90 research outputs found
NILAI MORAL DALAM CARITA RAKYAT TOLAKI “OHEO”
Penelitian ini mengkaji tentang Nilai Moral dalam Cerita Rakyat Tolaki “Oheo”adalah bagaimana kah nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Tolaki Oheo”?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Tolaki Oheo”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Jenis penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik baca dan teknik catat. Data penelitian dianalisis menggunakan pendekatan objektif. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan wujud nilai-nilai moral meliputi: (a) hubungan manusia dengan diri sendiri (individual) berupa sikap; kepatuhan, pemberani, rela berkorban, jujur, adil bijaksana, menghormati dan menghargai, bekerja keras, menepati janji, tahu balas budi, baik budi pekerti, rendah, hati, dan hati-hati dalam bertindak. Perwujudan yang paling dominan adalah kepatuhan, bekerja keras. (b) hubungan manusia dengan manusia lain (sosial) berupa kasih sayang, tolong menolong.
Kata Kunci: Cerita Rakyat dan Nilai Moral
Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Bishop di Pit ALC-14 Tambang Batubara PT. Equalindo Makmur Alam Sejahtera Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
The coal mining, especially at the production stage, must pay attention to the slope stability. This study aims to determine the factor of safety (FoS) of the mine slope with the limit equilibrium method. This analysis also includes the influence of the slope geometry, physical and mechanical properties of the slope materials of PT. Equalindo Makmur Alam Sejahtera, East Kalimantan. The limit equilibrium method used is the Bishop Method, which uses the principle of moment equilibrium by calculating the normal force between slices. The geomorphology unit classified as hilly units with 70% angle of slope face, composed by sandstone and claystone intercalations with coal. The results of the analysis show the stability level of lowwall, and highwall slopes are quite varied with low FoS values found on the lowwall, such as the slopes in the incision B-B 'and C-C'. The slip failure on the unstable slope is in the contact area between sandstone and claystone, although single slope analysis also shows the slip failure in the form of claystone and coal contact. The low FoS value on the lowwall slope is influenced by the dip of the rock layer in the parallel direction of the slope face, supported by the higher slope face angle of the overall-slope on the lowwall, and the lower internal friction angle in the claystone. The slope design recommendations are carried out by re-sloping and enlarging the width of the bench. The presence of tension cracks and mud cracks on unstable slope faces shows the need for slope monitoring
Karakteristik Mineral Grafit Daerah Samaturu, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
Mineral grafit merupakan salah satu bentukan dari unsur karbon. Mineral grafit memiliki banyak kegunaan dalam bidang teknologi, salah satunya pada baterai lithium ion yang sedang dikembangkan di Indonesia. Penggunaan mineral grafit semakin meningkat pada industri teknologi di dunia termasuk di Indonesia, namun mineral grafit di Indonesia masih harus diimpor dari luar negeri. Selain itu, mineral grafit memiliki kisaran harga jual 1.550-2.800 USD/ton untuk tipe vein, 700-10.000 USD/ton untuk tipe flake, dan 430-550 USD/ton untuk tipe amorf. Berdasarkan hal inilah eksplorasi mineral grafit di Indonesia perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batuan yang mengandung mineral grafit beserta karakteristik dan sebaran mineral grafit di daerah penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Samaturu, karena mineral grafit dapat ditemukan pada Kompleks Malihan Paleozoikum. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengamatan megaskopis, petrografi dan analisis SEM-EDS. Batuan yang dijumpai mengandung mineral grafit yaitu satuan litologi sekis muskovit yang memiliki persen karbon yang beragam. Mineral grafit yang dijumpai di daerah penelitian memiliki karaktersitik yaitu merupakan grafit natural yang kristalin, bentuk pipih dan saling mengikat, terbentuk oleh metamorfisme regional, tidak teratur pada hinge lipatan sehingga diketahui bahwa mineral grafit di daerah penelitian termasuk dalam tipe endapan flake graphite (grafit serpih)
Upaya Menumbuhkan Kreativitas Siswa Kelas IV SDN 168 Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang pada Pembelajaran Matematika Melalui Metode Discovery Learning
