14 research outputs found

    The Quality of Life of Adolescents Experiencing Online Game Addiction During the COVID-19 Pandemic

    Get PDF
    The availability of the internet and the increase in stress in adolescents caused by the pandemic have led adolescents to frequently seek entertainment through online games. Online gaming can negatively impact adolescents by causing a decline in their physical health, psychological issues, difficulty forming healthy social relationships, and decline their quality of life. This study identified the relationship between online game addiction and the quality of life of adolescents during the COVID-19 pandemic. This research utilized a cross-sectional approach and involved 96 adolescents as the research sample selected using the incidental sampling method. Data collection was carried out using the Game Addiction Scale for Adolescent and WHOQOL-Bref, while the Spearman Rho test was used for data analysis. The results of the data analysis showed a significance p-value of 0.000 (p < 0.05) and r = -0.711, indicating that there was a unidirectional relationship between online game addiction and quality of life. Thus, it can be concluded that the higher the level of online game addiction, the lower the quality of life of adolescents.    Abstrak  Kualitas Hidup Remaja yang Mengalami Kecanduan Game Online Selama Pandemi COVID-19. Ketersediaan internet dan meningkatnya stres remaja akibat pandemi membuat remaja sering mencari hiburan melalui game online. Bermain game online secara berlebihan dapat menyebabkan mereka mengalami kecanduan. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif seperti penurunan kesehatan fisik, masalah psikologis, hubungan sosial dan penurunan kualitas hidup mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kecanduan game online dengan kualitas hidup remaja selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dan memilih 96 remaja sebagai sampel penelitian yang dipilih dengan metode incidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Game Addiction Scale for Adolescent dan WHOQOL-Bref, sedangkan analisis data menggunakan uji Spearman Rho. Hasil analisis data menunjukkan signifikansi nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05) dan r = -0,711, menunjukkan bahwa terdapat hubungan searah antara kecanduan game online dengan kualitas hidup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kecanduan game online maka kualitas hidup remaja akan semakin rendah. Kata Kunci: game online, kecanduan, kualitas hidup, remaj

    Changes in The Signs, Symptoms, and Anger Management of Patients with A Risk of Violent Behavior After Receiving Assertive Training and Family Psychoeducation Using Roy’s Theoretical Approach: A Case Report

    Get PDF
    Mental disorders are predicted to increase every year. Patients with severe mental disorders, such as schizophrenia, often engage in violent behavior. The treatment of such patients can use general nursing treatments (anger management with physical therapy, taking medicines regularly, and verbal and spiritual methods) and specialist nursing interventions (assertive training and family psychoeducation). This case report involved 11 patients, with the majority aged between 26 and 60 years, unemployed, high school graduates, unmarried, and with previous inpatient history. Generalist and specialist nursing interventions (assertive training and family psychoeducation) use Roy’s adaptation theory and Stuart’s stress adaptation approach. Nursing interventions were conducted sequentially, starting with generalist nursing interventions, followed by specialist ones. The method used was a pre–posttest in which each patient received generalist and specialist nursing interventions, assertive training, and family psychoeducation, each consisting of five sessions. Results of assertive training therapy and family psychoeducation showed a decrease in the signs and symptoms of violent behavior as well as an improvement in the patient’s ability to overcome the risk of violent behavior. The application of Roy’s adaptation theory and Stuart’s stress adaptation approach is potentially appropriate for the treatment of patients with a risk of violent behavior. Abstrak Perubahan Tanda, Gejala, dan Manajemen Marah pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan Setelah Menerima Pelatihan Asertif dan Psikoedukasi Keluarga Menggunakan Pendekatan Teori Roy: Studi Kasus. Gangguan jiwa secara keseluruhan diprediksikan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Pasien dengan masalah gangguan jiwa berat seperti skizofrenia seringkali melakukan perilaku kekerasan. Penanganan pasien dengan perilaku kekerasan dapat menggunakan tindakan keperawatan generalis (mengontrol marah dengan cara fisik, minum obat teratur, cara verbal dan cara spiritual) dan tindakan keperawatan spesialis (latihan asertif dan psikoedukasi keluarga). Laporan kasus ini melibatkan 11 pasien dengan karakteristik mayoritas usia 26–60 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, belum menikah, dan memiliki riwayat dirawat sebelumnya. Tindakan keperawatan yang diberikan adalah tindakan keperawatan generalis dan ners spesialis latihan asertif dan psikoedukasi keluarga dengan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy dan adaptasi stress Stuart. Tindakan keperawatan dilakukan secara berurutan/ bertahap dimulai dengan tindakan keperawatan generalis kemudian dilanjutkan dengan tindakan keperawatan ners spesialis. Metode yang digunakan adalah pre-posttest dimana setiap pasien mendapatkan tindakan generalis serta tindakan ners spesialis latihan asertif dan psikoedukasi keluarga yang masing-masing terdiri dari 5 sesi. Hasil penerapan terapi latihan asertif dan psikoedukasi keluarga menunjukkan terjadinya penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan serta terjadinya peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan. Penggunaan pendekatan teori adaptasi Roy dan teori adaptasi stress Stuart berpotensi sesuai diterapkan pada penanganan pasien dengan risiko perilaku kekerasan.   Kata Kunci: latihan asertif, psikoedukasi keluarga, risiko perilaku kekerasan, skizofreni

