37 research outputs found

    PERAN GURU PAI UNTUK MEMBENTUK SISWA DALAM MEMBIASAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH (Studi Deskriptif Di SMA Negeri 8 Bandung)

    Get PDF
    Penelitian ini memberikan gambaran mengenai peran guru pendidikan agama Islam untuk membentuk siswa dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Pembiasaan di dalam pendidikan merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang bersifat menetap melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Dengan dimulainya peran guru PAI untuk membentuk siswa dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat akan menumbuhkan dan menggiring siswa agar memiliki akhlak mulia di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru PAI untuk membentuk siswa dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana data hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi dianalisis melalui tahapan reduksi data, display data dan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dalam praktiknya di sekolah, pembiasaan hidup bersih dan sehat belum terlaksana sebagaimana mestinya. Penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran tentang peran guru PAI untuk membentuk siswa dalam membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Kata kunci : peran guru PAI, pembiasaan siswa, hidup bersih, hidup sehat This study provides an overview of the role of Islamic religious education teachers to shape students in getting used to clean and healthy life behaviors in schools. Habituation in education is the process of forming attitudes and behaviors that are sedentary through a repetitive learning process. With the start of the role of the PAI teacher to shape students in getting used to clean and healthy living behaviors, it will foster and lead students to have good morals at school. This study aims to describe the role of PAI teachers to shape students in familiarizing clean and healthy behavior in school. The method used in this research is descriptive qualitative, where data from observations, interviews and documentation studies are analyzed through the stages of data reduction, data display and conclusions. Although in practice at school, the habit of living clean and healthy has not been implemented as it should. This research is expected to get a picture of the role of islamic education teachers to shape students in getting used to clean and healthy life behavior in schools. Keywords: teacher’s role, habituation of student, clean life, healthy livin

    Analisa Produktivitas dan Efisiensi Kerja dengan Line Balancing pada Area Lead Connection di Pta

    Full text link
    PTA merupakan Perusahaan produksi Power Transformer (Trafo). Perusahaan ini memiliki kapasitas 10.000 MVA per tahun dan menghasilkan daya Transformers 200 kVA sampai 500MVA dan 6,3 kV sampai 550kV. Pada tahun 2015 ini PTA ditunjuk oleh PT. PLN (Persero) untuk mengerjakan 80 unit Trafo Open Book (OBP) Tender dan 39 Unit Trafo dengan pembiayaan IBRD. Dengan order dari PT. PLN (Persero) mengharuskan dilakukan pembenahan dalam pada efisiensi dan produktifitas. Sehingga dilakukan analisa departemen produksi periode Minggu ke 38 sampai dengan 51 yang poduktivitas dan efisiensinya paling rendah. Dari data yang didapat rata-rata produktivitas 4 departemen dengan proses terdekat yaitu Core Stacking, Core Coil Assembly, Lead Connection dan Final Assembly adalah Deptartemen Lead Connection 59% dari rata-rata 76%. Kemudian dengan menggunakan metode Line Balancing dengan Simulasi ALBACA produktivitas diharapkan mencapai 76% dari target produktivitas dan efisiensi kerja Perusahaan tahun 2015 yaitu 85%. Selain menggunakan Line Balancing juga dilakukan improvement dengan menganalisa dengan DMAIC sixsigma untuk menstandarkan proses. Simulasi dan analisa kemudian diaplikasikan ke produksi pada Minggu 1 sampai Minggu ke 3 tahun 2016 dan hasilnya mencapai rata-rata produktivitas secara keseluruhan mencapai 88% dan Lead Connection dari 59% menjadi 76% meningkat 17%. Dengan aplikasi tersebut peningkatan nyata bisa mendekati yang diharapkan

