Magnetic Field Probing of an SU(4) Kondo Resonance in a Single Atom Transistor

Semiconductor nano-devices have been scaled to the level that transport can be dominated by a single dopant atom. In the strong coupling case a Kondo effect is observed when one electron is bound to the atom. Here, we report on the spin as well as orbital Kondo ground state. We experimentally as well than theoretically show how we can tune a symmetry transition from a SU(4) ground state, a many body state that forms a spin as well as orbital singlet by virtual exchange with the leads, to a pure SU(2) orbital ground state, as a function of magnetic field. The small size and the s-like orbital symmetry of the ground state of the dopant, make it a model system in which the magnetic field only couples to the spin degree of freedom and allows for observation of this SU(4) to SU(2) transition.Comment: 12 pages, 10 figures, accepted for publication in Physical Review Letter

Electric field reduced charging energies and two-electron bound excited states of single donors in silicon

We present atomistic simulations of the D0 to D- charging energies of a gated donor in silicon as a function of applied fields and donor depths and find good agreement with experimental measure- ments. A self-consistent field large-scale tight-binding method is used to compute the D- binding energies with a domain of over 1.4 million atoms, taking into account the full bandstructure of the host, applied fields, and interfaces. An applied field pulls the loosely bound D- electron towards the interface and reduces the charging energy significantly below the bulk values. This enables formation of bound excited D-states in these gated donors, in contrast to bulk donors. A detailed quantitative comparison of the charging energies with transport spectroscopy measurements with multiple samples of arsenic donors in ultra-scaled FinFETs validates the model results and provides physical insights. We also report measured D-data showing for the first time the presence of bound D-excited states under applied fields

Tunable Kondo effect in a single donor atom

The Kondo effect has been observed in a single gate-tunable atom. The measurement device consists of a single As dopant incorporated in a Silicon nanostructure. The atomic orbitals of the dopant are tunable by the gate electric field. When they are tuned such that the ground state of the atomic system becomes a (nearly) degenerate superposition of two of the Silicon valleys, an exotic and hitherto unobserved valley Kondo effect appears. Together with the regular spin Kondo, the tunable valley Kondo effect allows for reversible electrical control over the symmetry of the Kondo ground state from an SU(2)- to an SU(4) -configuration.Comment: 10 pages, 8 figure

Toekomst voor zeldzame Nederlandse Landbouwhuisdierrassen : Stimulans voor het behoud van levend erfgoed

Adviesrapport van de Stichting Zeldzame Huisdierrassen (SZH) en het Centrum voor Genetische Bronnen, Nederland van Wageningen UR (CGN) aan LNV over reële en kansrijke mogelijkheden voor nieuwe vormen van ondersteuning van in situ conservering van zeldzame rassen landbouwhuisdieren in Nederland, die op voldoende draagvlak kunnen rekenen. De behoefte aan dit advies hangt samen met de verdere uitwerking van de in het Nederlandse landenrapport over dierlijke genetische bronnen genoemde beleidsprioriteiten (LNV, 2002). In het landenrapport staat onder andere dat Nederland zich ten doel stelt om Nederlandse zeldzame rassen landbouwhuisdieren het predikaat zeldzaam te laten ontgroeien zonder structurele subsidiëring van de overhei

PENYALAHGUNAAN ASET NEGARA DALAM BENTUK JARINGAN SATELIT UNTUK KEPENTINGAN KORPORASI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANGUNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI JO UNDANGUNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI

telekomunikasi sebagaimana dilakukan oleh IM2. IM2 telah menyalahgunakan pita frekuensi 2.1 Ghz, dan secara melawan hukum beroperasi pada jaringan tersebut sehingga menimbulkan kerugian negara. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik meneliti, bagaimana Undang-Undang Telekomunikasi jo Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika dan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi mengatur mekanisme pemanfaatan aset negara berupa jaringan satelit, mengapa aset negara berupa jaringan satelit kerap kali disalahgunakan didalam pemanfaatannya oleh korporasi, serta bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi aset negara dalam bentuk jaringan satelit terhadap penyalahgunaan yang dilakukan oleh korporasi. Penelitian ini menggunakan spesifikasi penelitian yang bersifat deskriftif analitis dengan pendekatan yuridis normatif dibantu yuridis empiris, data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data berupa yuridis kualitatif. Pemanfaatan aset negara berupa jaringan satelit melalui pita frekuensi merupakan salah satu hak yang dalam pemanfaatannya diatur oleh peraturan perundang-undangan agar tercipta keadilan, kepastian dan ketertiban, keamanan, keseimbangan, perlindungan dan pemeliharaan dalam pemanfataannya. Jaringan satelit yang merupakan jaringan satelit aset negara pemanfaatannya mensyaratkan izin dan pembayaran tarif tertentu, sehingga konsekuensinya ketika terjadi penyalahgunaan pemanfaatan jaringan satelit, negara akan mengalami kerugian. Aset negara berupa jaringan satelit kerap kali disalahgunakan didalam pemanfaatannya oleh korporasi disebabkan beberapa faktor diantaranya faktor hukum itu sendiri dalam hal ini peraturan perundang-undangannya, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung pengawasan dan penegakan hukum itu sendiri, faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan, dalam hal ini yaitu lingkungan korporasi, faktor kebudayaan yakni kurangnya kesadaran hukum korporasi dalam upaya pemanfaatan aset negara secara berkeadilan dan tertib sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana pemanfaatan yang tidak secara berkeadilan akan membawa negara menuju kepada kehancuran. Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi aset negara dalam bentuk jaringan satelit terhadap penyalahgunaan yang dilakukan oleh korporasi harus berangkat dari beberapa faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan pemanfaatan jaringan satelit diantaranya yaitu melalui upaya preventif berupa revisi perunang-undangan, pengawasan, sosialisasi sert upaya represif berupa penegakan hukum. Penegakan hukum harus dilaksanakan tanpa pandang bulu, sebagai bentuk keyakinan atas doktrin hukum, bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum. Kata Kunci: Penyalahgunaan Aset Negara, Jaringan Sateli

Cap-Gly Proteins at Microtubule Plus Ends: Is EB1 Detyrosination Involved?

Localization of CAP-Gly proteins such as CLIP170 at microtubule+ends results from their dual interaction with α-tubulin and EB1 through their C-terminal amino acids −EEY. Detyrosination (cleavage of the terminal tyrosine) of α-tubulin by tubulin-carboxypeptidase abolishes CLIP170 binding. Can detyrosination affect EB1 and thus regulate the presence of CLIP170 at microtubule+ends as well? We developed specific antibodies to discriminate tyrosinated vs detyrosinated forms of EB1 and detected only tyrosinated EB1 in fibroblasts, astrocytes, and total brain tissue. Over-expressed EB1 was not detyrosinated in cells and chimeric EB1 with the eight C-terminal amino acids of α-tubulin was only barely detyrosinated. Our results indicate that detyrosination regulates CLIPs interaction with α-tubulin, but not with EB1. They highlight the specificity of carboxypeptidase toward tubulin