18,089 research outputs found
Pelaksanaan Hak Pendataan Sebagai Dasar Penilaian Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas Atas Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bone
Salah satu dari permasalahan penyandang disabilitas di Kabupaten Bone adalah soal pendataan untuk akses terhadap kesejahteraan sosial. Pemerintah Kabupaten Bone saat ini hanya memiliki data penyandang disabilitas menurut jenis kelamin dan tempat tinggal serta umur, dan belum memiliki data terpadu menurut jenis, kebutuhan dan hambatan masing-masing penyandang disabilitas sesuai amanat Perda No.5/2017 tentang Perlidungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Penelitian ini difokuskan pada 2 permasalahan, yakni: Pertama, bagaimana upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan hak pendataan penyandang disabilitas sebagai dasar penilaian pemenuhan hak disabilitas atas program kesejahteraan sosial di Kabupaten Bone; Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat tersedianya data terpadu berkenaan dengan hambatan sosial dan kebetuhan masing-masing penyandang disabilitas di Kabupaten Bone. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian ini menunjukan bahwa Dinas Sosial Kabupaten Bone selaku pelaksana urusan pemerintahan bidang kesejahteraan sosial belum melaksanakan pendataan penyandang disabilitas secara terpadu, sehingga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas tidak didasarkan pada penilaian sesuai jenis dan kebutuhan masing-masing penyandang disabilitas sebagaimana diatur dalam Perda No.5/2017. Tidak tersedianya data terpadu penyandang disabilitas, tidak serta merta sepenuhnya permasalahan ada pada pemerintah Kabupaten Bone. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab sulitnya pelaksanaan hak pendataan penyandang disabilitas, di antaranya faktor regulasi dan kebijakan yang belum inklusif, faktor keterbatasan anggaran, faktor keterbatasan SDM, serta faktor wilayah dan kesadaran keluarga penyandang disabilitas
PROSES PEMBUATAN RANGKA PADA MESIN PENCACAH KERTAS
Tujuan dari penyusunan proyek akhir ini adalah untuk mengetahui bahan yang digunakan untuk membuat mesin pencacah kertas, mengetahui jenis mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan rangka mesin pencacah kertas, mengetahui urutan proses pembuatan rangka mesin pencacah kertas, serta untuk mengetahui lama waktu proses pembuatan rangka pada mesin rangka mesin pencacah kertas. Pembuatan rangka mesin pencacah kertas dimulai dari, pengidentifikasian gambar kerja, cutting plan, pemotongan benda kerja, pengelasan rangka mesin pencacah kertas dan finishing. Untuk membuat rangka mesin pencacah kertas diperlukan bahan berupa plat siku ukuran 40x40x3mm. Mesin dan alat yang digunakan dalam proses pembuatan rangka yaitu: mesin las listrik, mesin bor, mesin gerinda tangan, mesin gerinda potong dan kompresor udara, penggores, roll meter, mistar baja, pengaris siku, penitik, tang, ragum, kikir, ampelas, dan pistol semprot cat. Proses pembuatan rangka diawali dengan proses melukis dan menandai benda yang akan dipotong dan dibor. Pemotongan bahan dengan menggunakan mesin gerinda potong pengeboran bahan dengan mata bor Ø5.5, Ø8 dan Ø10mm. Proses perakitan dengan pengelasan sambungan rangka dilakukan dengan las tack weld terlebih dahulu, setelah rangka presisi dan siku, lakukan pengelasan penuh dengan elektroda E 6013 Ø2,6. Proses finishing pembuatan rangka mesin pencacah kertas yaitu dengan proses pengecatan. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan rangka mesin pencacah kertas adalah 23 jam, 48 menit
Analisis korespondensi dua variabel
ABSTRAK
Analisis korespondensi dua variabel mempelajari hubungan dua variabel kualitatif. Data kualitatif dalam analysis korespondensi disajikan dalam bentuk tabulasi silang.
Selanjutnya Analisis korespondensi akan menentukan kemiripan variabel, revresentasi dan interpretasi masing-masing variabel.
