11 research outputs found

    Upcycle: As A New Preference in the Art of Climate Change

    Get PDF
    The most common inspiration used in the art of climate change is global warming. Indeed, the greenhouse effect that leads to a global temperature rise is the cause of global warming. This effect occurs due to increasing levels of carbon released into the air. Upon this, an artist needs to reduce carbon emissions for the sake of a better environment. One of the effective ways is by using the principles of environmentally friendly (low-carbon emissions) artwork. The way that can be chosen is upcycling in the making of an artwork. Upcycled is the upgraded version of Recycling. Upcycle will help reduce carbon emissions by utilizing old goods as materials to create an artwork. Upcycle does not use new materials, and it uses the method of material processing with a short phase compared to recycling. The contemporary art of climate change raises many issues on global warming as its inspiration. Therefore, it should pay attention to the material used in the making of environmentally friendly artwork. This paper will discuss the upcycle as a preference to produce that artwork. Practice-based research methods and literature studies are used in this study. This research will also discuss creative strategies in upcycling deadstock to become part of climate change contemporary artwork. The preliminary result from this study is that the upcycle will be optimal when combined with the principle of zero-waste. Upcycle: Preferensi Baru dalam Seni Perubahan Iklim ABSTRAK Inspirasi yang paling banyak digunakan pada seni perubahan iklim adalah pemanasan global. Sesungguhnya, efek rumah kaca adalah penyebab utama adanya peningkatan suhu secara global sehingga terjadi pemanasan global. Efek ini terjadi disebabkan oleh peningkatan jumlah karbon yang dilepaskan ke udara. Karena itu, seniman perlu berpartisipasi mengurangi jumlah gas buang karbon demi lingkungan yang lebih baik. Satu cara efektif yang dapat dilakukan adalah menggunakan prinsip karya seni ramah lingkungan yang tingkat gas buang karbonnya rendah. Cara yang dapat dipilih adalah melakukan upcycle dalam pembuatan karya seni. Upcylce ini adalah peningkatan versi dari Recycle. Upcycle akan membantu mengurangi gas buang karbon dengan memanfaatkan barang-barang lama sebagai bahan baku pada proses pembuatan karya seni. Upcycle tidak menggunakan material baru dan memiliki proses pengolahan material yang lebih pendek jika dibandingkan dengan metode recycle. Seni kontemporer terkait perubahan iklim mengangkat banyak isu mengenai pemanasan global. Karena itu, seni ini perlu memperhatikan bahan baku yang digunakan untuk memperoleh karya seni yang ramah lingkungan. Makalah ini akan membahas upcycle sebagai preferensi untuk menghasilkan karya seni tersebut. Metode penelitian berbasis praktik dan studi literatur digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini juga akan membahas strategi kreatif dalam melakukan upcycling bahan baku deadstock karya seni kontemporer perubahan iklim. Kesimpulan awal dari penelitian ini, penggunaan upcycle akan lebih optimal jika dipadukan dengan prinsip zero-waste

    Visualisasi Karya Patchwork Sebagai Usaha Penyadaran Menjaga Kelestarian Lingkungan

    Get PDF
    The work of art has a lot of variety, concepts, themes, until the destination in the making art. The sameness in every work of art that each work must have had the mark or the symbolism that will be showed through the work. This paper contains the elaboration of a work textile craft "Dryness" based on material, technique and visual aspects ofform in order to preserving the environmental awareness. "Dryness" is the work of art that use residue material which isnot commonly used in a work of textile craft, it is to influencing the behavior of people generaly. Creating the works using patchwork and embroidery as a whole is intended to describe the environmental conditions of drought. This works not only have meaning to raise awareness of natural conditions in the environment, but also condering people about how it impacts the environment and how it impacts to everyone who witnessed it. The expectation from this article is inspire the creation of art to have insight environmental awareness not only in terms of a visual aspect but also from the material aspect.Keywords: Visualization, Environmental Awareness, Patchwork.The work of art has a lot of variety, concepts, themes, until the destination in the making art. The sameness in every work of art that each work must have had the mark or the symbolism that will be showed through the work. This paper contains the elaboration of a work textile craft "Dryness" based on material, technique and visual aspects ofform in order to preserving the environmental awareness. "Dryness" is the work of art that use residue material which isnot commonly used in a work of textile craft, it is to influencing the behavior of people generaly. Creating the works using patchwork and embroidery as a whole is intended to describe the environmental conditions of drought. This works not only have meaning to raise awareness of natural conditions in the environment, but also condering people about how it impacts the environment and how it impacts to everyone who witnessed it. The expectation from this article is inspire the creation of art to have insight environmental awareness not only in terms of a visual aspect but also from the material aspect.Keywords: Visualization, Environmental Awareness, Patchwork

