54 research outputs found
KARAKTERISTIK DAN PENAFSIRAN PEMAKAIAN BAHASA DALAM BIDANG HUKUM
Foreign law system (especially the Dutch system) which is mostly used as the
Indonesian law system has also influenced a typical use of the Indonesian language
in law. The use of key terms, sentences, and the law discourse is closely related to its
source. To interprete the language use in law; therefore, one needs to know several
strategies. The interpretation of language use in law may function to determine the
meaning and purpose of law registers. Besides, the interpretation can also be done
by determining the linguistic elements _ phrases and clauses_ as sentence former
and by determining key words to identify the content of law discourse.
Key words: law registers, linguistic elements, teks, wacana hukum, dan KUHP
KAJIAN MORFOLOGI DERIVASIONAL DAN INFLEKSIONAL DALAM BAHASA INDONESIA
This article deals with the study of words in the scope of morphology with the
stress on Hockett’s ideas (1954) of Item and Arrangement (IA), Item and Process
(IP), dan Word and Paradigm (WP). Using this approach, men to concern will
really understand that derivational (or lexical) morphology studies words forma-tion resulted in new categories of the words while in inflectional morphology, such
a result is not found. Inflectional morphology; on the other hand, deals with the
result of words formation derived from the same lexems. The outstanding inference
shows that to be the scope of word formation is only the derivasional morphology
instead of inflectional one. The understanding of inflection becomes the scope of
syntax since it is only completing the forms of lexem; however, derivation is in-cluded in lexicon for it provides new lexems.
Key words: derivasional, infleksional, IA, IP, WP, word formation, and lexem
KARAKTERISTIK BAHASA ANAK-ANAK DOWN SYNDROME DI KAMPUNG DOWN SYNDROME KABUPATEN PONOROGO (SUATU TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK)
Karakterstik bahasa anak-anak down syndrome yang dimaksud dalam makalah ini
berkaitan dengan wujud bahasa pertama dan kedua yang dikuasai anak-anak down
syndorme, baik secara leksikal maupun gramatikal. Keunikan bentuk-bentuk
bahasa/pengungkapan menjadi titik tekan dalam riset ini. Penelitian ini dilakukan di
kampung idiot/kampung down syndrome Kabupaten Ponorogo yang meliputi Desa
Krebet Kecamatan Jambon, Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon, Desa Karangpatihan
Kecamatan Sidoharjo, Desa Pandak Kecamatan Balong, dan Desa Dayakan Kecamatan
Badegan. Tujuan penelitian ini adalah berusaha (1) menjelaskan karakteristik bentuk
leksikal dan gramatikal bahasa pertama anak-anak down syndrome di Kabupaten
Ponorogo; dan (2) menjelaskan kerakteristik bentuk leksikal dan gramatikal bahasa
kedua anak-anak down syndrome di Kabupaten Ponorogo. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi penyediaan data dengan metode wawancara dan angket;
analisis data dilakukan dengan metode identitas (padan) dan metode deskriptif melalui
tahap mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan mengeksplanasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak down syndrome yang berusia 7-15
tahun, yang menjadi objek penelitian, sampai saat ini baru menguasai bahasa pertama
(bahasa ibu), yaitu bahasa Jawa ragam ngoko. Mereka tidak menguasai bahasa Jawa
ragam krama dan tidak menguasai bahasa kedua (bahasa Indonesia). Karakteristik
pemerolehan bahasa pertama berupa leksikon bentuk-bentuk unik, di antaranya
penyebutan sebuah objek dengan sebutan unik seperti pisau disebut pangot, penyebutan
benda berdasarkan bunyinya (onomatope), misalnya eong untuk menyebut kucing,
penghilangan konsonan dan vokal awal, penghilangan konsonan tengah, penggantian
konsonan dan lain-lain. Anak-anak down syndrom tidak mengenal kata depan, tidak
mengenal kata ulang, tidak mengenal kata majemuk. Konsep-konsep yang dikuasai
adalah the here and now, yakni hal yang ada di sekelilingnya dan sekarang, bukan hal
yang lampau dan imajinasi. Selain itu, anak-anak down syndrome sering melakukan
echolalia (menirukan ucapan orang lain), autoecholalia (mengulangi ucapannya
sendiri), verbal auditory agnosia atau cogenital word deafness (salah satu problem
fonologi persepsi). Sebagian informan juga mengalami gangguan bicara atau gagap dan
mutisme selektif (tidak mau berbicara dalam situasi dan tempat tertentu). Respons anak
down syndrome terhadap cerita bergambar sangat minim, yakni hanya 3 orang dari 14
informan. Tiga orang informan tersebut memberikan respons cerita bergambar dengan
satu dan dua kata saja, yang untuk anak-anak normal hal demikian biasa terjadi pada
anak usia 1 s.d. 2 tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perkembangan anak
down syndrome pada usia 7-15 tahun, apabila tanpa pendampingan belajar bahasa,
sama dengan anak normal usia 1-2 tahun
GRICE’S COOPERATIVE PRINCIPLES VIOLATION IN THE COMMUNICATION OF CHILDREN WITH AUTISM
The involvement of children with autism in social interaction is mostly at a lower level. It is due to the language obstacles faced by children with autism that become the reason why children with autism tend to violate the cooperative principles in communication. This study aims to demonstrate how children with autism violate Grice’s cooperative principles maxims and what causes it. The Grice’s cooperative principles maxims are the focus of this observation and 5 children with autism were the subjects of this study. The research was done in SLBN Surakarta which is the school for exceptional children in Surakarta. By utilizing the observational approach, the data were collected using recording and transcribing technique. Leech’s heuristic pragmatic analysis method was used to analyze the data. The results showed that 67.65% of utterances spoken by the children with autism violated 1 maxim, 20.59% utterances violated 2 maxims and 3 maxims violation was found in 2.94% utterances. 4 maxims violation was also found indicating that there are 8.82% utterances of the children with autism failed to fulfill cooperative principles. Language and social development problems are considered responsible for the violations well as their disability to stay focus are considered the cause of maxim of relevance become the most violated maxim in this study.