Correspondence analysis of two variables studied correlation of two qualytatif variables. In the correspondence analysis data qualytatif presented in the contingensi tables forms.
Therefore correspondence analysis determinated similary variables representation and interpretation each variables
Convergence of Islam and Democracy
This studyattempts to analysethe relationship between Islam and democracy objectively with logical rational arguments. It aims to clarify the differences between Islam and democracy in terms of values and concepts, in addition to explaining the reasons for the rejection of some Muslims against democracy and the arguments underlying their rejection. Then, itattempts to draw a theoretical relationship between Islam and democracy by asking critical questions, logical assumptions, and arguments that rely on the empirical practice of implementing democracy in Indonesia. Islam and democracy were born from two different ontological areas. Islam as a religion is believed to be sacred and absolute truth because ontologically its teachings come from God. While the democratic political system was born from the historical trajectory of human cultural development, it means that democracy is profane secular, and the truth is contextual perspective of the status quo of Muslim elite power politics. The concept of democracy in terms of genealogy, values, and orientation is not entirely the same as Islamic teachings, but it is not denied that Islamic teachings are in many respects substantially in line with the concept of democracy. Thus, Indonesia is a country with the largest Muslim population in the world, so it is fitting for Indonesian Muslims to become enforcers of democracy based on human religious values. That is a model of democracy that not only provides a place for the growth of people's beliefs or religiosity, but also provides space for the realization of human rights. Therefore, democracy as a concept, in its implementation, of course, must be adapted to the context and culture of the local community, especially Islamic communities such as in Indonesia and in the Middle East
Konstruksi Politik, Praetorian dan Pendisiplinan Tubuh
Pergulatan mengenai keindonesian kita hari ini, tak lepas dari peran sejarah, mengapa gelombang krisis ekonomi Asia menimpa seluruh aspek perekonomian hingga kebangsaan di awali tahun 1997 dan klimaks pada 21 Mei 1998 yang kemudian menandai tumbangnya Orde Baru yang selama 32 tahun di kuasai oleh Presiden Soeharto. Pemerintahan yang dianggap otoriter berganti dengan pemerintahan yang dianggap demokratis.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif menurut Creswell dalam Sugiyono (2012) diantaranya yaitu narrative research. Dimana peneliti mencoba menggambarkan kehidupan seorang tokoh atau individu dan menuliskan cerita dan riwayat pengalaman tokoh ataupun individu tersebut serta bagaimana riwayat konstruksi sosial politik di Era Soeharto kini seolah menjadi tatanan sosial baru sehingga digambarkan dalam bentuk narrative research. Penelitian ini menggunakan kerangka teori Daniel Dhakidae Cendekiawan dan Kekuasaan; Dalam Negara Orde Baru dalam melihat bagaimana pola kekuasaan dalam Orde Baru sebagai pisau konstruksi analisis yang berkembang.Hasil pada penelitian ini menggambarkan bagaimana sebuah pemerintahan Orde Baru menjalankan mesin Negara dengan memperhadapkan kekuatan militer, partai politik dan kekuatan birokrasi sehingga mendapatkan kekuasaan yang terjalin sedemikian lama sehingga mampu menciptakan pengawasan maupun panoptik terhadap warga Negara yang begitu teratur dan cenderung memaksa. Dalam politik tubuh, kekuasaan Soeharto yang mendisiplinkan lembaga-lembaga negara dan partai politik, agama sampai pada masyarakat Indonesia diterangkan oleh Michael Foucault sebagai panoptik atau pengawasan sehingga tercipta suatu masyarakan disipliner
