11 research outputs found
Analisis varians pendapatan retribusi pelayanan kesehatan pada RSUD. kabupaten karanganyar tahun anggaran 2001-2004
Dalam dunia bisnis yang semakin berkembang pesat, baik
perusahaan/organisasi yang bersifat profit maupun nonprofit
diharapkan untuk selalu memandang dan merencanakan masa
depannya. Setiap bagian dari perencanaan harus mencakup evaluasi dan
penilaian kembali dari berbagai variabel karena hal tersebut mempunyai
dampak yang besar terhadap perencanaan tujuan dan sasaran
organisasi. Jika tujuan organisasi telah ditentukan, langkah selanjutnya
adalah penentuan tujuan organisasi secara spesifik dalam bentuk sasaran
organisasi dan penentuan strategi organisasi yang dioperasikan dalam
bentuk anggaran. Anggaran merupakan tahap terinci dari perencanaan
yang mengandung gambaran keuangan mengenai hasil yang diinginkan
dimasa datang. Anggaran menjadi salah satu komponen yang penting
dalam perencanaan karena melalui anggaran rencana-rencana yang
disertai langkah-langkah konkret untuk mencapainya ditetapkan.
Anggaran merupakan penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan
perusahaan diwaktu yang akan datang yang dinyatakan dalam unit
moneter.
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat manajemen dalam
melakukan aktivitas perencanaan, komunikasi dan pengendalian.Sebagai alat manajemen lebih lanjut anggaran diharapkan dapat
membantu dalam peningkatan kinerja manajerial. Dengan penyusunan
anggaran diharapkan akan memberikan kejelasan mengenai tugas dan
target yang harus dicapai sehingga akan mempermudah pencapaian
tujuan organisasi. Akan tetapi anggaran yang tidak efektif dan tidak
berorientasi pada kinerja akan menggagalkan perencanaan yang sudah
disusun karena setiap anggaran berisi informasi mengenai apa yang
hendak dilakukan dalam periode yang akan datang.
Untuk mengetahui apakah target anggaran telah tercapai atau
belum maka perlu untuk melakukan suatu analisis terhadap
pelaksanaan anggaran. Alat analisis yang dapat digunakan yaitu analisis
varians. Analisis varians ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan
anggaran dengan realisasinya. Apabila realisasi pendapatan yang
diperoleh lebih besar dari anggaran yang berarti bahwa target yang
telah dibuat telah tercapai (terjadi penyimpangan yang bersifat
menguntungkan (favourable)). Namun apabila realisasi pendapatan yang
lebih kecil dari anggaran yang telah dibuat, hal itu berarti bahwa target
tidak tercapai (terjadi peyimpangan yang bersifat merugikan
(unfavourable)). Selain itu dapat juga untuk mencari penyebab
terjadinya penyimpangan tersebut,apakah dikarenakan oleh volume
(unit) yang tidak sesuai dengan anggaran yang biasa disebut varians
volume,atau dikarenakan oleh harga/tarif per unit yang tidak sama
dengan anggaran yang disebut varians harga.Semakin bertumbuhnya Rumah Sakit menunjukan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
sehingga mendorong Rumah sakit untuk memperhatikan fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ditawarkan. Hal ini akan memicu Rumah sakit
untuk meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada para pemakai
jasa. Peningkatan kualitas jasa tentunya tidak lepas dari peranan
kinerja para manajer Rumah Sakit oleh karena itu anggaran
merupakan alat manajemen dalam peningkatan kinerja akan membantu
para manajer dalam upaya memberikan kualitas jasa yang terbaik bagi
para pemakainya. Demikian halnya dengan RSUD. Kab. Karanganyar
sebagai salah satu institusi non profit yang bergerak dibidang Kesehatan
selain menyusun sebuah anggaran yang digunakan sebagai pedoman
untuk melaksanakan kegiatan pelayanannya juga melakukan analisis
terhadap laporan keuangan yang telah dibuatnya untuk menilai
perkembangan usahanya. Motivasi penulis memilih RSUD. Kab.
Karanganyar sebagai obyek penelitian karena RSUD.
Kab.Karanganyar sebagai satu-satunya Rumah Sakit yang merupakan
instansi pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan
uraian diatas, peneliti tertarik memberi judul Tugas Akhir ini
ANALISIS VARIANS PENDAPATAN RETRIBUSI PELAYANAN
KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB.
KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN 2001-2004
ANALISIS PENGGUNANAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM PEMBELAJARAN IPA DI TIGA SEKOLAH DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN
Penilaian berbasis kelas termasuk kedalam penilaian autentik yang menjadi tuntutan kurikulum 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai penggunaan penilaian berbasis kelas secara riil di sekolah. Metode penelitian yang digunakan berupa metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Instrumen pengumpul data berupa lembar wawancara dan angket. Subjek dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang guru IPA yang tersebar di tiga sekolah dengan daya serap UN yang berbeda (Tinggi, sedang, rendah). Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya dua dari tujuh komponen penilaian berbasis kelas yang digunakan diatas 80% guru, sedangkan lima komponen lainnya hanya digunakan kurang dari 40% guru. Komponen-komponen seperti penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri, bahkan tidak digunakan guru sama sekali didalam penilaian hasil belajar peserta didik. Hasil wawancara mengungkap minimnya komponen penilaian yang digunakan guru disebabkan oleh: 1) sulitnya guru mengatur waktu dalam persiapan, pengajaran, dan penilaian hasil belajar, 2) minimnya pengetahuan guru terkait penyusunan instrumen penilaian berbasis kelas, dan 3) kesulitan guru dalam menentukan kriteria yang tepat dalam penilaian. Hasil ini mengindikasikan bahwa penggunaan penilaian berbasis kelas masih tergolong rendah dan perlu adanya penyuluhan lebih lanjut kepada guru terkait penggunaan instrumen ini.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII1 SMP NEGERI 11 PAREPARE
WAHIDAH KANING. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Dididk pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare. (dibimbing oleh Muhammad Danial dan Muhiddin P)
Keterampilan berpikir kritis seyogyanya dikembangkan sejak dini melalui pembelajaran sebagai upaya menyiapkan peserta didik menganalisis berbagai isu yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, sekaligus menyiapkan peserta didik untuk menjalani karir dan kehidupan nyata di abad 21 ini. Kenyataanya kompetensi peserta didik masih memprihatinkan, keterampilan berpikir kritis belum berkembang secara optimal dan tergolong masih rendah. Studi literatur menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) berpotensi memenuhi harapan terbentuknya keterampilan berpikir kritis, terampil memecahkan masalah, mandiri, gemar bekerjasama. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPA di Kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare, melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare pada Mata pelajaran IPA, melalui penerapan model Pembelajaran Bebasis Masalah.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu (i) perencanaan, (ii) tindakan dan pengamatan), dan (iii) refleksi. Penelitian berlangsung dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Subyek yang diteliti adalah kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare tahun pembelajaran 2018/2019. Instrumen yang digunakan terdiri atas (i) lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, dan (ii) instrumen tes essay digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis. Hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan tenik persentase. Hasil tes keterampilan berpikir kritis dihitung menggunakan pedoman penskoran dengan rentangan skor 0-5, rentang skor 0-3 menunjukkan indikator tersebut “masih rendah”, sedangkan rentang skor 4-5 menunjukkan indikator tersebut sudah “berkembang dengan baik” atau “tinggi”. Selanjutnya jumlah skor yang diperoleh peserta didik pada setiap butir soal akan dipersentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada mata pelajaran IPA di kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare tahun pembelajaran 2018/2019 berjalan sangat baik dan berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada kelima indikator keterampilan berpikir kritis. Indikator yang paling berkembang adalah memberikan penjelasan sederhana yang mencapai 76,19% pada siklus I, menjadi 80,95% pada siklus II. Indikator yang paling rendah adalah indikator membuat kesimpulan yang hanya mencapai 42,86% pada siklus I, menjadi 61,90% pada siklus II. (ii) Rata-rata persentase peserta didik yang memperoleh skor 4-5 atau yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi sebesar 61,91% pada siklus I, meningkat menjadi 70,47% pada siklus II.(iii) Penerapan model pembelajaran berbasisi masalah juga berdampak pada meningkatnya aktivitas peserta didik hingga siklus II berada pada kategori sangat baik
UPAYA KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH SRI PATANI WITTHAYA DAERAH KHOKPHO PROVINSI PATTANI THAILAND 2017-2018
Latar belakang penelitian ini bermulai dari rasa ingin mengetahui peneliti terhadap manajer dan kepemimpinan dalam lembaga kependidikan terlebih khusus kepala sekolah Agama Islam yang berada dibawah naungan pemerintahan Non Islam yaitu di Patani selatan Thailand. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya, hambatan dan hasil kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru di sekolah Sri Patani Witthaya Daerah Khokpho Provinsi Pattani Thailand 2017-2018.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar di Sekolah Sri Patani Witthaya Daerah Khokpho Provinsi Pattani Thailand. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara dari sekian banyak data diperoleh kemudian mereduksi data dan menarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dengan cara Trianggulasi sumber dan teknik serta dikombinasikan dengan teori.
Hasil penelitian menunjukkan : Pertama, (1) Upaya kepala sekolah untuk meningkatkan ompetensi guru di sekolah Sri Patani Witthaya adalah : (a) pembinaan dan pengawasan melalui mengikutsertakan guru dalam kegiatan seminar atau workshop untuk menambah wawasan dan ilmu, (b) pemberian penghargaan hadiah (reward) bagi mereka yang berprestasi dan hukuman (punishment) bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas, (c) memberikan motivasi melalui memberikan motivasi kepada guru dengan pemberian pujian kepada guru atau pegawai juga dilakukan oleh kepala sekolah. Kedua, (2) Hambatan kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru di Sekolah Sri Patani Witthaya adalah : (a) guru kurang displin, (b) guru kurang menguasai materi dan referensi, (c) fasilitas terbatas. Ketiga, (3) Solusi kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru di Sekolah Sri Patani Witthaya adalah : (a) melakukan pembinaan kedisplinan tenaga kependidikan, (b) membuat persiapan mengajar (RPP) dan mengikut serta seminar, (c) menggunakan fasilitas yang sudah ada terlebih dahulu. Kompetensi guru di sekolah Sri Patani Witthaya adalah sudah baik berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, hampir di setiap bidang guru telah memenuhi kriteria guru yang berkualita