32 research outputs found

    Pengaruh Kepribadian Tangguh terhadap Perilaku Kerja Inovatif pada Karyawan PT X

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh kepribadian tangguh terhadap perilaku kerja inovatif pada karyawan perusahaan BUMN yang bergerak pada bidang manufaktur kapal. Sebagai BUMN, perusahaan X memiliki peranan penting untuk mendukung program kerja pemerintah, inovasi diperlukan agar dapat memproduksi barang secara efisien dengan kualitas terbaik. Terdapat 121 responden dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan Skala Perilaku Kerja inovatif (2000) dan Dispositional Resilience Scale-15 (2007). Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment dan simple regression. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kepribadian tangguh secara signifikan berhubungan dengan perilaku kerja inovatif (r = 0.40; p 0.01). Dengan hasil ini, analisis lanjutan menunjukkan bahwa kepribadian tangguh memiliki pengaruh sebesar 16.6% pada munculnya perilaku kerja inovatif (R2=0.16, F(1,120)=26.44, p0.01). Hasil tersebut memiliki arti bahwa 16.6% perilaku kerja inovatif dipengaruhi oleh kepribadian tangguh, dan 83.4% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain

    Pengaruh Knowledge Sharing Behavior terhadap Perilaku Inovatif di Tempat Kerja pada Karyawan PT X dan PT Y

    Get PDF
    Inovasi dibutuhkan perusahaan guna tetap bertahan menghadapi persaingan di dunia usaha. Inovasi di perusahaan sendiri dilakukan oleh karyawan, sehingga penting bagi perusahaan untuk mengetahui hal-hal yang berpengaruh terhadap pengembangan inovasi individu. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kapasitas inovasi adalah knowledge sharing behavior. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh knowledge sharing behavior terhadap perilaku inovatif di tempat kerja. Respondennya adalah karyawan PT X dan Y sejumlah 214 orang. Pengukuran knowledge sharing behavior menggunakan knowledge sharing behavior scale yang berjumlah 17 item. Perilaku inovatif di tempat kerja diukur menggunakan innovative work behavior scale berjumlah 9 item. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa knowledge sharing behavior berpengaruh secara siginifikan terhadap perilaku inovatif di tempat kerja (b = .69, t(214) = 13.99, p .01). Knowledge sharing behavior juga dapat secara signifikan menjelaskan proporsi varians skor perilaku inovatif di tempat kerja (R2 = .48, F = 195.61). Hal ini berarti bahwa 48% variasi skor perilaku inovatif dapat dijelaskan oleh skor knowledge sharing behavior.

    Hubungan Trait Mindfulness dan Keterikatan Kerja dengan Melibatkan Peran Mediasi Modal Psikologis

    Get PDF
    Abstract— Trait mindfulness received great attention in academic research in the past years. Early research about trait mindfulness in the professional area focused on stress reduction and well-being outcomes yet little known its impact on performance and work-related outcomes. This study aimed to know trait mindfulness’ impact on work engagement, with psychological capital as the mediator. This is cross-sectional study with 591 white-collar workers in Indonesia as the sample. The result showed that psychological capital partially mediates the relationship between trait mindfulness and work engagement even after controlling demographic and organizational factors (age, gender, education level, job tenure, job level, and organization type). The findings of this study indicated the positive benefits of developing trait mindfulness and psychological capital in employees.Abstrak— Beberapa tahun terakhir, trait mindfulness mendapat banyak perhatian di dunia ilmiah. Penelitian-penelitian awal mengenai trait mindfulness di dunia kerja lebih berfokus pada kesejahteraan karyawan dan penurunan stres namun belum banyak diketahui dampaknya terhadap performa dan hasil kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak trait mindfulness terhadap keterlibatan kerja karyawan, dengan modal psikologis sebagai mediator. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan 591 karyawan kerah putih di Indonesia sebagai sampel. Hasilnya menunjukkan bahwa modal psikologis secara parsial memediasi hubungan antara trait mindfulness dan keterlibatan kerja karyawan bahkan setelah mengontrol faktor demografis dan faktor organisasi (usia, gender, tingkat pendidikan, masa kerja, tingkat jabatan, dan jenis organisasi). Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya manfaat positif dari mengembangkan trait mindfulness dan modal psikologis karyawan