    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMK KOPERASI YOGYAKARTA

    Get PDF
    Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah wajib bernilai 3 SKS yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam hal ini, penyusun melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Koperasi Yogyakarta yang terletak di Jalan Kapas 1/5 Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan ini bertujuan mendapatkan pengalaman tentang proses pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya yang digunakan sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik. Diharapkan, mahasiswa peserta PPL mampu meningkatkan kompetensinya sebagai calon pendidik yang profesional. Selain hal itu, mahasiswa PPL juga diharapkan mampu untuk memiliki nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan sebagai seorang pendidik. Pelaksanaan kegiatan PPL dimulai dari observasi hingga pelaksanaan PPL yang terbagi menjadi beberapa tahap yaitu persiapan mengajar, pelaksanaan mengajar, dan evaluasi hasil mengajar. Proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan di kelas X DKV selama dua bulan. Selain praktik mengajar, program kegiatan PPL juga meliputi penyusunan perangkat administrasi guru, program pendampingan kegiatan sekolah seperti PPDB, PLS (pengenalan lingkungan sekolah), Pramuka, Gerakan Disiplin Sekolah/tonti, OSIS, dan Ekstrakulikuler Olahraga. Secara umum kegiatan PPL berjalan dengan lancar dengan sedikit hambatan. Praktik mengajar dikelas dilaksanakan sebanyak empat jam setiap minggunya yaitu hari jumat. Mata pelajaran yang ampu adalah gambar sketsa dan gambar bentuk. Jam efektif yang digunakan sebanyak 9 minggu yang didalamnya sudah termasuk melaksanakan tugas harian sebanyak dua kali kompetensi dasar. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini secara garis besar merupakan bentuk penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama duduk dibangku perkuliahan di lapangan sebagai tugas nyata calon guru di sekolah. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Koperasi Yogyakarta banyak mengalaman dan manfaat yang kami dapatkan diantaranya adalah mendapatkan pengalaman nyata dalam mengajar khusunya pada bidang akuntansi, mampu menerapkan berbagai kreatifitas dalam mengajar yang tidak didapatkan dalam bangku kuliah

    TRANSFER TEKNOLOGI MESIN CETAK PELET PADA PETANI NILA

    Get PDF
    Abstrak: Untuk mengurangi biaya operational kelompok tani ikan Nila di Desa Sungai Duren, Muaro Jambi. Permasalahan umum yang dihadapi unit usaha KJA ini diantaranya adalah rendahnya produktifitas perikanan tambak karena biaya pakan yang relative mahal. Solusi yang ditawarkan yakni dengan transfer teknologi pemanfaatan alat pembuat pakan ikan alternatif skala UMKM guna menekan biaya pakan. Hasil dari kegiatan PKM ini adalah peningkatan pemahaman teknologi pembuatan pelet ikan, yang mencakup pada pemahaman formulasi bahan baku pakan, penakaran, peracikan sampai pada tahap pencetakan menggunakan mesin pelet. Dengan pakan alternatif ini didapat potensi penurunan biaya pakan sampai dengan 15,5% untuk kombinasi pemberian pakan 50:50 persen terhadap pakan konvensional. Secara keseluruhan, peningkatan indeks pengaruh kegiatan PKM ini mencapai 2,3 poin, dari 1,7 menjadi 4,0 dalam skala 5, dengan persentase terbanyak dari peningkatan kemampuan dalam formulasi dan pembuatan pakan ikan menggunakan mesin pellet. Abstract:  To reduce operational costs a group of tilapia farmers in Sungai Duren village, Muaro Jambi. They are face several problems such as low productivity of pond fisheries due to relatively high cost of feed. As a solution, transfer of technology of pellets machine for MSME scale was believed may reduce feed costs. The result of this activity was an increasing in understanding of the technology for making fish pellets, which includes understanding the formulation of feed raw materials, dosing, compounding untill molding stage by using a pellet machine. With this alternative feed, the is a potential reduction of feed costs for up to 15.5% for combination of feeding 50:50 percent to conventional feed. Finally, the increasing of understanding index of PKM activities reached 2.3 points, from 1.7 to 4.0 out of 5, with the largest contribution from the increased ability in the formulation and manufacture of fish feed using a pellet machine

    Partisipasi Masyarakat Lokal Medan: Sebuah Tinjauan Atas Kriteria Nasional Pada Proses Penetapan Sebagai Cagar Budaya

    Get PDF
    Among the important problems encountered in the implementation of cultural heritage preservation in Indonesia nowadays is the establishment of the cultural register in national, province, or regency/city levels. Criteria in article 5 of the Law on Items of Cultural Heritage No.11/2010 are insufficient for the process of assigning historical assets as cultural heritage items. The criteria also seem to merely be a “copy and paste” of the previous law. Meanwhile, at the global level, during the last several decades, many countries have begun to adopt the concept of the important values of heritages, which is depicted in the Burra Charter as a reference to develop criteria in assigning items of cultural heritages. To improve our national criteria in the near future, this study is aimed at evaluating national criteria in article 5 based on opinions of 33 representatives of local communities in Medan, as stakeholders in the preservation of cultural heritages in the city of Medan, by performing interviews and group discussions using Nominal Group Technique or NGT. From the diverse opinions of the 33 participants obtained from the two phases of data collecting process, it is concluded that our national criteria in assigning an item of cultural heritage that were mentioned in article 5 of the Law on Items of Cultural Heritage No.11/2010 are still obscure, difficult to measure, overlapping, and not quite in line with global trend. Most participants disagree that age is used as the main criteria. There are a number of suggestions (inputs) from the participants to improve the sentences in article 5 to form criteria that are easier to measure and independent

