25 research outputs found

    SKIN RHYTHM: SEBUAH KARYA MUSIK KONTEMPORER

    Get PDF
    Tulisan ini menjabarkan garapan seni musik Skin Rhythm yang merupakan salah satu komposisi kekinian dengan mencoba menuangkan inspirasi dalam bentuk bahasa musikal lewat media ungkap kulit sebagai sumber bunyi. Teknik permainan alat dipadukan antara trhnik-tehnik gamelan Bali dengan mensiasati hitungan lagu yang bervariasi. Strukturisasi lagu dibuat bebas dengan motif-motif lagu pendek-pendek karena tidak memanfaatkan unsur melodi sebagai pembentuk. Komposisi ini disajikan dalam bentuk musik murni (konser) yang disajikan secara atraktif karena penata ingin mendapatkan warna tersendiri dalam pementasan. Gerak laku pemain ditata dalam berbagai bentuk pola lantai dan para pemain tidak terpaku pada satu instrumen saja

    KENTONGAN SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DITINJAU DARI PENDEKATAN SOSIAL DAN MUSIKAL

    Get PDF
    Kentongan sebagai media komunikasi dalam masyarakat di Bali, dapat dilihat dari dimensi vertikal dan horizontal. Dalam konteks sosial masyarakat, Kentongan dapat mengikat lembaga kemasyarakatan, seperti : desa, banjar, dadia, subak, seka-seka,maupun organisasi lainnya. Sebagai salah satu alat music, Kentongan mampu beradaptasi dan berkolaborasi dengan gamelan lainnya di Bali dengan fungsi untuk memperkaya ritme. Dalam tata garap komposisi, Kentongan sangat fleksibel, karena dapat digarap berdasarkan teknik kotekan maupun dapat dibuat (distem) berdasarkan melodi yang diinginkan

