68 research outputs found

    YOUTH AGAINST RELIGIOUS RADICALISM: AN INTRARELIGIOUS APPROACH IN KOMUNITAS SANTRI BATANG IN KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Youth is a part of the structure of society that is vulnerable to being exposed to radicalism. According to a report from the Setara Institute 2011-2012, cases of intolerance that occur in Indonesia are often committed by youth, especially high school age teenagers. In 2017, there has been a spread of religious radicalism doctrine in Batang carried out by several religious leaders towards high school youth age. In response to that, a group of youths in Batang formed a youth community aimed to counteract the spread of radicalism in Batang, Komunitas Santri Batang (KSB). This study wants to see the extent to which the role of youth represented by the KSB against religious radicalism by campaigning for the idea of 'religious moderation'. This study formulates two problems related to the role of youth in campaigning for religious moderation, (1) What is the strategy of the KSB in promoting religious moderation idea? (2) how effective are the programs organized by the KSB related to the prevention of radicalism among youth groups? To answer these questions, the researcher will interview several members of the KSB and participants of the KSB programs. The results of this study indicate that there is synergy between the KSB youth and several agencies in cultivating moderation and diversity dialogue among the community. This can be seen through the KSB community strategy in countering religious radicalism using an inclusive approach and social engagement dialogue. Also, KSB pays attention to strengthening intra-religious relations by involving various youths from different religious mass organization backgrounds in several activities. This strategy is considered effective to counter religious radicalism which often attacks young people.

    Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi kasus pada kelompok tani tanaman pangan di pesisir pantai Kabupaten Cirebon).

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peranan Penyuluh Pertanian Lapangan dalam pemberdayaan kelompok tani tanaman pangan pesisir pantai meliputi : (1) keadaan pelaksanaan pemberdayaan kelompok tani, (2) peranan PPL dalam pemberdayaan kelompok tani, (3) faktor yang mendukung peranan PPL dalam pemberdayaan kelompok tani, (4) penilaian kelompok tani terhadap peranan PPL, (5) hasil peranan PPL dalam pemberdayaan kelompok tani, dan (6) model peranan PPL yang efektif dalam pemberdayaan kelompok tani tanaman pangan pesisir pantai. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sedangkan strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan tujuan untuk melakukan kajian yang mendalam terhadap obyek yang terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pelaksanaan pemberdayaan kelompok tani oleh PPL di lokasi penelitian diawali dengan mengidentifikasi, dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluang-peluangnya, menyusun rencana kegiatan pemberdayaan melalui pembuatan rencana kebutuhan kelompok dan rencana definitif kebutuhan kelompok, menerapkan rencana kegiatan pemberdayaan kelompok melalui pengadaan sarana prasarana produksi, kegiatan persiapan tanaman (persemaian), proses penanaman, pemeliharaan tanaman (penyiangan, pengairan, pemupukan berimbang, dan pengendalian hama penyakit), penanganan panen, pasca panen dan pemasaran, serta memantau proses dan hasil kegiatan pemberdayaan, (2) Peranan PPL dalam pemberdayaan kelompok tani tanaman pangan pesisir pantai di lokasi penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai guru, organisator, fasilitator, konsultan, supervisor, pemantau, dan evaluator, peranan tersebut yang belum sesuai harapan kelompok tani adalah peranan PPL sebagai fasilitator atau jembatan antara kelompok tani dengan pihak luar dan peranan sebagai evaluator, (3) Faktor yang mendukung peranan Penyuluh Pertanian Lapangan dalam pemberdayaan kelompok tani tanaman pangan pesisir pantai di bagi 2 (dua) yaitu faktor ekternal dan faktor intrnal. Faktor eksternal meliputi : dukungan Kuwu, dukungan Dinas Pertanian dan BKP5K (Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), dukungan biaya dan dukungan sarana prasarana. Faktor internal meliputi: kepemimpinan kontak tani, sikap anggota kelompok dalam mendukung keberhasilan kelompok, kesempatan anggota kelompok dalam pengembangan kerjasama, dan solidaritas kelompok, (4) Penilaian kelompok tani terhadap peranan PPL sebagai guru dalam pemberdayaan kelompok tani PPL aktif dalam proses pembelajaran dan aktif menyampaikan informasi dan teknologi usahatani; sebagai organisator PPL aktif melakukan pengorganisasian pemenuhan kebutuhan kelompok dan menggerakkan partisipasi anggota; sebagai konsultan PPL aktif membantu memecahkan masalah; sebagai fasilitator PPL kurang aktif dalam memfasilitasi kerjasama dengan pihak luar (lembaga keuangan dan lembaga usaha pertanian/lembaga pengadaan sarana produksi); sebagai supervisor PPL aktif melakukan pembinaan dan penilaian terhadap perkembangan usahatani; sebagai pemantau PPL aktif mengadakan pengamatan aktifitas kelompok; sebagai evaluator PPL kurang aktif dalam kegiatan evalusi karena hanya pada pelaksanaan kegiatan dan akhir kegiatan belum pada perencanaan kegiatan dan dampak (outcome) hasil kegiatan pemberdayaan kelompok tani, (5) Hasil pemberdayaan kelompok tani tanaman pangan pesisir pantai oleh PPL digambarkan pada perubahan partisipasi kelompok, produktivitas kelompok, dinamika kelompok, dan kemandirian kelompok yang lebih baik dari pada sebelum adanya pemberdayaan kelompok tani oleh PPL, (6) Model peranan PPL dalam pemberdayaan kelompok tani harus memperhatikan kebutuhan kelompok tani, karakteristik kelompok tani dan PPL, budaya lokal, profesinalisme PPL, faktor eksternal dan internal kelompok dan programa pemberdayaan yang dibuat untuk meningkatkan keberdayaan kelompok tani dalam mencapai kesejahteraan anggota kelompok. Kata Kunci: Peranan, Penyuluh Pertanian Lapangan, Pemberdayaan, Kelompok Tani, Pesisir Panta

    PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PEMANFAATAN DAN PENATAAN PEKARANGAN

    Get PDF
    Desa Sirnabaya memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah, namun realisasi konsumsi masyarakat masih di bawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada Kelompok Wanita Tani  Desa Sirnabaya, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon dari bulan April sampai bulan Agustus 2019. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk: (1) Meningkatnya kesadaran masyarakat terutama perempuan melalui pemanfaatan dan penataan pekarangan, dan (2) Meningkatnya keterlibatan dan kemampuan masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif dan diberdayakan dalam upaya pemberdayaan pemanfaatan dan penataan pekarangan. Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah: (1) Penentuan prioritas program bersama sasaran program/kelompok wanita tani, (2) Penyuluhan dan pelatihan pengelolaan dan pentaan pekarangan, (3) Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dan pentaan pekarangan, dan (3) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan program yang dilakukan. Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa: (1) Pendampingan yang dilakukan dalam program pemberdayaan perempuan di Desa Sirnabaya dilakukan secara menyeluruh, (2) Dampak program KRPL terhadap tingkat pendapatan rumah tangga di Desa Sirnabaya  rata-rata memberikan konstribusi 53 persen, (3) Dampak program KRPL terhadap pola pengeluaran dan konsumsi pangan adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, dan (4) Evaluasi dilakukan kepada pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui pemanfatan dan penataan pekarangan itu sendiri

    PERANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM KEGIATAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK TERHADAP KINERJA KELOMPOK TANI