    STORY OF SHADOW KARYA KRIYA TEKSTIL DENGAN IDE INSPIRASI DARI PAPER CUT LIGHT BOX

    Get PDF
    Sumber inspirasi penciptaan tidak harus dari karya-karya dengan material yang sejenis. Seperti karya kriya tekstil tidaklah harus memiliki sumber penciptaan dari karya-karya kriya tekstil sejenis yang lain. Pada tulisan kali ini akan dibahas sebuah karya kriya tekstil yang memiliki ide sumber penciptaan dari karya bermaterial kertas yaitu paper cutting. Penulisan artikel ini mengangkat teori mimesis (imitasi) Plato dan menggunakan metode eksperimen dalam melakukan uji coba pada material kain agar dapat diperlakukan seperti paper cutting pada material kertas. Artikel ini akan memberikan wawasan baru mengenai sumber ide bagaimana rasa kagum dalam pengalaman estetis dapat menginspirasi dalam mencipta sebuah karya yang memanfaatkan bayangan serta cahaya dalam perwujudannya

    Pengembangan Panel Peredam Suara Portable dalam Merespon Keterbatasan Ruang Privat pada Open Plan Office

    Get PDF
    ABSTRAK: Desain ruang arsitektur saat ini mempertimbangkan keterbatasan lahan, teknologi, dan keberlanjutan. Ruang-ruang yang muncul menjadi efisien, dimana ruang yang terbatas terdapat berbagai aktivitas dan pengguna. Permasalahan keterbatasan ruang yang terdapat berbagai aktivitas dan teknologi dalam suatu ruang, memunculkan kebutuhan untuk negosiasi ruang antar pengguna, hingga terbentuklah ruangan multifungsi. Open plan office dilihat sebagai studi kasus dalam memperlihatkan permasalahan keterbatasan ruang dan kebutuhan aktivitas terkait dengan teknologi (pertemuan-pertemuan secara daring). Karyawan pada kantor tipe ini seringkali tidak memiliki ruang privat untuk pertemuan daring, sehingga terjadi permasalahan akustik yang menyebabkan gangguan konsentrasi dan produktivitas diantara pengguna ruang. Pencarian rekomendasi rancangan produk peredam suara portabel yang menggunakan material alami sebagai kerangkanya merupakan tujuan penelitian ini.  Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimental digunakan pada penelitian ini.  Penelitian ini memberikan rekomendasi produk peredam suara portabel dengan konstruksi bambu dan lapisan peredam suara yang dapat dilipat, mudah dipindahkan, serta mudah disimpan. Panel ini mempertimbangkan prinsip desain ruang arsitektur masa kini dan diuji menggunakan metode eksperimental sederhana di laboratorium dengan pengukuran pengurangan tingkat suara pada 5 frekuensi (125Hz, 250Hz, 500Hz, 1000Hz, 2000Hz). Ada perbandingan uji eksperimen akustik dilakukan antara panel bambu berlapis kertas mounting dengan panel tanpa lapisan. Hasil yang diperoleh ditemukan panel bambu portabel dengan lapisan dapat mengurangi tingkat suara hingga 16.3 dB dari frekuensi 125Hz-2000 Hz. ABSTRACT: The current architectural space design considers land limitations, technology, and sustainability. Efficient spaces, where space is limited, have various activities and users. The problem of limited space, where various activities and technologies exist, raises the need for space negotiation between users so that a multifunctional room is formed. The open plan office is seen as a case study showing the problem of limited space and the need for technology-related activities (online meetings). Employees in this office often need a private room for online meetings, resulting in acoustic problems that cause disruption of concentration and productivity among room users. Searching for recommendations for designing portable soundproofing products that use natural materials as the framework is the aim of this research. A quantitative approach using experimental methods was used in this research. This study recommends portable soundproofing products with bamboo construction and soundproofing layers that can be folded, moved, and stored easily. This panel considers the design principles of today's architectural spaces and was tested using a simple experimental method in the laboratory by measuring the reduced sound level at five frequencies (125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz). Acoustic experimental tests were conducted by comparing bamboo panels covered with mounting paper and panels without coating. The results found that portable bamboo panels with layers can reduce sound levels up to 16.3 dB from 125 Hz to 2000 Hz.