Skripsi ini membahas tentang upaya menumbuhkan kreativitas belajar matematika siswa kelas IV SDN 168 Sumbang Kec. Curio Kab. Enrekang dengan menggunakan metode discovery learning (penemuan) dengan rumusan masalah: 1) Bagaimanakah kreativitas belajar matematika siswa kelas IVb SDN 168 Sumbang Kabupaten Enrekang tanpa penerapan metode discovery learning?, 2) Bagaimanakah kreativitas belajar matematika siswa kelas IVa SDN 168 Sumbang Kabupaten Enrekang setelah diterapkan metode discovery learning?, 3) Apakah metode discovery Learning efektif dalam menumbuhkan kreativitas siswa kelas IV SDN 168 Sumbang?. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui kreativitas belajar matematika siswa kelas IVb SDN 168 Sumbang Kabupaten Enrekang tanpa penerapan metode Discovery Learning, 2)Untuk mengetahui kreativitas belajar matematika siswa kelas IVa SDN 168 Sumbang Kabupaten Enrekang setelah penerapan metode Discovery Learning, dan 3) Untuk menumbuhkan kreativitas belajar matematika dengan menggunakan metode discovery Learning. Jenis penelitian ini adalah True-eksperimental Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen mutlak (sungguh-sungguh). Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest-Only Control Design. Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 168 Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang dengan jumlah siswa 60 orang yaitu 30 siswa kelas IVa sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas IVb sebagai kelas kontrol. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar matematika. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan menggunakan rumus uji t. Hasil analisis data tes kreativitas belajar menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa kelas IVb sebagai kelas kontrol tanpa penerapkan metode discovery Learning dikategorikan kurang kreatif dengan presentase 56,7% dengan rata-rata skor kreativitas belajarnya 66,2%. Kreativitas belajar setelah diterapkan metode discovery learning dikategorikan kreatif dengan presentase sebesar 66,7% dan rata-rata skor kreativitas belajarnya 84,76%. Hasil analisis statistik inferensial menggunakan rumus uji t, diketahui bahwa nilai tHitung yang diperoleh adalah 6,53. Dengan frekuensi db= 30-1 = 29, pada taraf signifikansi 5% diperoleh tTabel = 1,70. Karena tHitung > ttabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative(Ha) diterima. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode discovery learning efektif dalam menumbuhkan kreativitas belajar matematik
ASESMEN TINGKAT KERUSAKAN AKIBAT MIKROORGANISME SEPANJANG RANTAI PASOK BUAH TOMAT DI KABUPATEN MERAUKE
Improper post-harvest handling of tomatoes in the supply chain can cause damage due to microorganisms. This damage has a loss on the post-harvest process of each supply chain actor. The purpose of this study is to identify the degree of damage to tomatoes due to the activity of microorganisms along the supply chain. The method used in this study is the purposive sampling method, which is to determine tomato supply chain patterns, and the Snowball sampling method to obtain the next culprit. The results obtained in this study are that there are 5 supply chain patterns in Merauke Regency. The longest tomato supply chain pattern is found in the supply chain pattern to V and the shortest pattern is in the third supply chain pattern. Post-harvest handling starts from farmers, collectors, small traders to the hands of consumers. Losses on tomatoes occurred along the supply chain by 2.07% with details at the farmer stage of 0.94%, the collector stage by 0.64%, the small trader stage by 0.49%, and the consumer stage by 0%. The isolation results obtained eight types of fungi, namely Rhizoctonia solani (45%), Fusarium sp (23%), Trichoderma sp (14%), Cladosporium sp (8%), Rhizopus (4%), Drechslera sp (2%), Stachybotrys ( 2%), Curvularia sp (2%). Based on the percentage of findings, the fungi that were the main cause of tomato fruit rot were the fungi Rhizoctonia solani and Fusarium sp.Penanganan pascapanen buah tomat yang kurang tepat pada rantai pasok dapat menyebabkan kerusakan akibat mikroorganisme. Kerusakan ini berdampak kehilangan pada proses pascapanen setiap pelaku rantai pasok. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat kehilangan hasil (losses) buah tomat akibat busuk karena mikroorganisme di sepanjang rantai pasok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu untuk menentukan pola rantai pasok tomat dan metode Snowball sampling untuk memperoleh pelaku selanjutnya. Pengamatan laboratorium karantina pertanian untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab penyakit buah tomat dilakukan dengan metode isolasi spora pada media PDA dan pengamatan morfologi cendawan. Hasil yang diperoleh ialah terdapat 5 pola rantai pasok yang terdapat di Kabupaten Merauke. Pola rantai pasok buah tomat terpanjang terdapat pada pola rantai pasok ke V dan pola terpendek tedapat pada pola rantai pasok ke III. Penanganan pascapanen dimulai dari petani, pengepul, pedagang kecil hingga ke tangan konsumen. Losses pada buah tomat terjadi di sepanjang rantai pasok sebesar 2.07%. losses tertinggi terdapat pada tingkat petani sebesar 0.94%, Hasil isolasi cendawan didapatkan delapan jenis cendawan yaitu Rhizoctonia solani (45%), Fusarium sp (23%), Trichoderma sp (14%), Cladosporium sp (8%), Rhizopus sp (4%), Drechslera sp (2%), Stachybotrys (2%), Curvularia sp (2%). Berdasarkan persentase temuan, cendawan yang merupakan penyebab utama busuk buah tomat yaitu cendawan Rhizoctonia solani dan Fusarium sp
