PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII1 SMP NEGERI 11 PAREPARE
WAHIDAH KANING. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Dididk pada Mata Pelajaran IPA di Kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare. (dibimbing oleh Muhammad Danial dan Muhiddin P)
Keterampilan berpikir kritis seyogyanya dikembangkan sejak dini melalui pembelajaran sebagai upaya menyiapkan peserta didik menganalisis berbagai isu yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, sekaligus menyiapkan peserta didik untuk menjalani karir dan kehidupan nyata di abad 21 ini. Kenyataanya kompetensi peserta didik masih memprihatinkan, keterampilan berpikir kritis belum berkembang secara optimal dan tergolong masih rendah. Studi literatur menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) berpotensi memenuhi harapan terbentuknya keterampilan berpikir kritis, terampil memecahkan masalah, mandiri, gemar bekerjasama. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPA di Kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare, melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare pada Mata pelajaran IPA, melalui penerapan model Pembelajaran Bebasis Masalah.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada model penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu (i) perencanaan, (ii) tindakan dan pengamatan), dan (iii) refleksi. Penelitian berlangsung dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Subyek yang diteliti adalah kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare tahun pembelajaran 2018/2019. Instrumen yang digunakan terdiri atas (i) lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, dan (ii) instrumen tes essay digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis. Hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan tenik persentase. Hasil tes keterampilan berpikir kritis dihitung menggunakan pedoman penskoran dengan rentangan skor 0-5, rentang skor 0-3 menunjukkan indikator tersebut “masih rendah”, sedangkan rentang skor 4-5 menunjukkan indikator tersebut sudah “berkembang dengan baik” atau “tinggi”. Selanjutnya jumlah skor yang diperoleh peserta didik pada setiap butir soal akan dipersentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada mata pelajaran IPA di kelas VIII1 SMP Negeri 11 Parepare tahun pembelajaran 2018/2019 berjalan sangat baik dan berhasil meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada kelima indikator keterampilan berpikir kritis. Indikator yang paling berkembang adalah memberikan penjelasan sederhana yang mencapai 76,19% pada siklus I, menjadi 80,95% pada siklus II. Indikator yang paling rendah adalah indikator membuat kesimpulan yang hanya mencapai 42,86% pada siklus I, menjadi 61,90% pada siklus II. (ii) Rata-rata persentase peserta didik yang memperoleh skor 4-5 atau yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi sebesar 61,91% pada siklus I, meningkat menjadi 70,47% pada siklus II.(iii) Penerapan model pembelajaran berbasisi masalah juga berdampak pada meningkatnya aktivitas peserta didik hingga siklus II berada pada kategori sangat baik