Institusionalisasi Visi Politik Profetik dalam Arus Revolusi Industri 4.0 Pada Program Studi Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model institusionali-sasi visi politik profetik dalam arus revolusi industri 4.0 pada Program Studi Ilmu Politik UIN Alauddin Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa ilmu politik profetik yang kemudian didominasi dengan unsur kerohanian dan keutuhannya disemampukan dapat berkombinasi, berharmonisasi dengan pusaran Revolusi Industri 4.0 yang dianggap sebagai ilmu empiris yang dominan unsur duniawinya bahkan sampai pada peradaban revolusi berikutnya. Sehingga ilmu politik profetik dengan paradigmanya tetap mampu berjalan dan beriringan. Dampak yang tidak diketahui tersebut membawa peluang yang lebih besar lagi, politik profetik akan diuji dalam hal ini apakah humanisasi, liberasi dan transendesi bisa menjangkau dunia digitalisasi atau dunia kecerdasan buatan
KONDISI REALITAS SOSIAL DALAM METAFORA CYBORG PADA PENCIPTAAN LUKISAN
KONDISI REALITAS SOSIAL DALAM METAFORA CYBORG
PADA PENCIPTAAN LUKISAN
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
oleh:
Mochammad Fajar
NIM 07206244009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
JUNI 2012
1
PENDAHULUAN
Film dan komik menghadirkan cerita-cerita fiksi, memberikan gambaran
dunia fantasi yang begitu luas. Seperti halnya pada cerita yang mengangkat kisah
cyborg, yaitu penggabungan mahkluk dan robot. Beberapa film yang mengisahkan
tentang cyborg diantaranya, Robo Cop, The Six Million Dolar Man, Terminator, I
Robot, Iron Man, dan Cyborg She. Cyborg merupakan perpaduan yang sangat
kontras, antara yang alami dan buatan, manusia dengan kodrat yang rapuh
disatukan dengan mesin yang begitu berat dan keras. Cerita cyborg pada film atau
komik mempunyai peranan sebagai tokoh hero, manusia perkasa, bersahabat
dengan manusia, memerangi kejahatan, tetapi ada juga digambarkan sebagai
musuh yang menghancurkan.
Terinspirasi dari cerita fiksi cyborg yang sering diangkat dalam film dan
komik, dicoba untuk mengemukakan ide dan konsep yang diwujudkan ke dalam
lukisan. Sebagai tahap awal dengan membangun landasan penciptaan berupa
konsep estetis. Figur cyborg dalam penciptaan lukisan sebagai wujud metafora,
atau membandingkan manusia dengan robot, dengan mengangkat tema kondisi
realitas sosial, sehingga bentuk cyborg mampu melahirkan pemaknaan baru yang
lebih luas dan longgar untuk diinterpretasikan. Figur cyborg dapat dimaknai dari
manusia tangguh dan kuat, keangkuhan, semangat, kehidupan berat dan keras,
manusia yang terkendali, dan ketergantungan manusia akan keberadaan teknologi
serta manusia-manusia aneh dengan kehidupanya yang aneh pula.
Melalui penajaman ide dan konsep, kemudian hal ini dicoba
divisualisasikan dalam bentuk lukisan. Figur cyborg pada lukisan bukan serta
merta memindahkan atau mencontoh figur cyborg yang telah ada. Dalam hal ini
mencoba menciptakan kembali figur cyborg baru dengan karakter personal yang
memiliki bentuk sedikit aneh, absurd, dan ambigu. Figur cyborg dalam lukisan
menjadi bahasa ungkap atau juga disebut exspressive form, dengan menggunakan
media kanvas serta cat akrilik. Penciptaan lukisan ini diharapkan akan dapat
memberikan kontribusi terhadap kekayaan seni rupa pada umumnya dan sebagai
proses berkesenian pribadi pada khususnya.
2
KAJIAN TEORI DAN METODE PENCIPTAAN
Dalam penyusunan laporan tugas akhir karya seni pada penciptaan
lukisan digunakan beberapa teori ilmu seni dan teori diluar ilmu seni yang saling
terkait sebagai landasan konsep penciptaan, sehingga lukisan yang tercipta
mampu dipertanggungjawabkan di wilayah akademis. Teori yang digunakan
adalah tentang bentuk cyborg, realitas sosial, metafora, tinjauan tentang seni lukis,
seni lowbrow sebagai gaya seni yang digunakan dalam penciptaan, elemen seni,
dan prinsip-pripsip penyusunan.
a. Metode Penciptaan
Metode yang digunakan dalam penciptaan lukisan yaitu metode
eksplorasi, untuk menemukan ide-ide terkait bentuk figur cyborg dan kondisi
realitas sosial dengan melakukan observasi melalui media elektronik dan cetak
atau kondisi sosial yang ada di lingkungan sekitar. Metode eksperimen dilakukan
untuk menciptakan bentuk figur cyborg baru serta pengembangan teknik dalam
melukis.
