20 research outputs found
PERAN TEPUNG SINGKONG PADA KUALITAS MIE SAYUR
Mie kering merupakan salah satu makanan yang sangat popular di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku pembuatan mie kering adalah tepung terigu yang 100% masih impor. Untuk mengurangi ketergantungan pada tepung terigu maka dapat digunakan bahan pengganti, salah satunya adalah tepung singkong.
Penggunaan tepung singkong sebagai bahan pensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan mie kering adalah sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai tambah dari singkong dan juga mengurangi penggunaan dari tepung terigu. Namun kebiasaan mengkonsumsi mie instan tanpa adanya tambahan sayur menjadi kurang tepat karena tidak semua kebutuhan zat gizi terpenuhi. Oleh karena itu dalam
pembuatan mie perlu adanya penambahan zat gizi misalnya penambahan sayur.
Dengan adanya penambahan tepung sayur akan meningkatkan kandungan serat pada mie kering yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi tepung singkong :tepung terigu dengan penambahan berbagai jenis tepung sayur terhadap kualitas
mie kering. penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor dan 2 kali ulangan. Faktor 1 proporsi tepung singkong : tepung terigu 70%:30%,50%:50%,70%:30%. Faktor 2 penambahan tepung wortel 5%, tepung sawi 5% dan tepung cabe 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah pada proporsi tepung singkong : tepung terigu (30:70) dan penambahan tepung cabe 5% yang memiliki karakteristik mendekati mie dari tepung terigu 100%. Mie kering ini
memiliki komposisi kimia sebagai berikut kadar air 10,525%, kadar serat kasar 2,285%, kadar pati 39,970%, kadar protein 19,813%, daya rehidrasi 50,475%, elastisitas 16,155%, dan tingkat kesukaan rasa 164,5 (sangat suka), kesukaan tekstur 157,5 (sangat suka), dan kesukaan warna 162,5 (sangat suka). Hasil analisis finansial diperoleh Break Event Point (BEP) dicapai 24,77% atau sebesar Rp. 155.733.250,71 dengan kapasitas titik impas 34.685,77 bungkus/tahun, Payback
Period (PP) dicapai selama 4 tahun, Benefit Cost Ratio 1,080, NPV Rp. 3.524.684,- dan IRR 24,076%
PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KOSA KATA ANAK USIA DINI DI TK TUNAS KARYA BANDAR LAMPUNG
ABSTAK
Kemampuan kosakata anak di kelompok B TK Tunas Karya
masih tergolong rendah, h a l ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya anak dalam berbicara masih kurang dalam pengucapan
artikulasi bunyi kosakata yang kurang jelas, dan anak tidak bisa
mengulang kosakata yang sudah didengar. Maka dari itu mendorong
pendidik untuk mengembangkannya. Media audio visual adalah salah
satu yang di gunakan untuk mengembangkan kosakata anak. Karena
dengan memilih metode yang tepat maka dapat menjadi penunjang
keberhasilan pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan
media audio visual dan kemampuan anak dalam meningkatkan kosa
kata anak di TK Tunas Karya Bandar Lampung
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang
difokuskan pada situasi kelas atau disebut Classroom Action
Research. Alat pengumpul data terdiri dari observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Analisis data penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus,
dimana dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada siklus I
dan siklus II maka dapat penulis simpulkan bahwa penerapan
media audio visual dapat meningkatkan kosakata anak pada kelompok
B di TK Tunas Karya Bandar Lampung. Hal ini terlihat dari adanya
peningkatan kosakata, anak didik yang berkembang sangat baik SB
pada pertemuan siklus I mencapai 48 % , pertemuan siklus II
mencapai 80% dan siklus III mencapai 85% tingkat keberhasilan .
KATA KUNCI: Kosakata, Media Audio Visual, Anak Usia Din
PERAN TEPUNG SINGKONG TERHADAP KUALITAS MIE KERING
Mie kering merupakan salah satu makanan yang sangat popular di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku pembuatan mie kering adalah tepung terigu yang 100% masih impor. Untuk mengurangi ketergantungan pada tepung terigu
maka dapat digunakan bahan pengganti, salah satunya adalah tepung singkong.
