15 research outputs found

    Pengaruh Tax Avoidance dan Board Diversity terhadap Kinerja Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance

    Get PDF
    The purpose of this research is to analyze the impact of tax avoidance and board diversity on corporate performance in the perspective of corporate governance. The research was conducted for non-financial firms listed on the Indonesia Stock Exchange period 2010 to 2013.In this research, tax avoidance is measured by Cash Effective Tax Rate (CETR), board diversity is measured by 3 proxies, i.e. age, educational background and tenure of the board of directors, and the performance of the company is measured by the Tobin\u27s Q ratio. Analysis of panel data with fixed effects model was used to analyze the influence of independent variables and the dependent variable. The results of this study indicate that the tax avoidance negatively affects the corporate performance and board diversity not affects the corporate performance

    HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KETERATURAN BEROBAT PASIEN TB PARU STRATEGI DOTS DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

    Get PDF
    Juwita Resty Hapsari N, G0006101, 2010. HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KETERATURAN BEROBAT PASIEN TB PARU STRATEGI DOTS DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Directly Observed Treatment Observed Short Course (DOTS) merupakan intervensi kesehatan yang paling efektif dalam penanggulangan penyakit Tuberkulosis (TB). Secara harfiah, DOTS dapat diartikan pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh Pengawas Minum Obat (PMO) selama 6 bulan. Tetapi penanggulangan dan pemberantasan penyakit TB sampai saat ini masih belum memuaskan, terutama diakibatkan kegagalan pengobatan dan ketidakdisiplinan penderita dalam menjalani pengobatan. Salah Satu faktor yang berperan adalah PMO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja PMO dengan keteraturan berobat pasien TB Paru Strategi DOTS. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Poliklinik Paru RSUD dr.Moewardi Surakarta pada bulan Juli- Agustus 2009. Sampel terdiri dari 60 orang yang dipilih dengan purposive sampling dari pasien yang mengunjungi Pojok DOTS Poliklinik Paru di RSUD dr.Moewardi Surakarta. Variabel bebas yang diteliti adalah kinerja PMO. Variabel terikat berupa keteraturan berobat. Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan sebuah kuesioner dan Kartu TB 01. Data dianalisis dengan teknik analisis Chi Square menggunakan program SPSS v.13. Dari hasil analisis didapatkan harga X² hitung sebesar 8,531 sedangkan X² tabel pada α=0,05 dan df=1 adalah 3,8471, sehingga harga X² hitung >harga X² tabel, maka hipotesis diterima. Pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur berobat 5,23 kali lebih besar dibandingkan pasien yang memiliki kinerja PMO buruk, dan secara statistik hubungan tersebut signifikan (OR=5,23, p=0,0003). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja PMO berhubungan dengan keteraturan berobat pasien TB Paru Strategi DOTS. Disarankan untuk meningkatkan kinerja PMO, yaitu dengan cara mengusahakan PMO dengan karakteristik baik. Diharapkan, PMO dengan karakteristik baik mampu melakukan tugasnya dengan baik sehingga mampu meningkatkan keberhasilan pengobatan TB Paru dengan Strategi DOTS. Kata kunci: kinerja PMO, pengobatan DOTS, keteraturan beroba

    Indeks Kemampuan Proses Berdasarkan Proporsi Persesuaian untuk Distribusi Non Normal

    Get PDF
    Indeks Kemampuan proses adalah suatu alat untuk menganalisa kemampuan proses produksi apakah sesuai dengan spesikasi yang diberikan. Indeks C adalah indeks yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan proses dengan berdasarkan proporsi bagian yang tidak sesuai (Proportion non Conforming) dan pada indeks ini data diasumsikan berdistribusi Normal. pmkIndeks Kemampuan proses berdasarkan bagian yang sesuai (proportion of conforming) yaitu C dapat mengatasi kelemahankelemahan dari indeks kemampuan proses yang berdasarkan Proportion non Conforming diatas dimana data tidak harus berdistribusi Normal. Dalam tulisan ini dibahas analisis tentang indeks dengan menggunakan asumsi berdistribusi Non Normal yaitu distribusi Poisson dan distribusi Eksponensial berikut estimasi dar