    Get PDF
    Acmad Faqih, 2014. THE ROLE OF AGRICULTURE EXTENSION WORKERS (ppl) ACTIVITY EMPAWERMENT GROUP IN THE PERFORMENT OF THE FARMER GROUP, Counseling is the engagement of a person to knowingly communicate information with the aim of helping the target to give an opinion so as to make the right decision . Field of agricultural extension workers (PPL has a role as an initiator, Motivator, Mediator, Supervisor, and facilitator. Farmer groups is a means of communication between farmers, as well as a place of communication between farmers and institutions involved in the technology transfer process. Performance of farmer groups is a real behavior displayed each farmer group members as a performance produced by members of the farmer - members of the group according to its role in his work . Performance indicators based on group dynamics groups include : The purpose of the group, the group structure , function and task groups , develop and nurture groups , unitary groups , group atmosphere , pressure groups and group effectiveness .This study aims to determine the role of agricultural extension in the performance group empowerment of farmer groups in the study site , determine the performance of group dynamics based on the ability of farmer groups , knowing hubangan the role of agricultural extension in the group with the performance empowerment of farmer groups . The experiment was conducted in 21 farmer groups in Sub Suranenggala Cirebon. The method used is descriptive qualitative research . Results showed Role of agricultural extension field as initiator, motivator, mediator , and facilitator in the district supervisior Suranenggala role with assessment scores by 47 members of the group . Performance farmer groups in Sub Suranenggala based on group dynamics were categorized by assessment scores by 72 members of the group.Keywords : Agricultural Extension Workers, Empowerment Group and Farmers Group Performanc

    Analisis faktor stunting menggunakan regresi logistik biner

    Get PDF
    Kebonrejo merupakan salah satu desa yang mengalami permasalahan terkait penyakit stunting. permasalahan stunting yang berada di Desa Kebonrejo menjadikan wilayah tersebut menjadi lokus stunting. stunting merupakan penyakit yang disebabkan kekurangan gizi kronis. Stunting dapat mempengaruhi di masa mendatang dan menjadikan tubuh rentan terhadap penyakit. Sehingga intervensi terhadap penurunan stunting perlu dilakukan mulai dari awal kelahiran. Dalam mengatasi stunting dapat dilakukan dengan mengetahui faktor penyebabnya. Maka diperlukan analisis yang bisa menangani permasalahan tersebut. Metode regresi logistik biner merupakan metode analisis untuk mencari hubungan antara variabel bebas (mempengaruhi) dengan variabel terikat (dipengaruhi) dengan variabel terikat bersifat dikotomis yang berarti variabel terikat berbentuk 2 kategori yaitu kejadian yang terjadi dan tidak terjadi. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada ibu balita posyandu berjumlah 95 orang. Data sekunder diperoleh dari hasil pengukuran tinggi badan di posyandu desa kebonrejo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap stunting adalah pola makan dengan nilai signifikansi (0,001) karena kurang dari nilai α (0,05) dan model yang dihasilkan . Sedangkan riwayat infeksi, riwayat imunisasi, ketersediaan air bersih, kondisi jamban, pendapatan orang tua dan pemenuhan nutrisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya stunting. Sehingga dari hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk ibu balita posyandu untuk selalu memperhatikan pola makan agar sebagai salah satu usaha untuk mengurangi dampak terhadap stunting

    KOMUNIKASI PERTANIAN PADA ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI (Kasus Di Gapoktan Nyi Mas Baduran di Desa Suranenggala Kulon Kecamatan Suranenggala Kab.Cirebon)

