124 research outputs found

    SISTEM WEB PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU YANG MENGGUNAKAN METODE MRP UNTUK PENGADAAN DAN MEMPERTAHANKAN KONTINUITAS PRODUKSI

    Get PDF
    Perusahaan ini merupakan industri pembuatan berbagai macam produksi. Sistem pra produksi saat ini belum menerapkan sistem perencanaan dan pengendaliaan terhadap kebutuhan bahan baku secara sempurna. Selama ini sudah ada suatu siatem manual yang dapat mengendalikan waktu pemesanan, namun dinilai oleh pihak manajemen perusahaan masih kurang sempurna, sehingga masih sering kekurangan bahan baku, yang dsapat menyebabkan keterlambatan proses produksi ataupun kelebihan persediaan bahan baku di gudang akibat pengiriman dating terlalu awal. Bila hal ini dibiarkan akan merugikan bagi perusahaan, sehingga perlu adanya suatu metode yang dapat memberikan solusi permasalahan pada perusahaan khususnya dibidang persediaan bahan baku. Salah satu metode di dalam manajemen material adalah Material Requirements Planning (MRP). Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem MRP yang dapat merancangkan permintaan material pada perusahaan. Material Requirements Planning adalah suatu metode untuk menentukan apa, kapan dan berapa jumlah komponen dan material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari suatu perencanaan produksi. Sistem Material Requirements Planning mengakomodasikan safety stock sebagai cara untuk mengantisipasi ketidak pastian dari pada kebutuhan material tersebut. Safety stock diakomodasikan dalam bentuk tambahan dari jumlah bahan baku yang harus dipesan pada saat ukuran pesanan

    Virus Bakteri sebagai Terapi untuk Penyakit Infeksi

    Get PDF
    This study aims to provide information related to the role of phages or bacterial viruses in treating infectious diseases. The method used is a secondary literature study from several research publications. The results showed that phage therapy had been medically proven to be superior to antibiotic treatment. Phage families Myoviridae and Podoviridae are the best candidates for phage therapy because most of them have a lytic cycle. Phages with lytic phage types tend to be widely used as biocontrol agents because they are specific and lyse target cells (pathogenic bacteria). In addition, phages do not have genetic material that can be integrated into the human body, so therapy using phages is not virulent in humans. Treatment using phages also does not cause phage resistance to antibiotics. In conclusion, phages' advantages, effectiveness, and host specificity make phages used in various applications to treat infectious diseases. Keywords: Bacteriophage, Phage, Lytic, Therapy, Viru

    DIVERSITY OF MICROBIAL ENDOPHYTES IN THE STEM AND STEM WATER OF Ceiba pentandra

    Get PDF
    Ceiba pentandra (Kapok trees) serve the purpose of drug which we know as tribal medicine. Based on research before, most of secondary metabolites were found in the stem and stem water of C. pentandra which could produce antimicrobial compounds against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Nevertheless, little is known about the diversity of endophytic microorganisms inhabit the stem and stem water of C. pentandra and their potential to produce bioactive compounds. The purpose of this work was to know the diversity of endophytic microorganisms inhabited the stem and stem water of C. pentandra. The microbes were isolated from the stem and stem water of C. pentandra. The endophytes were characterized based on the morphology appearance of the microbial endophytes microscopical and macroscopical. From the samples of stem water, 278 isolates of the microbial endophytes grew at NA medium and 31-257 isolates at PDA medium whereas from stem, 4 isolates of the microbial endophytes grew at NA medium and 2 isolates at PDA medium. When identified morphologically and biochemically, only 7 colonies at stem water and 5 colonies at stem had showed identifiable differences. Among the microbial group the most frequently in endophytic association with stem water may it be khamir. Meanwhile, bacteria was the most frequently in endophytic association with stem. This research indicated that culturable endophytes in the stem and stem water of C. pentandra were very diverse. Microbial endophytes are suggested as an outstanding source of bioactive natural products that could be useful for medicines.Keywords: Ceiba pentandra, microbial endophytes, diversit

    Potensi Kapuk Randu (Ceiba Pentandra Gaertn.) Dalam Penyediaan Obat Herbal

    Full text link
    : The Cultivation venture kapok (Ceiba pentandra Gaertn.) already done since hundreds of years ago, but has not been well developed. The amount of kapok plants in Indonesia continues to decline. whereas tree is very beneficial to health treatment. The purpose of this paper is to find out the potential of kapok trees associated with raw materials herbal remedy or treatment so that the kapok plant can remain preserved . The methods used are library research which descriptive and explorative approaches mainly from previous examination. In the implementation in the field conducted field survey and interview techniques. The results showed that: (1) a range of secondary metabolite compounds are present in every part of the plant, such as the kapok seeds, leaves, stems, and roots. (2) secondary metabolites found in every part of the plant has antibacterial properties kapok, antifungi, bitter taste, and antioxidants, (3) ceiba pentandra as a potencial multifunction medicinal plants that needs to be improved in its use as modern medicine and prevented from extinction

