1,031 research outputs found

    Peranan Pemahaman Petunjuk Operasional Dalam Program Borland Delphi Dan Keseringan Berlatih Terhadap Kemampuan Mengoperasikan Program Borland Delphi1

    Full text link
    The course of Database System includes theory and practice . Consequently the students should master the theory before, they do the practice. The theory is provided by the course with a course book of Borland Delphy programming database system. The Borland Delpy program provides the operational instructions in English. To operate the program then they should understand the instructions. By understanding the instructions hopefully they can operate the program to produce listing of program codes and component graphs. To aquire the skill, they need to practice. The question undert study is which variable plays more significantly in acquiring the skill, their understanding the English instructions or their practice frequency. To find out the answer an ex post facto study was conducted at PGRI University Semarang to undergraduate students majoring in Information Technology Education, PMIPATI Faculty who were taking the course of Database System at semester 3. There were 2 classes with 21 students in each class, 16 of which were included in the study, so there were 32 participants of the study. There were 3 types of data in the study: (1) the data of the students skill in understanding Borland Delhpy Program operational instructions in English, (2) the data of practice frequency, and (3) the data of the mastery of operating Borland Delphy program. The first two data were collected bu using tests, and the third was collected by using a questionairre. It can be concluded from the follow up analyses and the partial correlation coefficient test that ability to understand English instructions in Borland Delphy program had a significant role in the ability to operate it. It was proven by the follow up analysis of t1=5,385>tsig.5%=2,04. It resulted from the course book in Indonesian they used as well as their paying attention to the operational instructionals of the program in English. On the other hand the practice frequency did not significantly contribute to the skill. It was confirmed by the follow up analysis of t2=-0,029<tsig.5% =2,04. It means the less they practice, the less skillful they were in operating the program and in understanding the English instructions of the Borland Delphy program

    On γ-Labeling of (n,t)-Kite Graph

    Get PDF
    Let G(V,E) be a graph of order n and size m. A γ-labeling of G is an one-to-one function f: V(G) → {0, 1, 2, …, m} that induces a labeling f’: E(G) → {1, 2, 3, …, m} of the edges of G defined by f’(e) = |f(u)-f(v)| for each edge e = uv of G. The value of a γ-labeling f is denoted by val(f) = ΣeεEf’(e). The maximum value of a γ-labeling of G is defined by valmax(G) = max{val(f) : f is a γ - labeling of G}, while the minimum value of a γ-labeling of G is defined by valmin (G) = min{val(f) : f is a γ - labeling of G}. In this paper we investigate the valmin(G) of an (n,t)-kite graph G for every integer n ≥ 3, and the lower bound of the valmax(G) of an (n,t)-kite graphs G for n =3 and n=4. Keywords: γ-labeling, (n,t)-kite graphs, Maximum value, Minimum value. Abstrak Misal G(V,E) adalah graf dengan banyak titik n dan banyak sisi m. Suatu pelabelan-γ pada graf G adalah fungsi satu-satu f: V(G) → {0, 1, 2, …, m} yang menghasilkan pelabelan f’: E(G) → {1, 2, 3, …, m} pada sisi-sisi dari G yang didefinisikan oleh f’(e) = |f(u)-f(v)| untuk setiap sisi e = uv pada G. Nilai dari pelabelan-γ f dilambangkan dengan val(f) = ΣeεEf’(e). Nilai maksimum untuk pelabelan-γ f dari graf G didefinisikan oleh valmax(G) = max{val(f) : f adalah pelabelan -γ dari G}, sedangkan nilai minimum untuk pelabelan-γ f dari G didefinisikan oleh valmin (G) = min{val(f) : f adalah pelabelan -γ dari G}. Pada artikel ini kami memberikan valmin(G) dari graf (n,t)-kite G untuk sembarang bilangan bulat n ≥ 3, dan batas bawah untuk valmax(G) dari graf (n,t)-kite G untuk n=3 dan n=4. Kata kunci: Pelabelan-γ, Graf (n,t)-kite, Nilai maksimum, Nilai minimum

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PT. PUTRA GUNA JAYA MULIA SURABAYA

    Get PDF
    Penggunaan sistem informasi diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dalam dunia bisnis. Kesuksesan pengembangan sistem informasi sangat tergantung pada kesesuaian harapan antara sistem analisis, pemakai (user), sponsor dan customer. Pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan dan implementasi yang hati-hati, untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan. Karena perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan perilaku dan organisasional (Bodnar dan Hopwood (1992) dalam Elfreda Aplonia, 2004:24). Adanya Sistem Informasi Akuntansi diharapkan informasi yang dihasilkan lebih berkualitas sesuai dengan kebutuhan dari para pemakai informasi, serta mampu meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi, di mana kinerja sistem akuntansi dapat diukur dengan kepuasan pemakai atas pemakaian Sistem Informasi Akuntansi (Rosmiaty Toding, 2009). Kinerja Sistem Informasi Akuntansi dapat dikatakan baik jika informasi yang diterima memenuhi pemakai informasi dan mampu memberikan kepuasan bagi pemakainya. Penelitian ini nertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari Dukungan Manajemen Puncak, Partisipasi Pemakai, dan Kemampuan Teknik Personal terhadap Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi pada PT. Putra Guna Jaya Mulia Surabaya. Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 25 karyawan (Pelaksana atau karyawan yang menggunakan sistem informasi akuntansi Pada PT. Putra Guna Jaya Mulia Surabaya), Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 25 responden (Pelaksana atau karyawan yang menggunakan sistem informasi akuntansi Pada PT. Putra Guna Jaya Mulia Surabaya) dan kuesioner tersebut terdiri dari 23 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa Dukungan Manajemen Puncak, Partisipasi Pemakai, dan Kemampuan Teknik Personal berpengaruh terhadap Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi pada PT. Putra Guna Jaya Mulia Surabaya, teruji kebenarannya