    RE-AKTUALISASI KENDIL HITAM

    Get PDF
    “Hidup Segan Matipun Tak Mau” adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi kembang-kempisnya hidup kerajinan gerabah tradisional di beberapa daerah, khususnya kerajinan kendil hitam di desa Kasongan, Kendil hitam dikenal dengan sebutan kendil gudeg, kendil ini biasa digunakan sebagai wadah makanan khas Jogja yaitu gudeg. Kendil dihasilkan oleh pengerajin gerabah melalui proses pembuatan secara“tradisional”. Pembuatan kendil hitam sangat tradisional menggunakan bahan tanah liat yang terdapat di alam sekitar, menggunakan peralatan sederhana, serta pembakaran ladang (field firing) suhu rendah berbahan bakar uwuh (daun-daundan ranting kering). Kendil sebagai wadah yang aman untuk makanan. Teknik seni gerabah tradisional ini sudah dikenal sebagai ciptaan manusia sejak jaman prasejarah untuk membuat barang kebutuhan sehari-hari dalam bertahan hidup (life survival). Teknik pembuatan tradisional diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang, dan saat ini dan mulai bersaing dengan produk industri yang dibuat secara massal. Tulisan ini akan mengangkat keistimewaan kendil hitam dalam bertahan hidup memenuhi kebutuhan untuk wadah makanan gudeg di jaman milenial ini. Studi pustaka, observasi, dan wawancara dengan pendekatan etnografi digunakan sebagai metode penelitian. Hasil dari penelitian diharapkan berguna untuk melengkapi pengetahuan akademik khususnya bagi mahasiswa jurusan keramik, yang selama ini hanya mengenal pembuatan keramik modern dengan peralatan canggih (modern).Kata Kunci: gerabah tradisional, bertahan hidup, era milenial. "Hidup Segan Matipun Tak Mau" is an expression that describes the struggling conditions of conserving traditional pottery crafting in several regions, especially black kendil in Kasongan village. This black kendil, known as gudeg kendil, is commonly used as a container used for storing one of Jogja's most traditional dish, namely gudeg. Kendil is produced by pottery craftsmen through a "traditional" manufacturing process. Black kendil is traditionally made out of clay that is discovered easily in surroundings areas, and by using simple equipment, that is then burnt in the field with low-temperature (field firing) using dried leaves and twigs (uwuh) to produce containers that are food-safe. This traditional pottery art technique has been known as one of human’s creations used in order to produce daily necessities for life survival since the pre-historic times. These traditional manufacturing techniques have been passed down from ancestors to the current generation, and now competes with mass industrial production. This paper will highlight the features of maintaining the use of black kendil as gudeg food containers in this current millennial era. Literature studies, observations, and interviews with the ethnographic approach are used as the methods of research. The results of the study are expected to be useful for academics, particularly students of ceramics major, who are more exposed to modern ceramic manufacturing through the use of advanced equipment. Key-word: traditional pottery, life survival, millenial era