    Local Community Participation in Establishing the Criteria for Heritage Significance Assessment of the Cultural Heritage in Medan

    Get PDF
    Nilai penting adalah satu-satunya alasan yang mendasari pelestarian cagar budaya. Terbukti bahwa tidak ada masyarakat yang berupaya melestarikan aset bersejarah yang tidak mengandung nilai. Sejak penerbitan Burra Charter pada tahun 1979, banyak negara mengakui pentingnya mengidentifikasi makna atau nilai penting objek warisan budaya untuk mengembangkan kebijakan dan perencanaan dalam pengelolaannya. Saat ini, asesmen nilai penting objek warisan budaya adalah bagian dari proses penetapan aset sejarah menjadi cagar budaya. Meskipun wacana konservasi cagar budaya di Kota Medan telah berkembang sejak 1980-an, tetapi asesmen nilai penting budaya masih merupakan konsep baru untuk komunitas cagar budaya Indonesia karena tidak terdapat uraian yang jelas dalam Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 tahun 2010. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu seperangkat kriteria yang mengandung prinsip, karakteristik, kategori, dan panduan untuk membantu menetapkan apakah aset bersejarah mengandung nilai warisan budaya atau tidak dan untuk menghasilkan penilaian yang lebih akuntabel, transparan, dan konsisten. Menetapkan daftar kriteria selayaknya menjadi wilayah para akademisi dan para ahli yang dikoordinasikan oleh pihak berwenang di daerah setempat. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penetapan kriteria untuk penilaian signifikansi dapat dilakukan dengan melibatkan 33 orang masyarakat lokal melalui tiga fase pengumpulan data dan analisis antara lain survei lapangan; wawancara mendalam; pertemuan kelompok; dan kuesioner kepada 33 peserta. Akhirnya, penelitian ini menghasilkan enam kriteria untuk penilaian penetapan cagar budaya di Kota Medan yang berasal dari lima nilai: sejarah, desain atau arsitektur fisik, budaya dan spiritual, ilmiah, dan sosial. Value is the sole reason underlying heritage conservation. It is self-evident that no society makes an effort to conserve a historic asset what it does not value. Since the publication of the Burra Charter in 1979, many countries recognized the importance of identifying the cultural heritage significance or values to develop the policy and planning in heritage management. Today, the cultural significance assessment is part of the listing process of a historical asset as heritage. Although the discourse of cultural heritage conservation in Medan had evolved since the 1980s, cultural significance assessment is still a new concept for Indonesia heritage community with the absence of its description within the Indonesian Heritage Act No. 11 of 2010. For that reason, we need a set of criteria which contain principles, characteristics, categories, and guidance to help decide whether a historic asset has heritage value or not and to make the assessment results more accountable, transparent, and consistent as well. Establishing criteria for listing have traditionally been the territory of academics and experts coordinated by the authorities of the region. However, this study has shown that establishing criteria for significance assessment could be done by involving 33 local people through three phases of data collections and analyses such as field survey; in-depth interview; group meeting; and questionnaire to the 33 participants. Finally, the research revealed six criteria for the significance assessment of cultural heritage in Medan derived from five values: history, physical design or architecture, cultural and spiritual, scientific, and social

    PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA UMKM DODOL NANAS TRADISIONAL DENGAN MENERAPKAN MESIN LISTRIK PENGADUK DODOL

    Get PDF
    Sebagai sentra komoditi nanas terbesar di Provinsi Jambi, masyarakat Desa Tangkit Baru menghadapi permasalahan pada ketidakmampuan pasar menyerap keseluruhan buah nanas yang telah dipanen, sehingga berujung pada kebusukan. Beberapa upaya telah dilakukan masyarakat yakni dengan mengolahnya menjadi dodol nanas. Proses produksi yang masih tradisional berdampak pada rendahnya produktivitas. Dengan demikian dilakukan program pengabdian kepada masyarakat di Desa Tangkit Baru dengan tujuan mengimplementasikan teknologi mesin pengaduk dodol nanas berbasis motor listrik dengan kompor gas pemanas. Adanya implementasi mesin tersebut memberikan dampak pada meningkatnya efisiensi waktu pengadukan/pemasakan dodol nanas sampai dengan 8,3%. Disamping itu, produk yang dihasilkan dari mesin ini memberikan tekstur dan tampilan yang lebih menarik, tanpa merubah cita rasa secara signifikan. Penerapan teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan animo masyarakat mitra dalam membesarkan unit usahanya menjadi UMKM yang mandiri dan berkembang