Penggunaan tepung singkong sebagai bahan pensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan mie kering adalah sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai tambah dari singkong dan juga mengurangi penggunaan dari tepung terigu. Namun kebiasaan mengkonsumsi mie instan tanpa adanya tambahan sayur menjadi kurang tepat karena tidak semua kebutuhan zat gizi terpenuhi. Oleh karena itu dalam
pembuatan mie perlu adanya penambahan zat gizi misalnya penambahan sayur.
Dengan adanya penambahan tepung sayur akan meningkatkan kandungan serat pada mie kering yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi tepung singkong : tepung terigu dengan penambahan berbagai jenis tepung sayur terhadap kualitas mie kering. penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
faktor dan 2 kali ulangan. Faktor 1 proporsi tepung singkong : tepung terigu70%:30%,50%:50%,70%:30%. Faktor 2 penambahan tepung wortel 5%, tepungsawi 5% dan tepung cabe 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah padaproporsi tepung singkong : tepung terigu (30:70) dan penambahan tepung cabe 5%yang memiliki karakteristik mendekati mie dari tepung terigu 100%. Mie kering ini memiliki komposisi kimia sebagai berikut kadar air 10,525%, kadar serat kasar2,285%, kadar pati 39,970%, kadar protein 19,813%, daya rehidrasi 50,475%,elastisitas 16,155%, dan tingkat kesukaan rasa 164,5 (sangat suka), kesukaan tekstur 157,5 (sangat suka), dan kesukaan warna 162,5 (sangat suka). Hasil analisis finansial diperoleh Break Event Point (BEP) dicapai 24,77% atau sebesar Rp.
155.733.250,71 dengan kapasitas titik impas 34.685,77 bungkus/tahun, Payback Period (PP) dicapai selama 4 tahun, Benefit Cost Ratio 1,080, NPV Rp. 3.524.684,-
dan IRR 24,076%
Analisis Komparasi dan Hubungan Karakteristik Lingkungan Sosial dengan Efektivitas Kebijakan Program Indonesia Pintar Sekolah Dasar (PIP-SD) di Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Kebijakan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan nasional dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu kebijakan pendidikan yang dilaksanakan Pemerintah adalah program untuk meringankan kebutuhan pendidikan siswa dari keluarga rentan miskin, yaitu Program Indonesia Pintar (PIP). Dalam implementasinya, PIP tidak lepas dari permasalahan yang mempengaruhi efektivitas program, salah satunya adalah karakteristik lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan berbagai indikator efektivitas PIP hanya mampu dicapai dengan baik apabila sasaran program memiliki karakteristik lingkungan sosial yang mendukung pendidikan. Sehingga penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan efektivitas PIP-SD pada dua kelompok sasaran, serta untuk mengetahui hubungan karakteristik lingkungan sosial dengan efektivitas kebijakan PIP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis statistik non parametrik. Lokasi penelitian di Kecamatan Garung, dengan responden orang tua siswa penerima PIP di SD N 1 Garung dan SD N Larangan. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Sedangkan uji hipotesis pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu uji beda dan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan efektivitas PIP-SD pada dua kelompok sasaran di Kecamatan Garung yang ditandai dengan nilai signifikansi Asymp. Sig.(2-tailed) pada uji u mann whitney sebesar 0,000<0,1 (taraf signifikansi). Selain itu juga terdapat hubungan antara karakteristik lingkungan sosial dengan efektivitas kebijakan PIP-SD di Kecamatan Garung yang ditandai dengan nilai signifikansi Sig.(2-tailed) sebesar 0,000<0,1. Hubungan kedua variabel cukup kuat dan searah karena menunjukkan nilai koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0,684. Sehingga apabila karakteristik lingkungan sosial semakin baik maka pencapaian efektivitas PIP juga akan semakin tinggi
Efektivitas ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025 dalam Pengembangan Pariwisata Indonesia Tahun 2016-2019