    Analisis Isi Twitter Politikus Indonesia Menjelang Pemilu 2014

    Full text link
    Twitter adalah salah satu media sosial yang banyak digunakan saat inidengan angka pengguna yang terus meningkat dari tahun ke tahun, termasuk diIndonesia. Twitter dipercaya telah membawa bentuk baru dalam duniakomunikasi, termasuk komunikasi politik. Di Indonesia dan beberapa negaralainnya, penggunaan Twitter oleh politikus telah menjadi hal yang lumrah.Politikus mulai mengadopsi dan menggunakan Twitter sebagai cara baru dalamberinteraksi dengan audiens, terutama menjelang dan semasa kampanye pemilihanumum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola politikus Indonesia dalammenggunakan Twitter dan topik apa yang mereka bicarakan di dunia Twittersebelum masa kampanye berlangsung.Penelitian ini mengacu pada konsep penggunaan Twitter oleh politikusdari Tamara Small dan Graham et al. Analisis isi dilakukan terhadap 2.174 tweetyang dikeluarkan oleh politikus Indonesia selama 3 bulan menjelang pemilihanumum di tahun 2014, yaitu September, Oktober, dan November 2013. Ujireliabilitas data dilakukan dengan uji korelasi di antara tiga coder.Hasil penelitian menunjukkan pola politikus Indonesia dalammenggunakan twitter sebagai media berkomunikasi dengan audiens sebelum masakampanye. Politikus Indonesia telah intensif menggunakan Twitter sebelum masakampanye berlangsung. Dimana rata-rata tweet yang dikeluarkan oleh politikusadalah berkisar dari angka 15 - 441 tweet tiap bulannya. Twitter digunakan untukmenjalin hubungan atau berinteraksi dengan audiens melalui fitur Retweet danReply yang telah disediakan. 50% tweet yang dikeluarkan oleh politikusberbentuk Retweet. Politikus Indonesia pun lebih banyak mengeluarkan tweetyang memberikan gambaran mengenai pandangan dan ide politikus terhadapsuatu isu tertentu (position taking) sebanyak 48% tweet. Disamping itu, politikusjuga menginformasikn hal personal seperti berita mengenai keluarga mereka dankegiatan politikus itu sendiri (updating) sebanyak 35%. Mengenai topik yangterkait dengan isu politik dan kampanye hanya sedikit dibicarakan oleh politikusIndonesia di twitter. Topik berupa Sapaan dikeluarkan oleh politikus Indonesiasebanyak 22%. Hal tersebut tampaknya dipengaruhi oleh masa kampanye yangmasih jauh dan belum berlangsung di tahun 2014. Twitter dalam hal ini digunakanoleh politikus Indonesia sebagai sarana menjalin hubungan serta berinteraksi,menyampaikan pendapat, menginformasikan kegiatan dan hal personal kepadaaudiens

    “Brainwashing Motivasi" Teknik Minimalisasi Pengemis dengan Maksimalisasi Potensi dan Motivasi melalui Konsep Brainwashing

    Full text link
    The increasing percentage of beggar's existence has forced our government to take efforts to solve it, but so far all are failed. Concerning to that, we introduce the Brainwashing Motivation (BM) that can be tried as an alternative solution. Inspired by the Social-Learning theory by Bandura, a psychologist, BM is applied in the form of motivation seminars in which some trainings of many kinds of skills with an intensive assistance will be held. BM won't only be able to reduce the beggars' passion to beg, but also give them a lift to live a better life as they own valuable skills

    Quantifying HIV transmission flow between high-prevalence hotspots and surrounding communities: a population-based study in Rakai, Uganda

    Get PDF
    Background International and global organisations advocate targeting interventions to areas of high HIV prevalence (ie, hotspots). To better understand the potential benefits of geo-targeted control, we assessed the extent to which HIV hotspots along Lake Victoria sustain transmission in neighbouring populations in south-central Uganda. Methods We did a population-based survey in Rakai, Uganda, using data from the Rakai Community Cohort Study. The study surveyed all individuals aged 15–49 years in four high-prevalence Lake Victoria fishing communities and 36 neighbouring inland communities. Viral RNA was deep sequenced from participants infected with HIV who were antiretroviral therapy-naive during the observation period. Phylogenetic analysis was used to infer partial HIV transmission networks, including direction of transmission. Reconstructed networks were interpreted through data for current residence and migration history. HIV transmission flows within and between high-prevalence and low-prevalence areas were quantified adjusting for incomplete sampling of the population. Findings Between Aug 10, 2011, and Jan 30, 2015, data were collected for the Rakai Community Cohort Study. 25 882 individuals participated, including an estimated 75·7% of the lakeside population and 16·2% of the inland population in the Rakai region of Uganda. 5142 participants were HIV-positive (2703 [13·7%] in inland and 2439 [40·1%] in fishing communities). 3878 (75·4%) people who were HIV-positive did not report antiretroviral therapy use, of whom 2652 (68·4%) had virus deep-sequenced at sufficient quality for phylogenetic analysis. 446 transmission networks were reconstructed, including 293 linked pairs with inferred direction of transmission. Adjusting for incomplete sampling, an estimated 5·7% (95% credibility interval 4·4–7·3) of transmissions occurred within lakeside areas, 89·2% (86·0–91·8) within inland areas, 1·3% (0·6–2·6) from lakeside to inland areas, and 3·7% (2·3–5·8) from inland to lakeside areas. Interpretation Cross-community HIV transmissions between Lake Victoria hotspots and surrounding inland populations are infrequent and when they occur, virus more commonly flows into rather than out of hotspots. This result suggests that targeted interventions to these hotspots will not alone control the epidemic in inland populations, where most transmissions occur. Thus, geographical targeting of high prevalence areas might not be effective for broader epidemic control depending on underlying epidemic dynamics. Funding The Bill & Melinda Gates Foundation, the National Institute of Allergy and Infectious Diseases, the National Institute of Mental Health, the National Institute of Child Health and Development, the Division of Intramural Research of the National Institute for Allergy and Infectious Diseases, the World Bank, the Doris Duke Charitable Foundation, the Johns Hopkins University Center for AIDS Research, and the President's Emergency Plan for AIDS Relief through the Centers for Disease Control and Prevention