    Get PDF
    63KOMUNIKASI PERTANIAN PADA ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI(Kasus Di Gapoktan Nyi Mas Baduran di Desa Suranenggala Kulon Kecamatan SuranenggalaKab.Cirebon)Ahmad FaqihProdi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Swadaya Gunung DjatiEmail : [email protected] merupakan hal terpenting dalam suatu kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisiyang diharapkan dari kegiatan penyuluhan tersebut, dalam proses penyuluhan dibutuhkan keahlian danketerampilan berkomunikasi bagi seorang penyuluh dalam mensosialisasikan program-program yangingin dijalankan. Para pelaku penyuluhan dituntut bekerja keras dan peka terhadap masyarakat. Tujuanutama dari penyelenggaraan penyuluhan adalah bagaimana menanamkan pada diri masyarakat agardapat mandiri dan berani mencoba sesuatu yang baru tanpa harus terpaku pada pengetahuan danpengalaman yang didapat dari orang tua atau masyarakat sekitar sehingga dapat menghapuskan rasaketergantungan kepada pelaksana penyuluhan selaku pembimbing.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui (1) pengaruh bentuk komunikasi interpersonal,komunikasi kelompok dan komunikasi massa yang dilakukan oleh penyuluh pertanian terhadap tingkatadopsi inovasi teknologi pascapanen. (2) Untuk mengetahui bentuk komunikasi penyuluhan pertanianyang tepat agar tercapainya adopsi inovasi teknologi pascpapanenPenelitian ini dilaksanakan di Gapoktan Nyi Mas Baduran di Desa Suranenggala KulonKecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2017sampai Februari 2018. Metode dan jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptifdengan teknik survey. Teknis pengumpulan data yaitu data primer yang diperoleh dari hasil wawancaradan kuesioner, dan data sekunder yang diperoleh dari data yang diperoleh dari studi kepustakaan dandata dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian.Hasil analisis regresi linier berganda (1) Variabel Komunikasi Interpersonal berpengaruh nyataterhadap tingkat adopsi inovasi teknologi pascapanen, dengan hasil uji regresi linier berganda yangmemiliki nilai sig = 0,002 yang artinya 0,002 < 0,05 dan mempunyai nilai B = 0,691. (2) VariabelKomunikasi kelompok berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi pascapanen,dengan hasil uji regresi linier berganda yang memiliki nilai sig = 0,043 yang artinya 0,043 < 0,05 danmempunyai nilai B = 0,62. (3) Variabel Komunikasi Massa berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsiinovasi teknologi pascapanen, dengan hasil uji regresi yang memiliki nilai sig = 0,003 yang artinya0,003 < 0,05 dan memiliki nilai 0,877. (4) Variabel komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok,dan komunikasi massa berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi pascapanen padidengan hasil analisis persamaan regresi linier berganda, yaitu : Y = (-1.042) + 0.691 ð‘‹1 + 0.620 ð‘‹2 +0.877 ð‘‹3

    Analisis faktor stunting menggunakan regresi logistik biner

    Get PDF
    Kebonrejo merupakan salah satu desa yang mengalami permasalahan terkait penyakit stunting. permasalahan stunting yang berada di Desa Kebonrejo menjadikan wilayah tersebut menjadi lokus stunting. stunting merupakan penyakit yang disebabkan kekurangan gizi kronis. Stunting dapat mempengaruhi di masa mendatang dan menjadikan tubuh rentan terhadap penyakit. Sehingga intervensi terhadap penurunan stunting perlu dilakukan mulai dari awal kelahiran. Dalam mengatasi stunting dapat dilakukan dengan mengetahui faktor penyebabnya. Maka diperlukan analisis yang bisa menangani permasalahan tersebut. Metode regresi logistik biner merupakan metode analisis untuk mencari hubungan antara variabel bebas (mempengaruhi) dengan variabel terikat (dipengaruhi) dengan variabel terikat bersifat dikotomis yang berarti variabel terikat berbentuk 2 kategori yaitu kejadian yang terjadi dan tidak terjadi. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara kepada ibu balita posyandu berjumlah 95 orang. Data sekunder diperoleh dari hasil pengukuran tinggi badan di posyandu desa kebonrejo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap stunting adalah pola makan dengan nilai signifikansi (0,001) karena kurang dari nilai α (0,05) dan model yang dihasilkan . Sedangkan riwayat infeksi, riwayat imunisasi, ketersediaan air bersih, kondisi jamban, pendapatan orang tua dan pemenuhan nutrisi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya stunting. Sehingga dari hasil penelitian ini bisa menjadi acuan untuk ibu balita posyandu untuk selalu memperhatikan pola makan agar sebagai salah satu usaha untuk mengurangi dampak terhadap stunting

    Diversity of Ordo Lepidoptera In Mangkok Resort, Sebangau National Park, Central Kalimantan

    Get PDF
    The diversity of the butterfly in Sebangau National Park, particularly in the Mangkok Resort area has different morphological features in each species. The differences distinguish each species between families. Steps to know the diversity species or populations can be measured and identified based on similarities or differences in Shannon-Wiener's diversity analysis. This research was conducted by random purposive sampling using insect net and food trap. Observation and sampling were conducted in the area of natural forest and forest restoration during the dry and rainy seasons. The results showed, the species obtained and identified as many as 25 species from 4 families namely Papilionidae, Nymphalidae, Pieridae and Lycaenidae. Butterflies obtained from food trap are 24 individuals from 5 species. The level of diversity, evenness and richness of the species of butterflies in each region during the rainy and dry seasons which are the location of the study are included in the "medium" category with the average value of the diversity index, the evenness and the richness of the butterfly species of 2.502. The relative dominance and relative abundance of the butterfly species in the Mangkok resort shows no species communities that are extreme dominant from species other