Penelitian yang berjudul “Efektivitas ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025 dalam Pengembangan Pariwisata Indonesia Tahun 2016-2019” ini akan mengkaji tingkat efektivitas implementasi ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025 dalam pengembangan pariwisata Indonesia tahun 2016-2019. Fokus penelitian ini adalah bagaimana efektivitas implementasi ATSP 2016-2025 dalam pengembangan pariwisata Indonesia tahun 2016-2019 yang dianalisis berdasarkan teori efektivitas rezim. Berdasarkan data- data yang diperoleh dan melalui teori efektivitas rezim, ditemukan bahwa implementasi ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025 di Indonesia tahun 2016-2019 belum menunjukkan kesuksesan. Hal ini dikarenakan tidak adanya sinkronisasi antara permasalahan pariwisata Indonesia dengan arahan strategis yang ada dalam ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025 dan kendala-kendala internal dalam pariwisata Indonesia. Selain itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah memiliki programnya prioritasnya sendiri yang dinilai lebih tepat untuk meningkatkan pariwisata Indonesia. Lebih lanjut, ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016-2025 yang tidak memiliki ikatan memaksa kepada negara-negara anggota ASEAN membuat Indonesia tidak sepenuhnya mematuhi ATSP 2016-2019
THE LANGUAGE ASSESSMENT LITERACY(LAL)OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL EFL TEACHERS: A SURVEY
Language assessment literacy refers to the knowledge and skills associated with the assessment of language ability that teachers engaged in assessment activities are required to experience to perform assessment tasks. The main purpose of this study was to obtain Vocational high school EFL teachers will be considered literate about language assessment literacy when they understand clearly purposes of assessment, methods of assessment, and procedures of assessment at their teaching subject. The study uses quantitative method, in total 42 Vocational high school EFL teachers from greater Jakarta area filled out questionnaires and 4Vocational high school EFL teachers participated in semi-structured interviews.For this study, a set of a questionnaire from Cheng, Rogers, & Hu (2004) was employed to collect data, and the interview only uses triangulation; 10% of questionnaire respondents. The result of this study shows Vocational high school EFL teachers were literate in assessment purposes, assessment methods, and assessment procedures because they involved in aspects of assessment purposes, assessment methods, and assessment procedures. On the other hand the result shows they seem not really understand regarding assessment purposes, assessment methods, and assessment procedures because the teacher was less involved in some other aspects of purposes, methods and procedure of assessment. This due to there still lack of understanding of language assessment literacy for teachers.
Key words:Assessment Literacy, Language assessment literacy, Vocational high school EFL teachers.
********
Literasi Penilaian Bahasa mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan penilaian kemampuan bahasa yang mana guru yang terlibat dalam kegiatan penilaian untuk melakukan tugas penilaian.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh guru EFL sekolah menengah kejuruan akan dianggap literate mengenai literasi penilaian bahasa ketika mereka memahami dengan jelas tujuan penilaian, metode penilaian, dan prosedur penilaian pada mata pelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, secara total 42 guru EFL SMK dari sekolah-sekolah di Jakarta dan sekitarnya mengisi kuesioner dan 4 guru EFL SMK berpartisipasi dalam wawancara semi-terstruktur. Untuk penelitian ini, satu set kuesioner dari Cheng, Rogers, & Hu (2004) digunakan untuk mengumpulkan data, dan wawancara hanya menggunakan triangulasi; 10% dari responden kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaguru EFL SMK literate dalam tujuan penilaian, metode penilaian, dan prosedur penilaian karena mereka terlibat dalam aspek tujuan penilaian, metode penilaian, dan prosedur penilaian. Di sisi lain, hasil menunjukkan bahwa mereka tampaknya kurang memahami tujuan penilaian, metode penilaian, dan prosedur penilaian karena guru kurang terlibat dalam beberapa aspek tujuan, metode dan prosedur penilaian lainnya. Hal ini disebabkan masih kurangnya pemahaman literasi penilaian bahasa bagi guru.
Kata kunci:Literasi Penilaian, Literasi Penilaian Bahasa, Guru EFL SMK
TINJAUAN MAQASHID SYARIAH TENTANG WANITA YANG MEMILIH MELAJANG (Studi Kasus Kelurahan Panjang Utara Kota Bandar Lampung)
ABSTRAK
Islam memandang bahwa kawin (nikah) merupakan
suatu fitrah manusia dan merupakan perbuatan manusia yang
terpuji, dalam menyalurkan nafsu seksualnya agar tak
menimbulkan kerusakan pada dirinya dan masyarakat lain.