    The Role of Work Engagement as Moderator of Perceived Stress toward Innovative Work Behavior

    Get PDF
    Previous studies stated that innovative work behavior is negatively affected by perceived stress and positively correlated with work engagement. Work engagement plays an essential role in reducing the effect of perceived stress. This study aims to determine the moderating role of work engagement between perceived stress and innovative work behavior. This research is cross-sectional non-experimental quantitative research. Data were collected among 263 healthcare workers using IWB-9, PSS-10, and UWES-9 as instruments. The data were analyzed with moderation using Hayes’s PROCESS program on SPSS Statistics v22.0.0. This study showed that Work Engagement has no significant role as a moderator on the effect of Perceived Stress on Innovative Work Behavior (t = .14; p = .89 > .05) on healthcare workers. The findings also implied that the negative antecedent variables do not affect innovative work behavior; therefore, the following studies should examine other positive variables on innovative work behavior

    Seberapa Inovatif Anda? Peran Mediasi Keterikatan Kerja pada Hubungan antara Pemberdayaan Psikologis dan Tingkah Laku Kerja Inovatif

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana faktor individual yaitu pemberdayaan psikologis dapat memprediksi munculnya tingkah laku kerja inovatif, yang penting untuk diperhatikan oleh industri dan organisasi. Di sisi lain, terdapat inkonsistensi hasil pada kedua variabel tersebut berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti memiliki hipotesis bahwa keterikatan kerja dapat menjadi mediator untuk membantu pemahaman yang lebih mendalam mengenai mekanisme hubungan pemberdayaan psikologis dengan tingkah laku kerja inovatif. Menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini dilakukan pada 275 karyawan PT X yang terbukti memiliki nilai dan tujuan inovasi pada organisasinya. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini meliputi Innovative Work Behavior Scale, Psychological Empowerment Scale, dan Utrecth Work Engagement Scale versi pendek. Hasil analisis data menunjukkan perhitungan statistik direct effect ?= 0,56; SE= 0,08; LLCI= 0,40; ULCI= 0,73, sedangka indirect effect  ?= 0,09; SE= 0,07; LLCI= - 0,04; ULCI= 0,22. Artinya, keterikatan kerja tidak memediasi hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan tingkah laku kerja inovatif. Dengan demikian, pada responden di PT. X, pemberdayaan psikologis dapat memprediksi munculnya tingkah laku kerja inovatif tanpa memerlukan adanya keterikatan kerja terlebih dahulu. Temuan penelitian ini dapat menjelaskan bahwa perusahaan perlu memerhatikan faktor internal seperti pemberdayaan psikologis untuk meningkatkan tingkah laku kerja inovatif karyawan

    Apakah pemberdayaan pembelajar dapat mendukung kemampuan inovatif mahasiswa? Pengujian korelasional dan komparatif