    PRAKTIK PEMBERIAN MP-ASI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA ANAK USIA 7-24 BULAN

    Get PDF
    Latar Belakang : Growth faltering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan kebutuhan pertumbuhan. MP-ASI diberikan kepada anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang terus meningkat selain ASI. Praktik pemberian MP-ASI harus memperhatikan usia pertama pemberian, konsistensi, jenis pembuatan dan frekuensi MP-ASI. Tujuan : Menganalisis praktik pemberian MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada bayi usia 7-24 bulan. Metode : Penelitian observasional analitik dengan desain kasus kontrol pada periode Maret – Mei 2016 di Puskesmas Halmahera dan Posyandu di wilayah kerjanya. Subjek kelompok kasus adalah 40 anak usia 7-24 bulan dengan growth faltering dan subjek kelompok kontrol adalah 40 anak usia 7-24 bulan dengan arah garis pertumbuhan N1 atau N2. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan uji multivariat. Hasil : Analisis Chi-square menunjukkan usia pertama pemberian MP-ASI dini atau terlambat (p=0,024) dan frekuensi pemberian MP-ASI yang kurang (p=0,045) memiliki hubungan bermakna dengan growth faltering pada anak 7-24 bulan. Konsistensi MP-ASI, jenis pembuatan MP-ASI, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial ekonomi, ISPA, diare, dan riwayat tidak ASI eksklusif tidak terdapat hubungan bermakna dengan growth faltering pada anak usia 7-24 bulan (p>0,05). Analisis multivariat menunjukkan usia pertama pemberian MP-ASI (OR 2,745; 95% CI 1,00-7,50), konsistensi MP-ASI (OR 5,380; 95% CI 1,57-18,48), dan frekuensi MP-ASI (OR 5,028; 95% CI 1,30-19,43) sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap growth faltering. Kesimpulan : Usia pertama MP-ASI dini atau terlambat, konsistensi MP-ASI yang kurang, dan frekuensi MP-ASI yang kurang merupakan faktor risiko growth faltering pada anak usia 7-24 bulan. Kata Kunci : praktik pemberian MP-ASI, growth faltering

    METODE DAN POLA WAKTU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA BAYI USIA 2-6 BULAN

    Get PDF
    Latar Belakang : Growth faltering terjadi karena masukan energi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh, atau kebutuhan energi anak yang meningkat karena kondisi tertentu. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif dapat memenuhi kebutuhan bayi hingga usia 6 bulan. Pemberian ASI dapat dilakukan dengan metode dan pola waktu yang bervariasi. Tujuan : Menganalisis metode dan pola waktu pemberian ASI eksklusif sebagai faktor risiko growth faltering pada bayi usia 2-6 bulan. Metode : Penelitian observasional analitik dengan desain case control dilakukan pada periode Maret – Mei 2016 dengan subjek kelompok kasus adalah 41 bayi usia 2-6 bulan yang mengalami growth faltering, sedangkan subjek kelompok kontrol adalah 41 bayi usia 2-6 bulan dengan arah garis pertumbuhan N1 atau N2. Kedua kelompok diambil dari Puskesmas Halmahera dan Posyandu di wilayah kerjanya. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Uji hipotesis menggunakan uji Chi-Square. Hasil : Didapatkan hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif (p=0,006), pola waktu pemberian ASI (p=0,007), pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) (p=0,029), dan jenis kelamin (p=0,004) dengan growth faltering pada bayi usia 2-6 bulan. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara metode pemberian ASI, status gizi ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, sosial ekonomi, ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), dan diare dengan growth faltering pada bayi usia 2-6 bulan (p>0,05). Analisis multivariat menunjukkan jenis kelamin perempuan (OR 3,837, 95% CI 1,358-10,840) dan pemberian ASI tidak eksklusif (OR 3,166, 95% CI 1,047-9,574) sebagai faktor yang dominan berhubungan dengan growth faltering. Kesimpulan : Pemberian ASI tidak eksklusif dan jenis kelamin perempuan merupakan faktor risiko growth faltering pada bayi usia 2-6 bulan. Kata Kunci : Pemberian ASI eksklusif, metode pemberian ASI, pola waktu pemberian ASI, growth faltering

    HUBUNGAN KONSUMSI IKAN TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN(Studi analitik observasional di wilayah Puskesmas Rowosari Semarang)