    KEKUATAN TAK REGULER SISI TOTAL, TITIK TOTAL DAN TOTAL PADA BEBERAPA KELAS GRAF.

    Get PDF
    Misal G(V, E) selanjutnya disingkat G adalah graf sederhana (tidak memu- at loop dan sisi paralel). Pelabelan suatu graf didefinisikan sebagai pemetaan yang membawa elemen-elemen graf ke bilangan-bilangan bulat positif atau non-negatif. Jika domain pemetaan adalah himpunan titik (V ), maka pelabelan disebut pelabel- an titik (vertex labeling), yaitu fungsi ƒ : V → Z≥0. Jika domainnya adalah him- punan sisi (E), maka pelabelan disebut pelabelan sisi (edge labeling), yaitu fungsi ƒ : E → Z≥0 . Jika domainnya adalah himpunan titik maupun sisi (V ∪ E) maka pe- labelan disebut pelabelan total (total labeling), yaitu fungsi f : V ∪E → Z≥0. Suatu pelabelan-k total adalah pelabelan total ƒ : V ∪ E → {1, 2, 3, . . . , k} dengan k ada- lah bilangan bulat. Pelabelan graf dapat dilakukan dengan cara mengaitkan jumlah label dengan elemen-elemen graf. Jumlah label ini dikenal sebagai bobot (weight) dari elemen graf. Misal diketahui pelabelan total ƒ : V ∪ E → {1, 2, 3, . . .}. Bobot titik x pada pelabelan total f didefinisikan sebagai wt(x) = ƒ (x) + Σxy∈E ƒ (xy) se- dangkan bobot sisi xy adalah wt(xy) = ƒ (x)+ ƒ (xy)+ ƒ (y). Pemetaan ƒ : V ∪E →{1, 2, 3, . . . , k} disebut pelabelan-k total tak reguler sisi/titik (edge/ vertex irregu- lar total k-labeling) pada G, jika bobot setiap pasang sisi/titik yang berbeda pada G tidak sama, yaitu ƒ (x) + ƒ (xy) + ƒ (y) = ƒ (u) + ƒ (uv) + ƒ (v) untuk setiap dua sisi xy dan uv yang berbeda pada G atau pada total tak reguler titik berlaku ƒ (x) + Σxy∈E ƒ (xy) = ƒ (u) + Σuv∈E ƒ (uv) untuk setiap dua titik x dan u yang berbeda pada G. Kekuatan tak reguler sisi/titik total (total edge/ vertex irregularity strength) dari graf G, dinotasikan dengan tes(G)/ tvs(G) , didefinisikan sebagai bi- langan bulat positif terkecil k sehingga G mempunyai pelabelan-k total tak reguler sisi/titik. Penelitian disertasi ini dimotivasi oleh adanya hasil untuk kekuatan tak re- guler total pada graf-graf pohon (yaitu graf-graf acyclic) dengan memperhatikan banyaknya sisi atau titik daun. Dari itu muncul pemikiran bagaimana jika keku- atan tak reguler total ditentukan pada graf-graf cyclic dan dengan memperhatikan banyaknya sisi atau titik daun pula. Pada perkembangannya, jika tiap pasang sisi atau titik mempunyai bobot sisi dan bobot titik yang berbeda secara simultan, ma- ka pelabelannya di sebut pelabelan-k total tak reguler total (totally irregular total k-labeling) pada G. Jenis pelabelan ini belum banyak dikaji orang dan hasil-hasil untuk graf-graf pohon maupun graf cyclic belum diperoleh nilai eksaknya. Oleh ka- rena itu, untuk jenis pelabelan total ini, penulis mengawali mengkaji untuk graf-graf pohon terlebih dahulu dan sebagai langkah awal diselidiki pada graf caterpillar. Penentuan nilai eksak kekuatan tak reguler sisi, titik atau total dilakukan dengan cara menunjukkan nilai batas bawah maupun batas atas yang keduanya dibuktikan bernilai sama. Beberapa peneliti telah memperoleh batas bawah keku- atan tak reguler sisi, titik atau total untuk graf-graf pohon dengan memperhatikan banyak sisi daun ataupun graf-graf sebarang dengan memperhatikan derajat titik pada graf. Batas atas ditentukan dengan cara mengkonstruksi suatu pelabelan total sehingga diperoleh label terbesar seminimum mungkin. Dengan kedua langkah tersebut, diperoleh nilai untuk kekuatan tak reguler sisi, titik atau total pada graf. Sebagai validasi, bukti-bukti diberikan dalam bentuk teorema ataupun lemma. Pada penelitian ini telah diperoleh hasil-hasil untuk kekuatan tak reguler sisi atau titik pada graf-graf cyclic dan memperhatikan titik daun, yaitu pada graf-graf helm diperumum, gir diperumum, web diperumum, prisma diperumum dan korona graf dengan titik-titik terisolasi. Sedangkan hasil-hasil untuk kekuatan tak reguler total diperoleh pada graf-graf pohon (acyclic), dalam hal ini adalah graf bintang, dobel-bintang dan dobel bintang dengan cut vertex pada sisi penghubung dua pusat bintang, yang selanjutnya disebut graf caterpillar