    HUBUNGAN KOMPETENSI PETANI DENGAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) (Kasus di Desa Mulyasari Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon)

    Get PDF
    The success of farmers in managing their farming, especially shallot plants is largely determined by the competence of farmers in conducting onion cultivation, because competence is a basic trait of a person which is itself related to the implementation of a job effectively and efficiently, as well as a combination of knowledge, skills, values and abilities. an attitude that is reflected in the habit of thinking and acting. This study aims to determine: (1) the relationship between knowledge competence and farm income, (2) the relationship between the attitude competence of farmers and farm income, and (3) the relationship between farmer skills competence and onion farming income. The research was conducted in Mulyasari Village, Losari District, Cirebon Regency. The research was conducted from October to December 2020. The research design used in this study was a quantitative study, with a descriptive survey research technique. Primary data collection was obtained through interviews with respondent farmers using a list of questions, and secondary data obtained from agencies related to this research. To determine the relationship between farmer competence and farmer income, the Spearman level correlation test was used. The results showed that: (1) there was a moderate and significant relationship between farmer knowledge and onion farming income, with a value of rs = 0.560 and a t-value of 5.060, (2) there was a moderate and significant relationship between farmer attitudes and onion farming income. red, with a value of rs = 0.544 and a tcount of 4.850, and (3) there is a moderate and significant relationship between farmer skills and onion farming income, with a value of rs = 0.550 and a t-value of 4.927

    Pemanfaatan Blog sebagai Media Pembelajaran B. Indonesia pada Kelas 5 SD/MI

    Get PDF
    This modern era is determined by the rapid development of technologyinformation, this also has an impact on the education sector. Internethas become an alternative way to search for all kinds ofinformation needed by teachers and students, there is no space limitand time for this type of technology, the teaching and learning process becomesmore flexible, teachers and students can find themselves outsideclasses and regular time schedules, especially students nowalready familiar with technology, they bring gadgets insideclass, sometimes, they use it for their businessalone, when the teacher is explaining something, the teacher must be creativefacilitate not only the demand for internet technology andalso to improve the teaching of the learning process, hereThe author proposes blogs as an alternative media,With this media, students can explore the posted materialby the teacher on the blog. Students can study anywhere and anytime.which is certainly very different from conventional learning.Blog is one of the technology-based learning mediaInformation and Communication (ICT). By using blog mediaexpected to create active learning, creative,effective and fun. Use of blogs as medialearning has the advantage of readily available informationbroad, fast, and precise, there is convenience in the learning processand technology support to facilitate the learning processteach. The application of ICT also has a distinctive advantage, namely that it does notlimited by place and time.This modern era is determined by the rapid development of technologyinformation, this also has an impact on the education sector. Internethas become an alternative way to search for all kinds ofinformation needed by teachers and students, there is no space limitand time for this type of technology, the teaching and learning process becomesmore flexible, teachers and students can find themselves outsideclasses and regular time schedules, especially students nowalready familiar with technology, they bring gadgets insideclass, sometimes, they use it for their businessalone, when the teacher is explaining something, the teacher must be creativefacilitate not only the demand for internet technology andalso to improve the teaching of the learning process, hereThe author proposes blogs as an alternative media,With this media, students can explore the posted materialby the teacher on the blog. Students can study anywhere and anytime.which is certainly very different from conventional learning.Blog is one of the technology-based learning mediaInformation and Communication (ICT). By using blog mediaexpected to create active learning, creative,effective and fun. Use of blogs as medialearning has the advantage of readily available informationbroad, fast, and precise, there is convenience in the learning processand technology support to facilitate the learning processteach. The application of ICT also has a distinctive advantage, namely that it does notlimited by place and time
    • …
    corecore