Ketika sudah memiliki pasangan yang sesuai kriteria, sudah
lulus sekolah atau sudah mendapatkan pekerjaan, wanita akan
segera menikah tanpa paksaan. Di Kelurahan Panjang Utara,
Kota Bandar Lampung, terdapat beberapa wanita dewasa yang
menunda pernikahan atau terkesan enggan untuk menikah
hingga usianya memasuki masa manopouse. Berdasarkan hal
tersebut, yang menjadi rumusan masalah adalah apa faktor
penyebab wanita memilih melajang di Kelurahan Panjang Utara,
Kota Bandar Lampung dan bagaimana tinjauan maqashid
syariah tentang wanita yang memilih melajang di Kelurahan
Panjang Utara, Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apa faktor penyebab wanita memilih melajang
di Kelurahan Panjang Utara, Kota Bandar Lampung dan
mengetahui bagaimana tinjauan maqashid syariah tentang
wanita memilih melajang di Kelurahan Panjang Utara, Kota
Bandar Lampung.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif atau penelitian lapangan (field research)
yang bersifat deskriptif analisis.Penelitian ini berlokasi di
Kelurahan Panjang Utara, Kota Bandar Lampung. Sumber data
yang digunakan yaitu data primer yang berasal dari 3(tiga)
wanita lajang yang belum menikah dan data sekunder. Dengan
metode pengumpulan data berasal dari wawancara (interview),
observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut; Beberapa faktor penyebab wanita
tersebut belum menikah atau enggan untuk menikah
dikarenakan belum ada jodohnya, hingga tidak lagi memiliki
hasrat untuk menikah karena sudah memasuki usia menopose
serta khawatir tidak bisa memberikan keturunan kepada
suaminya karena usianya yang rentan untuk bereproduksi.
iv
Terdapat juga diantara mereka yang menderita penyakit menular
seksual (HIV) sehingga membuatnya tidak bisa menikah, karena
khawatir akan menyebarkan penyakit tersebut kepada suami dan
anaknya kelak. Berdasarkan tinjauan maqashid syariah, maka
perbuatan 3 wanita lajang di Kelurahan Panjang Utara, Kota
Bandar Lampung tidak menyalahi syariat Islam karena menunda
pernikahan atau memilih melajang seumur hidupnya
dikarenakan menjaga jiwa (النفس حفظ(dan menjaga agama ( حفظ
الدين .(Serta hukum bertabattulnya adalah mubah (boleh),
karena apabila mereka menikah, akan memberikan mudharat
untuk pasangannya daripada maslahatnya.
Kata Kunci: Hukum menikah, Wanita Lajang, Tabattul,
Maqashid Syariah.
v
ABSTRACT
Islam views that marriage (marriage) is a human nature
and is a commendable human act, in channeling his sexual
desires so as not to cause damage to himself and other
communities. When you already have a partner who meets the
criteria, have graduated from school or have found a job,
women will immediately marry without coercion. In Panjang
Utara Village, Bandar Lampung City, there are several adult
women who delay marriage or seem reluctant to marry until
they enter menopause. Based on this, the formulation of the
problem is what are the factors that cause women to choose to
be single in North Panjang Village, Bandar Lampung City and
how is the sharia maqashid review of women who choose to be
single in North Panjang Village, Bandar Lampung City. The
purpose of this study is to find out what factors cause women to
choose to be single in Panjang Utara Village, Bandar Lampung
City and to find out how the maqashid sharia reviews about
women choosing to be single in Panjang Utara Village, Bandar
Lampung City.
The method used in this research is qualitative research
or field research with descriptive analysis. This research is
located in Panjang Utara Village, Bandar Lampung City. The
data sources used are primary data from 3 (three) single women
who are not married and secondary data. With the method of
data collection comes from interviews (interviews), observation
and documentation.
Based on the results of this study, it can be concluded as
follows; Several factors cause the woman to be unmarried or
reluctant to marry because there is no soul mate, so that she no
longer has the desire to marry because she has entered
menopause and is worried that she will not be able to give
offspring to her husband because of her vulnerable age to
reproduce. There are also among them who suffer from sexually
transmitted diseases (HIV) that make them unable to marry, for
fear of spreading the disease to their husbands and children in
the future. Based on the maqashid sharia review, the actions of
3 single women in Panjang Utara Village, Bandar Lampung
vi
City do not violate Islamic law because they delay marriage or
choose to be single for the rest of their life because they guard
the soul(النسل حفظ( and keep religion (الدين حفظ .(And the law of
repentance is permissible, because if they married, will do more
harm than good to their partner.
Keywords: Marriage law, Single Women, Tabattul, Maqashid
Sharia