    Individuasi pada penggal kepala dengan skaning vertebra C7-T1

    Get PDF
    ABSTRACT Etty Indriati - Individuation in decapitation with C7-T1 vertebral scanning Background: Mutilation to eliminate the identity of murder victim is often conducted in crimes, for instance by cutting the head from the body. In order to determine whether the head belongs to the same individual with the body, research on the vertebral anatomy of the seventh cervical and first thoracic vertebrae is very important to be conducted. Objective: to observe the morphological congruence between the seventh cervical vertebrae and the first thoracic vertebrae. Material and Method: Thirty skeletons housed at the Laboratory of Anatomy, Embryology and Anthropology Gadjah Mada University Faculty of Medicine, Yogyakarta. The methodology is by scanning the C7 and T1 with three-dimensional scanner Umax Astra 2000, which scanned the bones into two dimensional on scanning paper. The scanned C7 is superimposed to T1, in the same individual and also between individual. Result: High degree of congruence between C7-T1 occurred at lamina, the structure that connects the pedicle and spinous process. This congruence extends into the posterio-inferior lateral border at the interior articular facets. Superimposition of C7-T1 inter-individual showed no accordance on the spinous process, lamina, inter-vertebral foramen, transverse process, and corpus vertebrae. Thus there was no two individuals had the same size and contour of C7-T1. Conclusion: This research is important in determining individuation on decapitation homicide where the body is dispersed from the head. This study also shows the contribution of anatomy in forensic sciences. Key words: decapitation, individuation, congruence, vertebrae, scannin

    Beberapa Faktor Maternal, Sosial Ekonomi dan Jarak Rumah yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Bayi di Kelurahan Tandang Semarang tahun 2002

    Get PDF
    Status kesehatan ibu dan anak yang diukur melalui angka kesakitan dan kematian merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya Pelayanan Kesehatan Dasar. Salah satu unsur penting dalam penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak adalah memberikan pemeliharaan pada waktu hamil (pelayanan antenatal) yang cukup baik dan dimulai sedini-dininya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa faktor maternal, sosial ekonomi dan jarak rumah terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu bayi di wilayah kerja Kelurahan Tandang Semarang. Jenis penelitian ini termasuk Explanatory Research dengan pendekatan Cross Sectional Study. Didapat 54 sampel yang diperoleh secara Simple Random Sampling. Untuk menguji hipotesa digunakan uji Chi-Square. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 responden 77,8% memanfaatkan pelayanan antenatal sesuai standar dan 22,2% tidak memanfaatkan sesuai standar.Responden dengan kelompok umur reproduksi sehat 30 orang (55,6%) dan 24 orang (44,4%) bukan umur reproduksi sehat. Responden dengan tingkat pendidikan lanjutan 26 orang (48,1%) dan 28 orang (51,9%) dengan pendidikan dasar. Responden dengan jumlah partas 3 sebanyak 11 orang (20,4%). Pendapatan keluarga responden diatas UMR 37 orang (68,5%) dan bibawah UMR 17 orang (31,5%). Tarif pelayanan dirasa mahal oleh 8 orang (14,8%) responden , sedang 34 orang (63,0%) dan murah oleh 12 orang (22,2%). Jarak rumah yang dekat dengan tempat pelayanan 8 orang (14,8%), sedang 40 orang (74,1%) dan jauh 6 orang (11,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna umur responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,001), ada hubungan yangbermakna tingkat pendidikan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,002), ada hubungan yang bermakna paritas responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,004), ada hubungan yang bermakna pendapatan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,003), ada hubungan yang bermakna tarif pelayanan responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,018) dan ada hubungan yang bermakna jarak rumah responden dengan pemanfaatan pelayanan antenatal (p=0,001) Dari hasil penelitian diatas diharapkan adanya upaya peningkatan kerjasama lintas sektor Departemen Kesehatan dan Departemen Agama dalam pendewasaan usia menikah pada pasangan yang ingin menikah dengan menerapkan aturan batas usia minimal untuk menikah. Kata Kunci: Faktor maternal, sosial ekonomi, jarak rumah, pemanfaatan pelayanan antenatal, hubunga
    • …
    corecore