperlukan lembaga registri yang mengelola kegiatan, capaian penurunan emisi, dan fasilitasi implementasi REDD+ di lapangan.Selain itu lembaga ini mengatur sistem insentif dan disinsentif dalam pengelolaan resiko kebocoran dan ketidakpermanenan

    \tau\to \mu \bar{\nu_i} \nu_i decay in the general two Higgs doublet model

    Full text link
    We study \tau\to \mu \bar{\nu_i} \nu_i, i=e,\mu,\tau decay in the model III version of the two Higgs doublet model. We calculated the BR at the order of the magnitude of 10^{-6}-10^{-4} for the intermediate values of the Yukawa couplings. Furthermore, we predict the upper limit of the coupling for the \tau-h^0 (A^0)-\tau transition as \sim 0.3 in the case that the BR is \sim 10^{-6}. We observe that the experimental result of the process under consideration can give comprehensive information about the physics beyond the standard model and the free parameters existing.Comment: 9 pages, 5 figure

    Cost-effectiveness Analysis of Rivaroxaban in the Secondary Prevention of Acute Coronary Syndromes in Sweden.

    Get PDF
    BACKGROUND: Worldwide, coronary heart disease accounts for 7 million deaths each year. In Sweden, acute coronary syndrome (ACS) is a leading cause of hospitalization and is responsible for 1 in 4 deaths. OBJECTIVE: The aim of this analysis was to assess the cost-effectiveness of rivaroxaban 2.5 mg twice daily (BID) in combination with standard antiplatelet therapy (ST-APT) versus ST-APT alone, for the secondary prevention of ACS in adult patients with elevated cardiac biomarkers without a prior history of stroke/transient ischemic attack (TIA), from a Swedish societal perspective, based on clinical data from the global ATLAS ACS 2-TIMI 51 trial, literature-based quality of life data and costs sourced from Swedish national databases. METHODS: A Markov model was developed to capture rates of single and multiple myocardial infarction (MI), ischemic and hemorrhagic stroke, thrombolysis in myocardial infarction (TIMI) major, minor, and "requiring medical attention" bleeds, revascularization events, and associated costs and utilities in patients who were stabilized after an initial ACS event. Efficacy and safety data for the first 2 years came from the ATLAS ACS 2-TIMI 51 trial. Long-term probabilities were extrapolated using safety and effectiveness of acetylsalicylic acid data, which was estimated from published literature, assuming constant rates in time. Future cost and effects were discounted at 3.0%. Univariate and probabilistic sensitivity analyses were conducted. RESULTS: In the base case, the use of rivaroxaban 2.5 mg BID was associated with improvements in survival and quality-adjusted life years (QALYs), yielding an incremental cost per QALY of 71,246 Swedish Krona (SEK) (€8045). The outcomes were robust to changes in inputs. The probabilistic sensitivity analysis demonstrated rivaroxaban 2.5 mg BID to be cost-effective in >99.9% of cases, assuming a willingness-to-pay threshold of SEK 500,000 (€56,458). CONCLUSION: Compared with ST-APT alone, the use of rivaroxaban 2.5 mg BID in combination with ST-APT can be considered a cost-effective treatment option for ACS patients with elevated cardiac biomarkers without a prior history of stroke/TIA in Sweden. FUNDING: Bayer Pharma AG

    From weak-scale observables to leptogenesis

    Get PDF
    Thermal leptogenesis is an attractive mechanism for generating the baryon asymmetry of the Universe. However, in supersymmetric models, the parameter space is severely restricted by the gravitino bound on the reheat temperature TRHT_{RH}. For hierarchical light neutrino masses, it is shown that thermal leptogenesis {\it can} work when TRH∼109T_{RH} \sim 10^{9} GeV. The low-energy observable consequences of this scenario are BR(τ→ℓγ)∼10−8−10−9 BR(\tau \to \ell \gamma) \sim 10^{-8} - 10^{-9} . For higher TRHT_{RH}, thermal leptogenesis works in a larger area of parameter space, whose observable consequences are more ambiguous. A parametrisation of the seesaw in terms of weak-scale inputs is used, so the results are independent of the texture chosen for the GUT-scale Yukawa matrices.Comment: a few references adde
    • …
    corecore