    Get PDF
    AbstractCompetition between companies relies on innovations from their employees. The potential of innovative employees could be developed since they were college students. One of the many ways to see their potential is by looking at how they perceive their capabilities, impacts, and means in academic settings, also known as learner empowerment. This study aims to look at the relationship between Learner Empowerment and Innovative Work Behavior in University of Indonesia college students. Participants of this research are 539 students above freshman year, gathered using the convenience sampling technique. The instrument used are the Innovative Work Behavior Scale by Janssen (2000) (? = 0,88) and the Learner Empowerment Scale by Frymier dkk. (1996) (? = 0,87), both instruments are adapted accordingly to suit the participants for this research. Analysis techniques used are Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results showed that there's a positive significant relationship between learner empowerment and innovative work behaviour. Dimensions of learner empowerment (meaningfulness, competence, impact) also have significant relationships to innovative work behaviour, with impact as the strongest determinant. Further research can explore other factors that explain the relationship between these two variables.Keywords: College Students; Correlational Research; Innovative Work Behavior; Learner Empowerment AbstrakPersaingan antar perusahaan pada masa ini membutuhkan ide inovatif dari karyawannya. Kemampuan inovatif karyawan dapat dikembangkan sejak individu masih menjadi mahasiswa. Salah satunya dengan bagaimana mahasiswa mempersepsikan kemampuan, potensi, dan peran yang dimilikinya dalam lingkungan belajar, dikenal sebagai pemberdayaan pembelajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemberdayaan pembelajar dengan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia. Partisipan penelitian merupakan 539 mahasiswa yang berada di atas semester 3, didapatkan melalui teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan merupakan Innovative Work Behavior Scale dari Janssen (2000) (? = 0,88) dan Learner Empowerment Scale dari Frymier dkk. (1996)  (? = 0,87) yang diadaptasi menyesuaikan target partisipan penelitian. Teknik analisis yang digunakan adalah Pearson Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara Pemberdayaan Pembelajar dan Perilaku Kerja Inovatif. Ketiga dimensi pemberdayaan pembelajar (meaningfulness, competence, impact) juga secara signifikan berhubungan dengan perilaku kerja inovatif, dengan dimensi impact sebagai penentu terkuat. Penelitian lanjutan dapat mencari faktor yang mampu menjelaskan hubungan kedua variabel ini.Kata kunci: Mahasiswa; Pemberdayaan Pembelajar; Penelitian Korelasional; Perilaku Kerja Inovati

    PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN MAKNA KERJA PADA KARYAWAN

    Get PDF
    Abstract.Fatigue at workplace has many negative consequences such as accident, illness, performance decreased even death. On the other hand, individuals work to achieve something that related to what is called the meaning of work, which through their work, individuals trying to find a destination, make a contribution, linkages, values and expectations that are expected to minimize fatigue. This study aimed to see differences in fatigue based on the employee’s meaning of work. Fatigue was measured with the Fatigue Assessment Scale / FAS (α = .730) and the Meaning of Work Scale (α = .750). Research in the form of survey on the 59 employees who work as civil servants and private employees in Depok, Indramayu, Bogor and Jakarta. Data were analyzed by chi-square method. The results indicate that there are significant differences between individuals who have a religious meaning of work, collective and virtous character with workers perceived fatigue (x2 = .434, p = .835). Thus, an organization can consider to strengthen the meaningfulness of work on employees, to be more able to resist fatigue at work.Key words: the meaning of work, job fatigue, surveys, Chi SquareAbstrak.Kelelahan di tempat kerja menimbulkan beberapa konsekuensi negatif, seperti kecelakaaan kerja, sakit, menurunnya kinerja bahkan menyebabkan kematian. Di lain pihak, individu bekerja untuk mencapai sesuatu yang terkait dengan apa yang disebut makna kerja, dimana melalui pekerjaannya, individu mencoba mencari tujuan, memberikan kontribusi, keterkaitan, nilai dan harapan yang diharapkan akan meminimalisir kelelahan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kelelahan kerja pada karyawan berdasarkan makna kerja yang dimilikinya. Kelelahan kerja diukur dengan Fatigue Assessment Scale/ FAS (α =.730) dan Skala Makna Kerja (α = .750). Penelitian berbentuk survey pada 59 karyawan yang bekerja sebagai PNS dan pegawai swasta di Depok, Indramayu, Bogor dan Jakarta. Data dianalisis dengan metode Chi Square. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara individu yang memiliki makna kerja religius, kolektif dan virtous character dengan kelelahan yang dirasakan pekerja (x2 = .434; p = .835). Dengan demikian, maka organisasi dapat mempertimbangkan untuk memperkuat kebermaknaan kerja pada para karyawan, agar lebih dapat bertahan menghadapi kelelahan dalam bekerja.Kata kunci : makna kerja, kelelahan kerja, survei, Chi Squar

    Perilaku Kerja Inovatif Pada Perusahaan Rintisan: Peran Kepemimpinan Inklusif, Keamanan Psikologis, dan Pemberdayaan Psikologis