    Desain struktur kawat penyangga ambalan

    Get PDF
    Wall shelf is one of furniture that is widely used nowadays. A wall shelf which is designed to utilize the vertical area of the house becomes a favorable choice because of its minimalist and space saving design. The wall shelves design on the market usually has a metal retaining frame. Certain designs use L-brackets support structures, however, some of them do not use it at all. Most L-brackets are made of metal material from industrial mass production. Actually, design of a wall shelf can be made using a wire retaining structure. Wire material can be used as a support structure that is able to withstand loads. This research used experimental method to explore several supporting structure designs of wire material. Manual techniques such as twisting technique, coiling technique, and bending technique were combined to increase strength of the wire. Various exploration results were tested to determine firmest structure with the most efficient material. This article is expected to revive the tradition of craftsmanship and to inspire young designers to be creative in developing wire product design.Key words: wall shelf, structure design, wire design, wire structur

    Pengolahan Kain Perca Menjadi Sekat Peredam Suara

    Full text link
    Permasalahan sampah di Indonesia sangat tinggi. Sebanyak 2% dari total sampah di Indonesia berasal dari kain. Pengolahan 2% limbah kain ini dinilai mampu meningkatkan perekonomian warga. Berbagai macam pengolahan limbah kain diantaranya menjadi tas, selimut, sandal, tatakan meja, maupun keset mampu bersaing dengan produk industri besar. Inovasi dalam pengolahan limbah kain saat ini sebagai sekat ruangan. Sekat ruangan yang bersifat temporer untuk rumah tinggal saat ini diindikasi mampu untuk memisahkan ruang secara visual namun tidak mampu memisahkan suara antar ruang yang satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan mendapatkan olahan bahan kain yang efektif meredam suara dengan metode eksperimen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan beberapa sampel dengan tiap sampel diberikan beberapa tingkat bunyi (125 Hz hingga 2000 Hz). Variabel pembeda sampel berupa material sekat yaitu kain perca berbahan jeans dan kain perca berbahan katun. Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu mendapatkan desain partisi yang memenuhi aspek keindahan untuk dekorasi ruang dan memenuhi aspek akustik sebagai peredam suara tingkat rumah tinggal. Hasil dari penelitian ini yaitu olahan kain perca berupa gempal efektif meredam suara dan memberikan motif dekorasi yang unik. Kemampuan sekat dari olahan kain perca ini dalam meredam suara sebesar 6 dB sampai 15 dB dilihat dari nilai tingkat penurunan kebisingannya. Olahan kain perca dapat meredam suara pada frekuensi yang dihasilkan oleh suara manusia (<2000Hz)

    PENGOLAHAN KAIN PERCA MENJADI SEKAT PEREDAM SUARA

    Get PDF
    Permasalahan sampah di Indonesia sangat tinggi. Sebanyak 2% dari total sampah di Indonesia berasal dari kain. Pengolahan 2% limbah kain ini dinilai mampu meningkatkan perekonomian warga. Berbagai macam pengolahan limbah kain diantaranya menjadi tas, selimut, sandal, tatakan meja, maupun keset mampu bersaing dengan produk industri besar. Inovasi dalam pengolahan limbah kain saat ini sebagai sekat ruangan. Sekat ruangan yang bersifat temporer untuk rumah tinggal saat ini diindikasi mampu untuk memisahkan ruang secara visual namun tidak mampu memisahkan suara antar ruang yang satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan mendapatkan olahan bahan kain yang efektif meredam suara dengan metode eksperimen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan beberapa sampel dengan tiap sampel diberikan beberapa tingkat bunyi (125 Hz hingga 2000 Hz). Variabel pembeda sampel berupa material sekat yaitu kain perca berbahan jeans dan kain perca berbahan katun. Manfaat dari hasil penelitian ini yaitu mendapatkan desain partisi yang memenuhi aspek keindahan untuk dekorasi ruang dan memenuhi aspek akustik sebagai peredam suara tingkat rumah tinggal. Hasil dari penelitian ini yaitu olahan kain perca berupa gempal efektif meredam suara dan memberikan motif dekorasi yang unik. Kemampuan sekat dari olahan kain perca ini dalam meredam suara sebesar 6 dB sampai 15 dB dilihat dari nilai tingkat penurunan kebisingannya. Olahan kain perca dapat meredam suara pada frekuensi yang dihasilkan oleh suara manusia (<2000Hz).