THE UNIQUENESS OF PAMBIWARA`S LANGUAGE IN KAHIYANG AYU AND BOBBY NASUTION`S WEDDING CEREMONY IN SURAKARTA (Kekhasan Bahasa Pambiwara dalam Upacara Pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution di Surakarta)
The aim of this research is to describe the typicality and uniqueness of master of ceremony ‘pambiwara`s’ language in the panggih temanten procession of Kahiyang Ayu and Bobby Nasution`s wedding ceremony in Surakarta. This research is a qualitative- descriptive with a stylistic approach. The data resources are the text of pambiwara`s speech in the panggih temanten procession of Kahiyang Ayu and Bobby Nasution`s wedding ceremony. The research data are an orthographic transcription of pambiwara`s speech, which is broadcasted live by national televisions. The scrutinizing technique was used to collect the information by scrutinizing the language use of pambiwara. In this context, scrutinizing techniques consist of extracting the uniqueness of language use, encompassing the uniqueness of speech sound and the typicality of morphology in the language of pambiwara. The data was then analyzed through scrutinizing technique and note-taking technique. The result of the research shows that pambiwara in the panggih temanten procession of Kahiyang Ayu and Bobby Nasution`s wedding ceremony has an aesthetic language use, which accentuates on the uniqueness and the typicality of speech sound and morphologic of language. (Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kekhasan bahasa pada bahasa pewara ‘pambiwara’ dalam upacara panggih temanten Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution di Surakarta. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan pendekatan stilistika. Sumber data data tertulis yang berupa satu teks ‘pambiwara’ dalam upacara panggih temanten Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution di Surakarta. Sumber data tersebut berupa sumber data lisan yang disampaikan oleh ‘pambiwara’ yang berasal dari informan. Data berupa transkipsi ortografis ‘pambiwara’ dalam upacara panggih temanten Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution di Surakarta yang disiarkan langsung di TV nasional. Teknik dasar yang dipakai adalah menggunakan teknik simak, yaitu teknik mendapatkan data dengan cara menyimak penggunaan bahasa. Dalam hal ini menyadap analisis tentang kekhasan pemakaian bahasa meliputi kekhasan bunyi bahasa dan kekhasan morfologi bahasa dalam bahasa ‘pambiwara’, dan lanjutannya menggunakan teknik simak dan teknik catat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ‘pambiwara’ dalam upacara panggih temanten Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution di Surakarta mempunyai keindahan bahasa yang berfokus pada kekhasan aspek morfologi bahasa.)
STRATEGI KESANTUNAN POSITIF & TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM DEBAT PERDANA PILKADA DKI JAKARTA 2017
Penelitian dengan tinjauan pragmatik ini bertujuan (1) untuk mendefinisikan jenis-jenis
strategi kesantunan positif dalam sub tindak tutur komisif berjanji yang masing-masing
dituturkan oleh pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 selama
enam sesi dan (2) untuk mendeskripsikan keefektifan penggunaan strategi kesantunan
positf dalam sub tindak tutur komisif berjanji selama debat perdana DKI Jakarta 2017
berlangsung. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
kontekstual dan metode padan pragmatis. Sementara itu, teknik penyediaan data pada
penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa strategi kesantunan positif penawaran dan janji serta strategi kesantunan
positif bersikap optimistik mendominasi penggunaan sub tindak tutur komisif berjanji. Hal
ini disebabkan karena masing-masing pasangan calon gubenrur dan wakil gubernur DKI
Jakarta saling berlomba-lomba memaparkan visi misi, program kerja unggulan, beserta
sumpah-sumpah terkait kebijakan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Dengan
demikian, masing-masing calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 harus bisa
meyakinkan warga DKI Jakarta untuk menetapkan pilihan pada salah satu pasangan calon
gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 dari ketiga pasangan calon yang ada. Selain
strategi kesantunan positif penawaran dan janji, juga strategi kesantunan positif bersikap
optimistik, strategi kesantunan positif lainnya turut mewarnai penggunaan sub tindak tutur
komisif berjanji seperti strategi kesantunan positif menyiratkan atau menyatakan hal timbal
balik serta strategi kesantunan positif melibatkan penutur dan mitra tutur dalam kegiatan
yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini
- …