    Get PDF
    Perusahaan rintisan atau startup merupakan jenis perusahaan yang memiliki pertumbuhan pesat di Indonesia. Akan tetapi saat ini kondisi perkembangan perusahaan rintisan di Indonesia sedang berada pada kondisi yang mengkhawatirkan dan banyak menghadapi ancaman kegagalan. Oleh karena peran besar perusahaan rintisan sebagai penunjang pertumbuhan bisnis di Indonesia, penelitian mengenai perilaku karyawan perusahaan rintisan menjadi penting dilakukan untuk mendukung keberlangsungan organisasi. Diduga bahwa ketika seorang karyawan merasakan perasaan aman dan berdaya, hal tersebut dapat membantunya menampilkan suatu perilaku inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keamanan psikologis dan pemberdayaan psikologis sebagai mediator simultan dari hubungan antara kepemimpinan inklusif dengan perilaku kerja inovatif. Metode penelitian menggunakan metode survei secara daring hingga menghasilkan sebanyak 117 orang responden, dengan kriteria karyawan perusahaan rintisan, memiliki masa kerja minimal 6 bulan dan berlatar pendidikan minimal SMA. Alat ukur penelitian ini adalah Skala Kepemimpinan Inklusif, Psychological Capital Scale, Skala Pemberdayaan Psikologis dan Skala Perilaku Kerja Inovatif. Pengolahan data menggunakan analisis regresi mediasi paralel berganda dengan aplikasi SPSS 25 PROCESS. Hasil analisis menunjukkan bahwa keamanan psikologis dan pemberdayaan psikologis tidak memediasi hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif secara simultan, melainkan pemberdayaan psikologis yang berperan sebagai mediator hubungan tersebut dalam keadaan keamanan psikologis terkontrol

    KESEIMBANGAN PEKERJAAN DAN KEHIDUPAN PRIBADI SERTA GAYA KERJA BARU, BAGAIMANA DAMPAKNYA TERHADAP STRES KERJA?

    Get PDF
    Studi terhadap 154 orang karyawan kantor pusat PT Bank Syariah X bertujuan untuk mengetahui pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja dan gaya kerja baru terhadap stres kerja. Hasil analisis regresi pada masing-masing variabel prediktor menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap stres kerja (β = -0,56, p0,05). Selanjutnya, hasil analisis regresi berganda menemukan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja dan gaya kerja baru secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap stress kerja, F(2, 151) = 33,98, R=0,56, p<0,01, R2=31%). Temuan ini menunjukkan bahwa 31% proporsi varians stres kerja dapat dijelaskan oleh keseimbangan kehidupan-kerja, sedangkan 69% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja merupakan variabel prediktor yang berpengaruh lebih kuat terhadap stres kerja dibandingkan dengan gaya kerja baru

    Kegagalan Kognitif Karyawan di Masa Pandemi: Apakah Pengaturan Kerja Fleksibel dan Persepsi Kontrol Berperan?

    Get PDF
    Situasi pandemi COVID-19 yang tengah terjadi saat ini, berdampak pada pembatasan aktivitas manusia, salah satunya dalam hal pekerjaan. Sebagian besar perusahaan memutuskan menerapkan pengaturan kerja fleksibel bagi para karyawan. Selain untuk membatasi penyebaran virus, bekerja secara fleksibel berperan dalam menurunkan kegagalan kognitif individu, baik di tempat kerja maupun di rumah. Selain itu kontrol yang baik juga membantu penurunan kegagalan kognitif yang dialami karyawan. Responden penelitian merupakan karyawan perusahaan di Indonesia yang berjumlah 225 orang. Data dianalisis menggunakan program makro PROCESS oleh Hayes. Hasil penelitian menunjukkan persepsi kontrol di tempat kerja berperan sebagai mediator dalam hubungan antara pengaturan kerja fleksibel dengan kegagalan kognitif di tempat kerja (β = -0,003, SE = 0,01, 95% BCa CI [-0,07. -0,01]). Akan tetapi, tidak ditemukan peran mediator dalam hubungan antara pengaturan kerja fleksibel dengan kegagalan kognitif di rumah, maupun dalam hubungan lintas domain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran penerapan pengaturan kerja fleksibel terhadap kontrol individu atas tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga, yang dapat menurunkan kegagalan kognitif individu, khususnya dalam situasi pandemi
    corecore