    Get PDF
    Latar Belakang: Stunting merupakan kondisi kronis terganggunya pertumbuhan yang digambarkan pada z-score TB/U < -2SD. Prevalensi stunting di Indonesia cukup tinggi yaitu 37,2%. Salah satu penyebabnya adalah pemberian nutrisi yang tidak adekuat saat masa pertumbuhan. Diketahui dari penelitian bahwa mengkonsumsi ikan akan memberikan asupan protein dan mikronutrien untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Tujuan: Mengetahui hubungan konsumsi ikan (frekuensi dan jenis) terhadap kejadian stunting. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional jenis studi kasus kontrol. Jumlah subjek penelitian yaitu 106 anak usia 2-5 tahun yang mengkonsumsi ikan, yang terdiri dari 53 anak stunting pada kelompok kasus dan 53 anak normal pada kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan di Rowosari Semarang pada April-Juni 2016. Analisis statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil: Dari penelitian ini, didapatkan hubungan bermakna pada konsumsi jenis ikan (p = 0,015; OR = 2,48) dan status ekonomi (p = 0,017; OR = 0,42) terhadap kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun. Sedangkan hubungan tidak bermakna didapatkan pada frekuensi konsumsi ikan (p = 0,302), tingkat pendidikan ibu (p = 0,109), dan riwayat pemberian ASI (p = 0,844) dengan kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun Kesimpulan: Terdapat hubungan antara konsumsi jenis ikan dan status ekonomi terhadap kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun. Kata kunci: Stunting, konsumsi ika

    Analisis Tingkat Serangan Parasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Ciganjur

    Get PDF
    Salah satu faktor penghambat dalam usaha budidaya perikanan adalah serangan parasit. Parasit merupakan organisme yang hidup pada tubuh organisme lain (inang) dengan mengambil nutrisi dari inangnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis parasit dan prevalensi parasit pada ikan air tawar yang dibudidayakan di Pusat Produksi Inspeksi dan Sertifikasi Hasil Perikanan (PPISHP), Balai Benih Ikan (BBI), Ciganjur. Sampel ikan yang digunakan berjumlah 30 ekor ikan air tawar yang merupakan spesies ikan nila dan  ikan lele masing-masing sebanyak 15 ekor dengan ukuran 5-6 cm yang diambil secara purposive sampling. Hasil penelitian teridentifikasi tiga spesies parasit yaitu Trichodina sp., Ichthyophthirius multifiliis dan Dactylogyrus spp. Tingkat serangan parasit Trichodina sp. pada benih ikan air tawar yang diproduksi di PPISHP, BBI Ciganjur menunjukan prevalensi tertinggi pada benih ikan lele dengan nilai prevalensi 86,6% infeksi hampir parah, sedangkan prevalensi parasit terendah yakni Dactylogyrus spp. yang menyerang ikan nila dengan prevalensi 6,6% termasuk infeksi rendah. Intensitas parasit tertinggi yakni Ichthyophthirius multifiliis yaitu 22 individu/ekor pada ikan lele, dan intensitas parasit terendah yakni Dactylogyrus spp. yaitu 1 individu/ekor pada ikan nila. Adapun parameter suhu dan pH juga mempengaruhi tingginya nilai prevalensi dan intensitas parasit yang menyerang ikan khususnya pada ikan lele di BBI Ciganjur.

    Analisis Tingkat Serangan Parasit pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan (BBI) Ciganjur

    Get PDF
    Salah satu faktor penghambat dalam usaha budidaya perikanan adalah serangan parasit. Parasit merupakan organisme yang hidup pada tubuh organisme lain (inang) dengan mengambil nutrisi dari inangnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis parasit dan prevalensi parasit pada ikan air tawar yang dibudidayakan di Pusat Produksi Inspeksi dan Sertifikasi Hasil Perikanan (PPISHP), Balai Benih Ikan (BBI), Ciganjur. Sampel ikan yang digunakan berjumlah 30 ekor ikan air tawar yang merupakan spesies ikan nila dan  ikan lele masing-masing sebanyak 15 ekor dengan ukuran 5-6 cm yang diambil secara purposive sampling. Hasil penelitian teridentifikasi tiga spesies parasit yaitu Trichodina sp., Ichthyophthirius multifiliis dan Dactylogyrus spp. Tingkat serangan parasit Trichodina sp. pada benih ikan air tawar yang diproduksi di PPISHP, BBI Ciganjur menunjukan prevalensi tertinggi pada benih ikan lele dengan nilai prevalensi 86,6% infeksi hampir parah, sedangkan prevalensi parasit terendah yakni Dactylogyrus spp. yang menyerang ikan nila dengan prevalensi 6,6% termasuk infeksi rendah. Intensitas parasit tertinggi yakni Ichthyophthirius multifiliis yaitu 22 individu/ekor pada ikan lele, dan intensitas parasit terendah yakni Dactylogyrus spp. yaitu 1 individu/ekor pada ikan nila. Adapun parameter suhu dan pH juga mempengaruhi tingginya nilai prevalensi dan intensitas parasit yang menyerang ikan khususnya pada ikan lele di BBI Ciganjur.
    • …
    corecore