Profile of Laterite Nickel Deposits, at Tinanggea District, South Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province
The research area is located in Tinanggea District, South Konawe Regency, Southeast Sulawesi Province. This study aims to determine the profile of laterite nickel deposits in the study area. The research method used consists of literature study, field sampling and laboratory analysis and data interpretation. The results showed that the profiles of laterite nickel deposits in the study area consisted of top soil, limonite zone, saprolite zone and bedrock with different thicknesses. Top soil at Station 1 is very thin in the form of clay and plant remains, while at Station 2 it is a layer of sediment (limestone) with a thickness of 0-5 meters. Based on geochemical data, it shows that Ni, SiO and MgO elements /oxides show enrichment in the saprolite zone because have mobile so its dissolve easily during the laterization process and are transported the subsurface and experience leaching so that its are concentrated in the saprolite zone. The Fe element shows enrichment in the limonite zone because the Fe element has immobile so that it is not easily transported downward and is concentrated in the upper zone, namely the limonite zone.Daerah penelitian terletak di Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil endapan nikel laterit di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan terdiri dari studi pustaka, pengambilan sampel di lapangan dan analisis laboratorium serta interpretasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil endapan nikel laterit di daerah penelitian terdiri dari tanah penutup (top soil), zona limonit, zona saprolit dan batuan dasar (bedrock) dengan ketebalan yang berbeda-beda. Tanah penutup pada Stasiun 1 sangat tipis berupa lempung dan sisa-sisa tumbuhan, sedangkan pada Stasiun 2 berupa lapisan sedimen (batu gamping) dengan ketebalan 0-5 meter. Berdasarkan data geokimia menunjukkan bahwa unsur/oksida Ni, SiO dan MgO menunjukkan pengkayaan pada zona saprolit karena mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga mudah larut selama proses laterisasi dan tertransportasi ke arah bawah permukaan serta mengalami pelindihan sehingga terkonsentrasi pada zona saprolit. Adapun unsur Fe mempunyai menunjukkan pengkayaan pada zona limonit karena unsur Fe mempunyai mobilitas rendah sehingga tidak mudah tertransportasi ke arah bawah dan terkonsentrasi pada zona bagian atas yakni zona limonit.
 
Inventarisasi Geoheritage Potensi Kawasan Geowisata Daerah Tongkuno, Pulau Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
Daerah Tongkuno yang termasuk dalam Peta Geologi Lembar Buton Formasi Wapulaka dan merupakan bagian dari kars Pulau Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, memiliki potensi keanekaragaman fenomena geologi yang dapat dikembangkang sebagai kawasan geowisata. Tujuan penelitian ini untuk menginventarisasi geoheritage potensi geowisata dan menentukan site (lokasi) serta geotrek yang ada di daerah Tongkuno Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode yang digunakan terdiri dari pengamatan dan pengambilan data lapangan. Pengambilan data lapangan meliputi data litologi penyusun geosite, data geomorfologi/topografi geosite, titik koordinat geosite, akses menuju lokasi geosite, kondisi infrastruktur daerah geowisata, serta kesampaian waktu menuju geosite. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Daerah Tongkuno memiliki 3 (tiga) geosite yakni Geosite Walengkabola, Geosite Labora dan Geosite Kotanowuna. Geosite Walengkabola memiliki keunikan berupa danau dolin, pantai bergisik, gua mata air, gua bawah laut serta hamparan terumbu karang yang indah serta terdapat stalagtit dan stalagmit, limestone cliff, gordyn karst, ponor, pits, serta karren. Geosite Labora memiliki keunikan berupa tanjung yang memiliki bentuk memanjang dan mendatar membentuk teras yang dibatasi oleh tebing-tebing gamping yang terjal. Pada dinding tebing terdapat ornamen-ornamen berupa fitur geologi minor seperti pits dan pans, rill karren, protocave, gordyn, dan karst dan pada kaki tebing dekat pantai terdapat gua dengan ornamen berupa stalagtit dan stalagmit, kristal kalsit dan mata air. Geosite Kotanowuna memiliki keunikan berupa perbukitan karst dengan berbagai macam bentuk seperti menara kars, bukit kars terisolir, bukit yang menyerupai kapal, bukit poligonal dan terdapat pedataran kars, karren field dan terraa rosa serta uvala juga fitur-fitur budaya seperti Masjid Muna yang merupakan pusat kerajaan Muna di masa lampau, Benteng kota muna yang mengelilingi kerajaan muna, makam raja dan keluarga raja, serta batu pelantikan raja. Site/lokasi geowisata di daerah penelitian dapat ditempuh dengan penjalanan darat menggunakan kendaraan roda empat. Kajian potensi geowisata daerah Tongkuno diharapakan dapat menjadi suatu upaya dalam menggali informasi mengenai potensi-potensi geologi yang dapat dikembangkan sebagai objek geowisata