3
PEMBAHASAN
a. Konsep
Penciptaan Figur cyborg pada lukisan terinspirasi dari film dan komik
yang menghadirkan cerita fiksi. Figur cyborg pada lukisan bukan serta merta
memindahkan atau mencontoh figur cyborg yang telah ada. Dalam hal ini
mencoba menciptakan kembali figur cyborg baru dengan karakter personal,
melalui pengubahan bentuk deformasi dari wujud cyborg yang telah ada untuk
menyederhanakan dan menemukan bentuk baru yang berbeda, sehingga tercipta
bentuk sedikit aneh, absurd, dan ambigu. Figur cyborg menjadi bahasa ungkap
atau juga disebut exspressive form, dengan menggunakan media kanvas serta cat
akrilik.
Lukisan yang diciptakan bukan sekedar mengolah figur cyborg berbentuk
aneh, absurd dan ambigu dengan berbagai ragam. Figur cyborg sebagai wujud
metafora, atau membandingkan manusia dengan robot, tema yang diungkapkan
mengangkat kondisi realitas sosial, sehingga figur cyborg merupakan representasi
dari manusia dengan kondisi sosialnya. Bentuk aneh, absurd dan ambigu didasari
atas pemikiran bahwa manusia dalam kehidupan sosial masyarakatnya saat ini
sulit untuk ditebak, Baik atau buruk, serta benar atau salah, seakan dengan mudah
dijungkir balikkan begitu saja, semuanya menjadi absurd dan ambigu.
Visualisasi dalam lukisan selain figur cyborg sebagai objek utamanya,
terdapat objek lain sebagai elemen pendukung yang bertujuan untuk
mengaitkanya pada tema, sehingga melahirkan pemaknaan baru yang lebih luas
dan longgar untuk diinterpretasikan. Figur cyborg bukan sekedar dimaknai
sebagai tokoh hero yang dikisahkan dalam film, tetapi juga mampu dimaknai
sebagai mahkluk yang lemah, keangkuhan, semangat, kehidupan yang keras,
hingga sebuah teknologi yang mengendalikan manusia. Lukisan yang mengangkat
figur cyborg menampakan kecenderungan dalam seni lowbrow dengan bentuk
aneh dan ambigu, warna-warna meriah, seakan memberikan gambaran dunia
fantasi. Kesan yang dihadirkan antara humor dan kegembiraan, terkadang nakal
dan liar namun memperlihatkan sisi ironis.
4
b. Proses Visualisasi
1. Bahan Alat Dan Teknik
Pengerjaan lukisan ini bahan yang digunakan yaitu cat akrilik di atas
kanvas, cat akrilik merupakan jenis cat dengan pengencer air serta baunya yang
tidak menyengat, cat akrilik memiliki sifat yang sangat cepat kering. Alat yang
biasa digunakan dalam melukis adalah kuas dengan berbagai ukuran dengan jenis
kuas berbulu pipih serta lebar dan kuas dengan bulu ujung meruncing, selain
menggunakan kuas untuk membubuhkan cat pada kanvas juga digunakan sendok
untuk membubuhkanya, hal ini untuk menghasilkan evek-evek visual yang
berbeda. Teknik dalam pengerjaan lukisan digunakan teknik plakat dikombinasi
dengan gosok sendok, pada teknik gosok sendok digunakan untuk menghasilkan
tektur-tekstur pada figur cyborg maupun pada background lukisan.
2. Tahapan Visualisasi
Tahapan visualisasi merupakan langkah-langkah dalam proses melukis,
dari sebuah ide yang masih abstrak di dalam pikiran untuk divisualisasikan hingga
menjadi sebuah lukisan utuh. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat
sketsa diatas kertas sebagai perencanaan visual secara kasar dalam memvisualkan
sebuah ide. Langkah selanjutnya yaitu pengerjaan background pada kanvas, hal
ini dilakukan diawal karena background lukisan dikerjakan secara ekspresif.