    Optimasi Performansi Baterai Li-Ion Dengan Penambahan Surfaktan Pluronic P123 Pada Katoda Baterai LiMnFeCoPO4/C

    Get PDF
    The cathode is the positive electrodes of a battery, and it play role in the discharge process. The cathode modification was carried out by adding a surfactant polymer to improve the performance of the lithium battery. Surfactant pluronic 123 (P123) was used as bleeding on the cathode surface. The cathode in this research is LiMnFeCoPO4/C (LMP/C), it is the development of the LiFePO4 (LFP) cathode. The characterizations used are Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) and Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM). The variations of P123 were 0 wt% and 0.2 wt%. EIS characterization was used to determine the resistance and ionic conductivity, while FESEM was used to analyze the morphology and diameter distribution of the cathode particles. The results show that P123 can impact the cathode, such as charge-transfer resistance (Rct), ionic conductivity, and particle diameter distribution. The addition of P123 mass increases the Rct by 217 Ω and 1030 Ω. In addition, the ionic conductivity is 1.14×10-5 S/cm2 and 2.41×10-6 S/cm2. The particle size of the cathode decrease, but there is agglomeration. This study concludes that P123 impacts the morphological structure and electrical performance of LMP/C

    KEPALA NEGARA NON MUSLIM MENURUT IBNU TAIMIYYAH (661-728H )

    Get PDF
    Isnen Azhar: 2019 “Kepala Negara Non Muslim Menurut Ibnu Taimiyyah” Masalah kepemimpinan bukan hanya persoalan duniawi, akan tetapi juga persoalan ukhrawi yang mana manusia itu akan dimintai pertanggung-jawabannya dihadapan Allah Subhânahu Wa-Ta’âlâ pada hari kiamat kelak, oleh karena itu urgensi seorang pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara telah dijelaskan oleh Allah dan RasulNya, bahkan dalam sebuah komunitas kecil masyarakat seperti dalam sebuah perjalanan, maka Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengintruksikan agar diangkat seorang pemimpin. Jenis penelitian adalah bersifat kepustakaan (library research ). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif. Penelitian ini bersifat deskriftif, analitif, kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau observasi literatur yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang dibahas. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah al-Siyâsah al-Syar’iyyah fi Islâhi al-Râ’î wa al-Ra’iyyah karya Ibnu Taimiyyah, Al-Hisbah karya Ibnu Taimiyyah, Iqtidhô Shirôthô al-Mustaqîm Li-Mukhôlafati Ashâbi al-Jahîm karya Ibnu Taimiyyah, Sedangkan data sekundarnya adalah referensi yang memiliki kolerasi dan relevansi dengan judul penelitian Sebagai hasil penelitaian dalam masalah urgensi kepemimpinan dalam masyarakat Islam, maka penulis menjelaskan pandangan Ibnu Taimiyyah rahimahullah telah membuat persyaratan yang ketat bagi seorang calon pemimpin dengan karakter sebagai berikut : (1). al-Muslim (2). al-Qowiy (3). al-Amin (4). al-Adl (5). al-Khasyyah, Ibnu Taimiyyah rahimahullah telah menjadikan syarat yang paling mendasar pada diri seorang calon pemimpin itu adalah dia wajib seorang “muslim yang hanif”, Ibnu Taimiyyah rahimahullah tidak pernah memberikan peluang dan ruang sedikitpun kepada Non Muslim untuk bisa menjadi pemimpin di tengah mayoritas Islam, diantara bentuk penolakannya terhadap kepemimpinan Non Muslim di tengah mayoritas Islam adalah tulisan beliau yang sangat terang dan jelas tentang hal itu diantaranya : (رﺎﻔﻜﻟا ةﻻاﻮﻣ ﻦﻋ ﻲﮭﻨﻟا )“larangan menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin” dan beliau rahimahullah mengungkapkan dalam tulisannya : ( ى َرﺎ َﺼﱠﻨﻟا َو ِدﻮ ُﮭَﯿﻟا ِةَﻻا َﻮ ُﻣ ْﻦ َﻋ َﻦﯿِﻨ ِﻣ ْﺆ ُﻤﻟا ﻰَﻟﺎَﻌ َﺗ ُﷲ ﻰ َﮭ ْﻨَﯾ )“Allah melarang rrang-orang beriman untuk menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin”. Tentang permasalahan ini penulis telah menukilkan penolakkanpenolakkan beliau rahimahullah terhadap kepemimpinan Non Muslim di tengah mayoritas Islam dalam 17 poin pada bagian terakhir dalam bab IV
    corecore