    Application of Acceptance Commitment Therapy in Schizoaffective Patients with Hallucinations and Self-Care Deficits

    Get PDF
    Schizophrenia is the most widely treated psychotic disorders in mental hospitals. The prevalence of the schizoaffective disorder is difficult to determine precisely because of the limited data available. Schizoaffective disorder has positive symptoms include hallucinations and negative symptoms include self-care deficits. Interventions that can be used to resolve hallucination problems and self-care deficits, among other acceptance commitment therapy that are part of behavioral therapy. This study aims to describe cases of treatment hallucinations and self-care deficits in schizoaffective patients using acceptance commitment therapy. This study is a case report using a descriptive observational design on one patient. In this study, patients were medically diagnosed schizoaffective with nursing problems, sensory perception disorders, and self-care deficits. Patients receive treatment in the form of acceptance commitment therapy for four sessions. There was a decrease in hallucinations and self-care deficit symptoms after acceptance commitment therapy was given. Acceptance commitment therapy can reduce symptoms of sensory perception disorder hallucinations and self-care deficits in schizoaffective patient

    Changes in The Signs, Symptoms, and Anger Management of Patients with A Risk of Violent Behavior After Receiving Assertive Training and Family Psychoeducation Using Roy’s Theoretical Approach: A Case Report

    Get PDF
    Mental disorders are predicted to increase every year. Patients with severe mental disorders, such as schizophrenia, often engage in violent behavior. The treatment of such patients can use general nursing treatments (anger management with physical therapy, taking medicines regularly, and verbal and spiritual methods) and specialist nursing interventions (assertive training and family psychoeducation). This case report involved 11 patients, with the majority aged between 26 and 60 years, unemployed, high school graduates, unmarried, and with previous inpatient history. Generalist and specialist nursing interventions (assertive training and family psychoeducation) use Roy’s adaptation theory and Stuart’s stress adaptation approach. Nursing interventions were conducted sequentially, starting with generalist nursing interventions, followed by specialist ones. The method used was a pre–posttest in which each patient received generalist and specialist nursing interventions, assertive training, and family psychoeducation, each consisting of five sessions. Results of assertive training therapy and family psychoeducation showed a decrease in the signs and symptoms of violent behavior as well as an improvement in the patient’s ability to overcome the risk of violent behavior. The application of Roy’s adaptation theory and Stuart’s stress adaptation approach is potentially appropriate for the treatment of patients with a risk of violent behavior. Abstrak Perubahan Tanda, Gejala, dan Manajemen Marah pada Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan Setelah Menerima Pelatihan Asertif dan Psikoedukasi Keluarga Menggunakan Pendekatan Teori Roy: Studi Kasus. Gangguan jiwa secara keseluruhan diprediksikan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Pasien dengan masalah gangguan jiwa berat seperti skizofrenia seringkali melakukan perilaku kekerasan. Penanganan pasien dengan perilaku kekerasan dapat menggunakan tindakan keperawatan generalis (mengontrol marah dengan cara fisik, minum obat teratur, cara verbal dan cara spiritual) dan tindakan keperawatan spesialis (latihan asertif dan psikoedukasi keluarga). Laporan kasus ini melibatkan 11 pasien dengan karakteristik mayoritas usia 26-60 tahun, tidak bekerja, tingkat pendidikan SMA, belum menikah, dan memiliki riwayat dirawat sebelumnya. Tindakan keperawatan yang diberikan adalah tindakan keperawatan generalis dan ners spesialis latihan asertif dan psikoedukasi keluarga dengan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy dan adaptasi stress Stuart. Tindakan keperawatan dilakukan secara berurutan/ bertahap dimulai dengan tindakan keperawatan generalis kemudian dilanjutkan dengan tindakan keperawatan ners spesialis. Metode yang digunakan adalah pre-posttest dimana setiap pasien mendapatkan tindakan generalis serta tindakan ners spesialis latihan asertif dan psikoedukasi keluarga yang masing-masing terdiri dari 5 sesi. Hasil penerapan terapi latihan asertif dan psikoedukasi keluarga menunjukkan terjadinya penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan serta terjadinya peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi risiko perilaku kekerasan. Penggunaan pendekatan teori adaptasi Roy dan teori adaptasi stress Stuart berpotensi sesuai diterapkan pada penanganan pasien dengan risiko perilaku kekerasan. Kata Kunci: latihan asertif, psikoedukasi keluarga, risiko perilaku kekerasan, skizofrenia