Setelah background selesai dikerjakan kemudian memindahkan sketsa ke atas
kanvas lalu proses membubuhkan cat dengan kuas dikombinasi dengan gosok
sendok.
5
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Konsep pada penciptaan lukisan adalah figur cyborg sebagai wujud
metafora, dengan mengangkat tema kondisi realitas sosial, sehingga figur cyborg
representasi dari manusia dengan kondisi sosialnya. Figur cyborg pada lukisan
merupakan deformasi dari bentuk cyborg yang telah ada dalam film dan komik
untuk disederhanakan sehingga tercipta karakter personal dengan bentuk sedikit
aneh, absurd, dan ambigu. Visualisasi dalam lukisan selain figur cyborg sebagai
objek utamanya, terdapat objek lain sebagai elemen pendukungnya, bertujuan
untuk melahirkan pemaknaan baru yang lebih luas dan longgar untuk
diinterpretasikan.
Lukisan figur cyborg menampakan kecenderungan dalam seni lowbrow.
Bentuk aneh dan ambigu, warna-warna meriah, seakan memberikan gambaran
dunia fantasi. Kesan yang dihadirkan antara humor dan kegembiraan, terkadang
nakal dan liar namun memperlihatkan sisi ironis. Karya yang dikerjakan sebanyak
11 lukisan dengan berbagai ukuran antara lain yaitu :
Teknologi The Rakus (100X130 Cm), Serupa Tapi Tak sama (110X120 Cm),
Aneh Tapi Nyata (140X180 Cm), Super Women (140X180 Cm), Punk In Love
(115X125 Cm), Virtual World (140X180 Cm), Ha…ha…ha… (140X160Cm),
Salam Super #1 (100X130 Cm), Salam Super #2 (100X130 Cm), Salam Super #3
(100X130 Cm), Chaos (140X180 Cm)
KEPEMIMPINAN KREATIF TOKOH MASYARAKAT DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui peran kepemimpinan
kreatif dalam pemberdayaan masyarakat, (2) Mengetahui partisipasi
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat, (3) faktor penghambat dan
faktor pendukung jalannya proses pemberdayaan masyarakat
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Setting penelitian
adalah tokoh masyarakat desa pada tingkat dusun dengan mengambil salah
satu dusun sebagai kasus yaitu Dusun Kemiri, kelurahan Purwobinangun
kecamatan Pakem, kabupaten Sleman. Data dikumpulkan melalui teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis deskiptif kualitatif.
Hasil penelitian ini adalah: (1) peran kepemimpinan kreatif dalam
pemberdayaan masyarakat adalah sebagai penggerak, pengendali dan
penasehat masyarakat, serta sebagai jembatan antara pemerintah dengan
masyarakat, melalui penyebaran informasi dan pemberian otonomi kepada
warga, pemberian otonomi tokoh masyarakat diwujudkan dengan
komunikasi yang terbuka antara tokoh masyarakat dengan warga untuk
menyampaikan saran, ide, maupun kritik yang sifatnya membangun.(2)
Partisipasi masyarakat di dusun kemiri yaitu menjunjung tingkat nilai
kerukunan dan berusaha memanfaatkan potensi yang ada dengan
semaksimal mungkin, adanya keterlibatan masyarakat dalam memberikan
ide-ide guna pemberdayaan menjadikan masyarakat dusun Kemiri tidak
hanya sebagai pelaksana saja, tetapi juga sebagai perencana program dan
evalusi program.(3) Faktor penghambat dan pendukung jalannya proses
pemberdayaan masyarakat di Dusun Kemiri, yaitu Tingginya kerukunan
antar warga menyebabkan masyarakat selalu ingin melaksanakan semua
program yang telah direncanakan secara bersamaan dalam waktu dan tempat
yang sama. Adapun faktor pendukungnya yaitu kekompakan masyarakat
yang menjunjung tinggi nilai kerukunan antar warga menjadikan masyarakat
mampu mengembangkan potensi yang ada.
Kata Kunci: kepemimpinan kreatif, pemberdayaan masyarakat des
- …