    DESAIN PARTISI PENYERAP NOISE BERBAHAN KOMPOSIT KAIN PERCA

    Get PDF
    Interior di dalam rumah tidak lepas dari penggunaan partisi. Partisi yang digunakan sebagai pemisah antara dua ruangan yang berbeda ini dapat dibuat dengan material daur ulang dari limbah industri, seperti kain perca. Kain perca memiliki sifat dapat menyerap bunyi. Ini adalah potensi untuk diolah menjadi produk interior berupa partisi yang dapat menyerap suara bising (noise). Partisi ini dapat berfungsi ganda, selain sebagai partisi sekat untuk memisahkan dua ruangan, sekaligus juga berfungsi sebagai peredam suara dalam mengurangi noise suatu ruang. Pembuatan kompositnya menggunakan teknik cetak tuang secara manual dengan memanfaatkan kain perca dan material gipsum sebagai perekatnya. Metode eksperimen digunakan dalam mengembangkan material komposit untuk partisi penyerap noise berbahan gipsum dan kain perca ini. Desain akan dibuat dengan konsep modular sehingga pengguna nantinya dapat merangkai sendiri partisi yang diinginkannya, dengan demikian ukuran rangkaian partisi dapat disesuaikan dengan kebutuhan ruang yang ada. Tulisan ini diharapkan dapat memberi wawasan baru mengenai pengolahan daur ulang kain perca menjadi suatu produk interior

    Penerapan Canang Sesaji Ritual Bali Pada Perlengkapan Di Ruang Makan

    No full text
    Pulau Bali memiliki budaya mempersembahkan dengan menggunakan canang serta bunga-bunga sesaji yang dirangkai indah dan meriah. Budaya ini selalu dilakuan secara turun-temurun, namun generasi muda saat ini mulai kehilangan nilai makna yang sesungguhnya dibalik tradisi tersebut. Salah satu nilai makna filosofis yang ada pada ritual pemujaan dengan sesaji adalah keyakinan masyarakat Bali yang selalu menjaga keharmonisan dengan alam. Canang sesaji Bali menjadi inspirasi bagi penulis dalam pembuatan karya seni kriya tekstil untuk perlengkapan di ruang makan. Keindahan canang urasari dengan bentuk organis yang terbentuk dari garis-garis lurus dan lengkungnya sangat menarik untuk diterapkan menjadi suatu karya. Penulis mencoba menerapkan keindahan canang urasari dalam karya kriya menggunakan material pengganti dari material utama janur menjadi kain perca agar selaras dengan salah satu nilai yang terkandung dibalik pemujaan sesaji yang dilakukan masyarakat Bali yaitu mengenai menjaga keharmonisan alam. Sumber ide inspirasi canang ini diterapkan pada perlengkapan di ruang makan karena sesaji identik dengan makanan. Metode practice based research, transformation tradition, bersama dengan pendekatan estetika dan semiotika digunakan dalam tulisan ini. Hasil yang diperoleh adalah transformasi bentuk canang urasari bersama dengan teknik pengolahan kain perca berdasar teknik pengolahan canang dalam perwujudan karya kriya tekstil. Kiranya dengan adanya karya ini masyarakat dapat mengenal keindahan canang sesaji Bali dan dapat menikmatinya serta mengetahui makna filosofis yang ada. Penulis juga berharap tulisan ini dapat menginspirasi para pengerajin dalam mengembangkan ide penciptaan karya kriya dengan bersumber dari budaya lokal Indonesia
    corecore