    Pencegahan Stigma Gangguan Jiwa dengan Pelatihan Community Mental Health Nursing

    Get PDF
    Kegiatan Community Mental Health Nursing (CMHN) memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif dan paripurna. Pelatihan ini sebagai program peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat untuk memberikan dukungan dalam perawatan kesehatan jiwa. Perawat CMHN berupaya memberikan layanan untuk meningkatkan produktivitas klien dengan gangguan jiwa, yang dalam perkembangannya kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat.  Penerimaan lingkungan terutama lingkungan internal atau keluarga mendapatkan tekanan dari lingkungan sosial sehingga berdampak pada cara pandang klien. Pelatihan dilakukan pada kader Kesehatan jiwa perwakilan tiap kabupaten di wilayah DI Yogyakarta sejumlah 52 orang selama 2 hari kegiatan. Program pelatihan hari pertama dilakukan pre-test, pemberian materi secara online dan post-test, kemudian hari kedua melakukan deteksi kepada 10 keluarga secara langsung. Melalui pelatihan CMHN yang dilakukan ini dapat menjadi salah satu upaya pencegahan stigma negatif gangguan jiwa yang ada di masyarakat. Peningkatan kesadaran dari masyarakat diharapkan dapat membangun lingkungan sosial yang mendukung tahap pemulihan klien gangguan jiwa saat dirumah. Hasil evaluasi menunjukkan pengetahuan masyarakat meningkat dari rata-rata skor pre-test 71,51 menjadi 91,76 saat post-test. Kegiatan pengabdian masyarakat ini telah memberikan manfaat dalam upaya promotive dan preventif sehingga status Kesehatan jiwa masyarakat dapat meningkat