    Inferring HIV-1 transmission networks and sources of epidemic spread in Africa with deep-sequence phylogenetic analysis

    Get PDF
    To prevent new infections with human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) in sub-Saharan Africa, UNAIDS recommends targeting interventions to populations that are at high risk of acquiring and passing on the virus. Yet it is often unclear who and where these ‘source’ populations are. Here we demonstrate how viral deep-sequencing can be used to reconstruct HIV-1 transmission networks and to infer the direction of transmission in these networks. We are able to deep-sequence virus from a large population-based sample of infected individuals in Rakai District, Uganda, reconstruct partial transmission networks, and infer the direction of transmission within them at an estimated error rate of 16.3% [8.8–28.3%]. With this error rate, deep-sequence phylogenetics cannot be used against individuals in legal contexts, but is sufficiently low for population-level inferences into the sources of epidemic spread. The technique presents new opportunities for characterizing source populations and for targeting of HIV-1 prevention interventions in Africa

    Implementation of the K-Nearest Neighbor Algorithm for Identification of Orchid Flower Image

    Full text link
    Phalaenopsis adalah bahasa latin dari bunga anggrek yang merupakan salah satu bunga yang banyak digemari masyarakat untuk menghiasi rumah mereka. Bunga anggrek memiliki banyak jenis yang mungkin banyak masyarakat hanya mengetahui jenisnya dari warnanya saja. Banyak yang kurang mengamati tentang bunga anggrek itu sendiri. Terkadang 1 warna terdiri dari beberapa jenis.yang sangat menonjol untuk membedakannya adalah dilihat dari kelopak bunga anggrek. Penelitian ini mengambil sampel 3 jenis bunga angrek, yaitu jenis Phalaenopsis Amabilis, Dendrobium Phalaenopsis, dan Phalaenopsis Violacea. Tahapan implementasi yang dilakukan adalah dengan melakukan preprocessing yang meliputi grayscale dan deteksi tepi Kirsch, selanjutnya proses identifikasinya dengan menerapkan algoritma K-Nearest Neighbor. Hasil yang dari penelitian ini antara lain telah dihasilkan sebuah aplikasi untuk deteksi bunga anggrek berdasarkan kelopak bunga dan didapatkan akurasi sebesar 86,7%. Besarnya akurasi yang didapatkan berpengaruh dari banyaknya data training dan data testing yang digunakan saat ujicoba

    Analysis of Determinant Factors in Stunting Children in Palopo, Indonesia

    Get PDF
    Stunting is a global problem, especially in Indonesia. The prevalence of stunting among children under five in Palopo city is quite high, namely 36.0%. Therefore, this study aims to determine the incidence of stunting and its determinant factors in children aged 12–59 months in Palopo city, South Sulawesi, Indonesia. This study used a case control design. The subjects of this study were mothers who have toddlers aged 12-59 months. sampling with purposive sampling. 200 samples were collected for analysis. Data analysis using odds ratios. The proportion of stunting among toddlers 12-59 months was higher in children under five with a history of normal birth weight (70.8%) and under five who had no history of infection (84.0%). Low family income for stunting toddlers (78.0%). The results of statistical tests showed that LBW (OR = 5.37), history of infection (OR = 2.53) and family income (OR = 6.30) were determinants of stunting. This study shows that the determinants of stunting incidence in children aged 12-59 months are low birth weight, infectious diseases and low family income

    Determinan Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-59 Bulan di Kota Palopo

    No full text
    Masalah stunting adalah gambaran keadaan sosial ekonomi masyarakat diakibatkan oleh keadaan gizi kronis. Salah satu permasalahan gizi pada balita di Palopo adalah stunting. Angka stunting di Palopo cukup tinggi yang diderita pada umumnya balita di bawah 3 tahun yang tersebar pada beberapa kecamatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi determinan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di Kota Palopo. Penelitian ini menggunakan desain case control. Penentuan sampel menggunakan rumus lameshow didapatkan jumlah sampel 65 kasus dan 65 kontrol di Kota Palopo, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Determinan yang diteliti adalah berat badan lahir, riwayat ANC, tinggi badan ibu, jumlah balita dalam keluarga, jumlah anggota keluarga, penghasilan keluarga. Data dianalisis dengan nilai odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan berat badan lahir rendah (OR = 8,54), ANC (OR = 6,75), jumlah anggota keluarga (OR = 1,07), penghasilan keluarga (OR = 27,0) merupakan determinan kejadian stunting. Tinggi badan ibu (OR =  0,32), jumlah balita dalam keluarga (OR = 0,51) bukan merupakan determinan kejadian stunting. Perlu adanya kerjasama lintas sector dalam upaya pencegahan stunting di Kota Palopo
    corecore