    SURAT PENCATATAN CIPTAAN Pewayangan: LORD SIVA SAVES THE UNIVERSE

    Get PDF

    SURAT PENCATATAN CIPTAAN Musik Karawitan: ALAS GESING

    Get PDF

    SURAT PENCATATAN CIPTAAN Musik Karawitan: URIP ING GENI

    Get PDF

    SURAT PENCATATAN CIPTAAN Musik Karawitan: PERING UTAMA

    Get PDF

    SEJARAH SENI PERTUNJUKAN KABUPATEN GIANYAR

    Get PDF
    KATA PENGNATAR Kabupaten Gianyar telah dikenal oleh masyarakat dunia baik dalam maupun luar negeri sebagai daerah seni, termasuk di dalamnya seni lukis, seni pertunjukan, seni patung, seni kria maupun seni tenun. Gianyar juga memilki berbagai macam makan tradisional (kulimer) dan yang paling khas aalah Babi Guling. Untuk membangkitkan dan mengembangkan potensi seni yang ada, maka Pemerintah Kabupaten Gianyar telah menjalin kerjasama dengan Insititut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Salah satu realisasi dari kerjasama itu dilakukan penulisan buku dengan judul Sejarah Seni Pertunjukan Kabupaten Gianyar. Penulisan buku ini dicanangkan dalam untuk menyongsong ditetapkannya kota Gianyar sebagai Word Craf City (WCC). Untuk menulis buku ini, semula kami sebagai tim penulis merasa sangat sulit menyelasaikanya. Kesulitan utama adalah sumber karena, landasan utama penulisan sejarah adalah sumber. Sumber tentang seni pertunjukkan sangat langka, biasanya penulis sejarah seni pertunjukan berpegang pada prasasti dan artefak. Sumber prasasti bisanya mencantumkan secara singkat tentang jenis kesenian dan kebijakan raja, sedangkan artefak hanya memberikan ilustrasi keberadaan seni pertunjukan pada jaman Bali Kuna. Kenyataanya seni pertunjukan hidup dan diwarisi di daerah Gianyar mengandung makna sebagai pedoman prilaku, yang dapat diliterasi melalui gerak simbolik yang ditampilkan dan cerita yang digunakan. Melalui gerak dan cerita serta perubahan jiwa jaman sejarah seni pertunjukan di Gianyar dapat jelaskan yang akhirnya penulisan buku ini dapat diselesaikan. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih banyak yang perlu disempurnakan tetapi dapat dijadikan petunjuk untuk menuliskan sejarah seni pertunjukan berikutnya. Oleh karena itu, rasa bakti dan puji syukur kami aturkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan jalan yang tak dapat dijelaskan untuk menyelesaikan buku ini. Penulisan bisa berjalan sesuai dengan harapan karena dibiaya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar, karena itu ucapan terima kasih yang dari lubuk hati yang terdalam kami aturkan kepada Bapak Bupati Gianyar, I Made Mahayastra, SST. Par. MAP. Ucapan terima kasih juga kami aturkan kepada Bapak Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum yang telah memberikan semangat dan dorongan yang sangat kuat untuk menyelesaikan penulisan ini. Kepada Ibu Ida Ayu Surya Mahayastra juga saya ucapkan banyak terima kasih selaku Dewan Kerajinan Nasional Kabupaten Gianyar yang telah memberikan semangat dan doringan yang kuat dalam menyelesaikan penulisan buku ini. Kepada Bapak Kepala BAPEDA daerah Kabupaten Gianyar, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan kami ucapkan banyak terima kasih karena telah berjuang dan bersusah payah memperlancar perjalanan penulisan buku ini. Kepada berbagai pihak terutama rekan-rekan di ISI Denpasar yang telah mendukung secara moral maupun tenaga juga kami ucapkan banyak terima kasih. Dalam kata pengantar ini perlu kami sampaikan bahwa penulisan ini berpedoman pada asumsi sejarah berdasarkan perubahan jiwa jaman. Setiap jaman akan menawarkan sistem budaya sebagai landasan normatif dalam kehidupan bermasyarakat. Landasan normatif akan mengalami perubahan sesuai dengan perubahan jiwa jaman yang berimplikasi pada munculnya seni pertunjukan. Perubahan landasan normatif itulah dapat dijadikan landasan untuk menjelaskan perkembangan seni pertunjukan dari masa lampau sampai ke masa kini. Perubahan jiwa jaman akan merubah sistem budaya yang berimplikasi pada perubahan kreavitas manusia dalam bidang seni pertunjukan. Ketika keyakinan masyarakat Gianyar yang sangat kuat terhadap roh gaib dapat mengganggu ketentraman masyarakat, berimplikasi pada munculnya berbagai jenis seni pertunjukan sebagai media pemujaan pada roh gaib. Jenis-jenis seni pertunjukan itu dapat diasumsikan dengan munculnya berbagai jenis tari Sanghyang. Tari Sanghyang merupakan tari kesurupan, dimana penarinya di rasuki kekuatan gaib, sehingga dalam kitidak sadarnya mereka menari. Kata hyang dalam masyarakat Bali dianalogikan dengan roh gaib, sehingga tari Sanghyang adalah tari yang dimasuki roh gaib. Sebutan tari Sanghyang dikaitan dengan roh yang memasukinya, sehingga ada tari Sanghyang Dedari, Sanghyang Jaran, Sanghyang Kambing, Sanghyang Celeng, Sanghyang Bojog, dll. Dengan munculnya sistem kerajaan di Gianyar, maka sistem budaya yang dilembagakan juga mengalami perubahan, sehingga muncul dikotomi budaya yaitu budaya kerajaan dan budaya kerakyatan. Sistem budaya ini berimplikasi pada ratu dan panjak (kaulagusti) yang pada prinsipnya bertujuan untuk menguatkan (legitimasi) kekuasaan raja. Sistem budaya yang dilembagakan ini juga berimplikasi pada munculnya berbagai jenis seni pertunjukan dengan mengambil sumber cerita tentang kerajaan dan nilai moral keagamaan. Seni pertunjukan itu dapat diasumsikan antara lain, Dramatari Gambuh, Wayang Wong, Parwa, Arja dan Legong Keraton. Perubahan jiwa jaman dari jaman kerajaan kejaman demokrasi, muncul berbagai kreativitas seni pertunjukan yang mengarah pada kebebasan berekpresi dan berinovasi. Dengan demikian maka muncul berbagai jenis seni kreasi baru dan seni pertunjukan kontemporer, sebagai hasil kemasan terhadap seni tradisi atau perpaduan antara berbagai unsur seni yang datang dari luar. Dengan selesainya penulisan buku ini akan dapat disadari bahwa daerah Kabupaten Gianyar memiliki berbagai jenis seni pertunjukan yang diwarisi dari jaman Bali Kuna sampai sekarang. Pewarisan itu tidak hanya dalam bentuk pertunjukan tetapi fungsi dan maknanya sebagai pembentuk karakter bangsa. Berbagai nilai ditawarkan oleh seni pertunjukan yang dapat digunakan sebagai pedoman prilaku dalam kehidupan masyarakat. Gianyar, …………2019 Tim Penulis