    EDUKASI KESEHATAN JIWA REMAJA SEHAT MASA KINI ANTI ADIKSI

    Get PDF
    Abstrak: Semangat belajar di SMP Muhammadiyah 2 Mlati hilang sejak pandemik covid-19 tampak dari partisipasi pembelajaran daring ±50%. Siswa terlalu lama bermain game online. Selain masalah tersebut juga ada permasalahan pornografi dengan ditemukannya ±10 siswa menyimpan video porno di handphone. Sebelum pandemik, terjadi penyalahgunaan narkoba berupa pil koplo oleh siswa kelas 8 dan ±35% siswa terutama laki-laki sering merokok. Banyak siswa yang belum paham bahaya perilaku merokok, penyalahgunaan narkoba, adiksi game dan adiksi pornografi. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiko adiksi game online, resiko adiksi pornografi, kualitas hidup remaja dan tingkat pengetahuan remaja tentang adiksi serta memberikan edukasi Kesehatan jiwa pada remaja. Tim pengabdian melakukan screening kesehatan jiwa risiko adiksi pornografi, adiksi game online dan kualitas hidup remaja serta melakukan penyuluhan kesehatan jiwa remaja. Hasil screening adiksi game online mayoritas pada tingkat adiksi sedang (72%) dan hasil screening adiksi pornografi berada pada risiko rendah (97%). Pengukuran kualitas hidup siswa masa pandemik covid-19 menunjukkan Domain 1 kesehatan fisik mayoritas kualitas hidup siswa rendah 93%. Domain psikologis, hubungan sosial dan lingkungan, kualitas hidupnya mayoritas baik. Pengetahuan siswa tentang adiksi meningkat dari nilai rata-rata 5,68 menjadi 6,26. Pengabdian yang telah dilakukan bermanfaat meningkatkan tingkat pengetahuan siswa dan mengetahui gambaran kesehatan jiwa siswa.Abstract:  Since the COVID-19 pandemic, the enthusiasm of SMP Muhammadiyah 2 Mlati's students for learning has vanished. The fifty percent online learning participation demonstrates this. Students are too old to play online games on their cell phones. In addition to this issue, approximately ten students have been found to have stored pornographic videos on their mobile devices. 8th graders abused Koplo pills prior to the pandemic, and 35% of students, especially boys, smoked frequently. Numerous students are unaware of the risks associated with smoking, substance abuse, gaming addiction, and pornographic addiction. This community service aims to describe the risk of online game addiction, the risk of pornographic addiction, the quality of life of adolescents, the level of adolescent knowledge about addiction, and to educate adolescents about mental health. In addition to adolescent mental health counseling, the service team conducted mental health screenings for the risk of pornography addiction, online game addiction, and adolescent quality of life. Seventy-two percent of online game addiction screening results indicate moderate levels of addiction, while nearly all pornography addiction screening results indicate low risk. Measuring the quality of life of students during the COVID-19 pandemic reveals that the quality of life of 93% of students is poor. In other domains, such as psychology, social and environmental relationships, their quality of life is predominantly positive. From an average of 5.68 to 6.26, the students' knowledge about addiction appears to increase. The service provided is beneficial for enhancing students' knowledge and understanding their mental health status

    MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI GULA TEBU (Studi Kasus di Provinsi Nusa Tenggara Timur)

    Get PDF
    ABSTRAK Pengembangan agroindustri gula tebu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan proses pengambilan keputusan strategis. Proses ini dihadapkan pada tingkat kompleksitas tinggi, seperti jumlah dan penyebaran tenaga kerja tidak merata, ketersediaan infrastruktur dan struktur biaya tidak seragam, serta keberagaman pada faktor agroklimat dan jenis tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model penunjang keputusan pengembangan agroindustri gula tebu di NTT, melalui tahapan seleksi lokasi agroindustri, penyusunan struktur sistem pengembangan kemitraan tebu rakyat dan analisis kelayakan finansial. Seleksi lokasi agroindustri menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), kemudian analisis spasial lokasi prioritas menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dan penentuan kawasan prioritas menggunakan metode Location Quotient (LQ). Strukturisasi sistem pengembangan kemitraan tebu rakyat menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM) dan analisis kelayakan finansial menggunakan analisis kelayakan usaha. Berdasarkan evaluasi tujuan, kriteria dan alternatif menggunakan teknik AHP diperoleh hasil bahwa tujuan penyerapan tenaga kerja mendapatkan skor tertinggi dengan skor 0,659. Kriteria demografi mendapatkan prioritas tertinggi dengan skor 0,419. Penilaian alternatif diperoleh hasil bahwa skor tertinggi pada Kabupaten Belu dengan skor 0,437. Berdasarkan analisis LQ diperoleh bahwa Kecamatan Weliman menjadi prioritas pertama  menjadi kawasan pengembangan agroindustri gula tebu. Berdasarkan analisis kelayakan finansial diketahui bahwa pada discount rate 12%,  nilai NPV sebesar Rp 215.944.224.926, Net BC rasio sebesar 1,13,  IRR 17,37% dan PBP 9,91 tahun. Pengembangan agroindustri gula tebu di NTT layak untuk dilakukan.   Kata kunci: agroindustri gula tebu, seleksi lokasi, analisis kelayakan, location quotient

    MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI GULA TEBU (Studi Kasus di Provinsi Nusa Tenggara Timur)