Karakteristik batugamping Formasi Wapulaka dan pemanfaatannya sebagai bahan galian industri di Desa Wuna, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara
Daerah penelitian merupakan kawasan karst yang tersusun atas batugamping terumbu berumur Plistosen. Secara administrasi, daerah penelitian terletak pada Desa Wuna, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Hamparan batugamping terumbu tidak hanya dapat dimanfaatkan dalam geokonservasi, namun juga sebagai bahan industri. Metode yang digunakan adalah metode lapangan geologi dan pekerjaan laboratorium dengan data luaran utama adalah deskripsi sayatan tipis batugamping dan kandungan senyawa mayor batugamping. Pengolahan data lapangan menggunakan analisis petrografi dalam pemerian batuan dan analisis geokimia senyawa mayor untuk mengetahui jenis pemanfaatan batugamping. Batugamping dijumpai pada satuan perbukitan karst dan pedataran. Litologi penyusun berupa wackestone dan packstone yang kaya akan fragmen bioclast, kalsit, aragonit, mineral sekunder, dan porositas yang intens. Batugamping didominasi oleh CaO (kalsium oksida) dengan kadar rata-rata 94,44%. Beberapa sampel memiliki kadar MgO (magnesium oksida) tinggi hingga mencapai 4,4% yang mengindikasikan proses dolomitisasi. Data geokimia menunjukkan batugamping dapat digunakan untuk berbagai keperluan bahan industri seperti: industri semen, bata silika, soda abu, karbit, dan pemurnian baja. Batugamping packstone dan wackstone untuk bahan industri dicirikan oleh kelimpahan lumpur karbonat dan aragonit, serta minimnya mineral sekunder
Improving Student’S Speaking Skills by Having a Conversation with a Native English Speaker in Campus
Learning English in a campus environment is the main focus for improving students' speaking skills. In this context, this research was conducted to explore the role of native speakers in improving students' speaking skills in higher education. A descriptive qualitative approach was used, collecting data from research results and previous studies that were still relevant to the research objectives. The results of this research show that constraints, program development strategies, impact evaluation, and implementation of conversation programs with native speakers on campus are crucial aspects of achieving these goals. Therefore, there is a need for management support and availability of resources, program integration in the curriculum, and the use of technology as a strategic step to achieve sustainability and long-term success of conversation programs with native speakers in improving students' speaking abilities in higher education
The Metamorphic Rocks-Hosted Gold Mineralization At Rumbia Mountains Prospect Area In The Southeastern Arm of Sulawesi Island, Indonesia
Recently, in Indonesia gold exploration activities are not only focused along volcanic-magmatic belts, but also starting to shift along metamorphic and sedimentary terrains. The study area is located in Rumbia mountains, Bombana Regency, Southeast Sulawesi Province. This paper is aimed to describe characteristics of alteration and ore mineralization associated with metamorphic rock-related gold deposits. The study area is found the placer and primary gold hosted by metamorphic rocks. The gold is evidently derived from gold-bearing quartz veins hosted by Pompangeo Metamorphic Complex (PMC). These quartz veins are currently recognized in metamorphic rocks at Rumbia Mountains. The quartz veins are mostly sheared/deformed, brecciated, irregular vein, segmented and relatively massive and crystalline texture with thickness from 1 cm to 15.7 cm. The wallrock are generally weakly altered. Hydrothermal alteration types include sericitization, argillic, inner propylitic, propylitic, carbonization and carbonatization. There some precious metal identified consist of native gold and ore mineralization including pyrite (FeS2), chalcopyrite (CuFeS2), hematite (Fe2O3), cinnabar (HgS), stibnite (Sb2S3) and goethite (FeHO2). The veins contain erratic gold in various grades from below detection limit <0.0002 ppm to 18.4 ppm. Based on those characteristics, it obviously indicates that the primary gold deposit present in the study area is of orogenic gold deposit type. The orogenic gold deposit is one of the new targets for exploration in Indonesi
- …