    SWAGINA-SAMPANA-RUPASAMPANNA Desa Swabudaya Penglipuran

    Get PDF
    HATUR PIUNING KETUA TIM DESA ADAT PENGLIPURAN Om Swastiastu, Namobudaya, Salam Kebajikan, Rahayu Terima kasih dihaturkan ke hadapan Hyang Widi Wasa atas asung kertha waranugraha-Nya, pelaksanaan Nata Citta Swabudaya (NCS) Desa Adat Penglipuran dapat terlaksana dengan lancar, sukses, dan bermakna. CS merupakan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bermitra dengan Desa Adat Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Adat Penglipuran dipilih sebagai mitra NCS karena potensi desa yang layak dikembangkan dalam bidang seni budaya. Adapun kegiatan NCS di Desa Adat Penglipuran terdiri atas rekonstruksi tari dan iringan Baris Presi, pembuatan film dokumenter tari Baris Jojor, pelatihan berbusana adat Bali, tata rias dan sanggul Bali, pelatihan menggambar, membuat ornamen alat-alat upacara, pelatiahan MC, pelatihan pembuatan merchandise melalui cetak resin dan cetak saring, peletakan prasasti NCS ISI Denpasar dan buku monografi Desa Adat Penglipuran. Kegiatan NCS dilaksanakan dengan saling bersinergi dan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat yang ada di Desa Adat Penglipuran. Buku monografi Desa Adat Penglipuran dengan judul Swagina-Sampana-Rupasampanna memberikan gambaran mengenai Desa Adat Penglipuran dengan potensi sumber daya alam yang dikelilingi oleh hutan bambu dan tanah perkebunan, sehingga suasana desa sangat sejuk, tenang dan nyaman. Secara visual desa adat Penglipuran sangat unik dan menarik, karena Masingmasing pekarangan memiliki angkul-angkul unik sebagai pintu rumah masuk dan memiliki bentuk yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Bentuk angkul-angkul yang seragam dan atapnya terbuat dari tumpukan bambu merupakan identitas dari wajah desa yang sangat artistik. Masyarakat Penglipuran sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi yang ada, baik secara fisik maupun non fisik, sehingga Desa adat Penglipuran menjadi destinasi desa wisata yang sangat terkenal di manca negara. Masyarakat Penglipuran sangat makmur karena sangat produktif, selain mengembangkan IKM loloh cemcem dan kunyit, juga banyak terjun sebagai peternak, perajin, dan seniman serta ekonomi masyarakat sangat didukung oleh pariwisata yang semakin meningkat. Selain terkenal karena keunikan permukimannya, Desa Adat Penglipuran juga sebagai desa yang bersejarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya monumen perjuangan Anak Agung Anom Mudita yang terletak di bagian selatan desa, dan masyarakat menyebutnya sebagai Pura Dalem Mudita. Melihat Potensi Desa Adat Penglipuran sebagai desa Wisata yang berbasis lingkungan dan adat budaya, maka pelaksanaan NCS sangat tepat sebagai upaya mendorong pemajuan seni budaya masyarakat setempat yang sejalan visi NCS, yakni mewujudkan ekosistem seni budaya berkelanjutan. Seluruh tim NCS Desa Adat Penglipuran menghaturkan terima kasih kepada seluruh prajuru dan masyarakat karena telah memberikan perhatian yang besar dan berkontribusi dalam pelaksanaan NCS ini secara maksimal. Denpasar, 16 Juni 2022 Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.S

    Kumbang atarung

    No full text
    Penciptaan komposisi kumbang atarung termotivasi oleh rangsang visual dan auditif terhadap kumbang tamulilingan yang dipadukan dengan teknik gagebug gamelan bali gender pewayangan dan gamelan angklung. Komposisi ini digarap dengan menggunakan proses penggrapan yang meliputi 3 tahapan yaitu tahap penjajagan, percobaan dan pembentukan. Komposisi inimerupakan komposisi karawitan tradisional kontemporer dengan pendekatan garap melodis yang secara musikal dalam penyajiannya pengrawit cenderung berpindah dari satu instrumen ke instrumen lainnya. Tema yang diangkat adalah peperangan sebagai sebagai media ungkap adalah gamelan semar pagulingan saih pitu, angklung kocok, kendang dan beberapa buah suling. Garapan ini merupakan garapan vokal instrumental
    corecore