    Get PDF
    ABSTRAK Pengembangan agroindustri gula tebu di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan proses pengambilan keputusan strategis. Proses ini dihadapkan pada tingkat kompleksitas tinggi, seperti jumlah dan penyebaran tenaga kerja tidak merata, ketersediaan infrastruktur dan struktur biaya tidak seragam, serta keberagaman pada faktor agroklimat dan jenis tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model penunjang keputusan pengembangan agroindustri gula tebu di NTT, melalui tahapan seleksi lokasi agroindustri, penyusunan struktur sistem pengembangan kemitraan tebu rakyat dan analisis kelayakan finansial. Seleksi lokasi agroindustri menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), kemudian analisis spasial lokasi prioritas menggunakan metode Geographic Information System (GIS) dan penentuan kawasan prioritas menggunakan metode Location Quotient (LQ). Strukturisasi sistem pengembangan kemitraan tebu rakyat menggunakan Interpretive Structural Modeling (ISM) dan analisis kelayakan finansial menggunakan analisis kelayakan usaha. Berdasarkan evaluasi tujuan, kriteria dan alternatif menggunakan teknik AHP diperoleh hasil bahwa tujuan penyerapan tenaga kerja mendapatkan skor tertinggi dengan skor 0,659. Kriteria demografi mendapatkan prioritas tertinggi dengan skor 0,419. Penilaian alternatif diperoleh hasil bahwa skor tertinggi pada Kabupaten Belu dengan skor 0,437. Berdasarkan analisis LQ diperoleh bahwa Kecamatan Weliman menjadi prioritas pertama  menjadi kawasan pengembangan agroindustri gula tebu. Berdasarkan analisis kelayakan finansial diketahui bahwa pada discount rate 12%,  nilai NPV sebesar Rp 215.944.224.926, Net BC rasio sebesar 1,13,  IRR 17,37% dan PBP 9,91 tahun. Pengembangan agroindustri gula tebu di NTT layak untuk dilakukan.   Kata kunci: agroindustri gula tebu, seleksi lokasi, analisis kelayakan, location quotient

    Interest in Learning of Indonesian Students with Online Gaming Addiction In The Academic Learning Process

    Get PDF
    Student interest in learning has been declining due to the increasing number of distractions. Interest is one of the important factors contributing to one’s desire and motivation to satisfy curiosity. As the times evolve, many things affect student interest in learning; one of which is smartphones equipped with the internet that promotes the ease of performing activities. Smartphones and the internet offer online games that can be accessed by anyone to play at any time, which can trigger online gaming addiction. The study aims to examine the interest in learning of nursing students who are addicted to online games. This study employed a qualitative method with a phenomenological approach. Data were collected through interviews, observations and documentation. The participants of the study were five students recruited using a snowball sampling method. Data were analyzed using Giorgi method. Results showed that interest in learning of students with online gaming addiction in the academic learning process varies. This can be seen through three emerging themes: student gaming behaviour, changes in students after online gaming, and the learning process of students with addiction to online games. It can be concluded that students’ online game behaviour is influenced by impulsivity that changes student behaviour and leads to addiction

    Effect of psycho-religious group therapy on hallucination in schizophrenia patient

    Get PDF
    Background: Psycho-religious therapy can be used to treat schizophrenia patients. Group therapy is also effective at reducing the signs and symptoms of hallucinations. Combining these two methods for the intervention of schizophrenic patients who experience hallucinations still needs scientific evidence. Objective: This study aims to determine the influence of dhikr psycho-religious group therapy on changes in signs of hallucination symptoms in patients with a psychotic disorder. Methods: This is a pre-experiment study with a pre-post-test design. The sample number was 33 participants in schizophrenia patients with hallucinations. Sampling techniques use purposive sampling that meets inclusion criteria. The research instrument uses a hallucination signs and symptoms evaluation questionnaire. Dhikr psycho-religious group therapy is carried out in 4 times meetings with two stages—data analysis using frequency distribution and statistically paired t-test test. Results: The hallucination symptom score before the intervention was 22.36; after the intervention, it decreased to 11.03. The statistical analysis showed significant differences in hallucination symptoms before and after the intervention of psycho-religious group therapy (p<0.05). Psycho-religious group therapy provides a medium effect in reducing hallucination symptoms (Cohen's d: 3.09). Conclusion: Psycho-religious group therapy can significantly reduce hallucination symptoms
    corecore