130 research outputs found

    BUDI DAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA LAHAN KERING DATARAN RENDAH SUMATRA BARAT DENGAN PEMANFAATAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) INDIGENOS

    Get PDF
    Abstrak Perluasan areal tanam pada lahan kering dataran rendah menjadi salah satu alternatif, dalam upaya meningkatkan produksi bawang merah di Sumatra Barat Telah dilakukan ekplorasi, seleksi dan pengujian skala labor, untuk melihat pengaruh FMA indigenos terhadap pertumbuhan, hasil dan kandungan prolin daun bawang merah pada kondisi cekaman kekeringan. Tujuan penelitian adalah, 1) Mengkaji keragaman FMA indigenos dari berbagai lokasi sentra produksi bawang merah di Sumatra Barat dan mengetahui apakah ada perbedaan terhadap jumlah dan jenis FMA pada lokasi tumbuh yang berbeda, 2) Mendapatkan jenis-jenis isolat FMA indigenos yang efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah, 3) Mengetahui respon varietas bawang merah (peka dan toleran) terhadap satu atau sekelompok isolat FMA indigenos yang efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada kondisi cekaman kekeringan. Isolat FMA dikarakterisasi secara morfologi dan Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener digunakan untuk melihat keragaman spesies dari masing-masing lokasi sentra produksi bawang merah dengan berbagai ketinggian tempat berbeda di Sumatra Barat. Untuk melihat korelasi antara faktor lingkungan dengan jumlah dan jenis FMA, digunakan korelasi Pearson. Percobaan rumah kawat dilaksanakan dua tahap. Pengujian efektifitas berbagai jenis FMA menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengujian kompatibilitas FMA dengan tanaman pada kondisi cekaman kekeringan, menggunakan RAL faktorial. Faktor varietas (peka dan toleran) dan faktor jenis-jenis FMA terpilih yang diaplikasikan secara tunggal dan campuran. Untuk kedua percobaan, data dianalisis menggunakan program Statistical Tool for Agricultural Research (STAR). Hasil sidik ragam yang berbeda nyata, dilanjutkan uji DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan, 1) Hasil pengukuran keragaman FMA pada tiga lokasi tumbuh bawang merah dengan ketinggian tempat berbeda di Sumatra Barat menurut Shanon-Wiener mempunyai kategori yang sama yaitu sedang. Total 19 jenis FMA berasal dari rhizosfer bawang merah dari ke tiga lokasi: Scutelospora (4 jenis), Glomus (10 jenis), Gigaspora (2 jenis) dan Acaulospora (3 jenis). Genus Glomus dominan dalam penelitian ini. Terdapat perbedaan terhadap jumlah dan jenis FMA pada masing-masing lokasi: Alahan Panjang-dataran tinggi (12 jenis-687 spora), Saniang Baka-sedang (13 jenis-798 spora) dan Kambang-dataran rendah (10 jenis-817 spora). Jumlah spora tidak selalu linear dengan jumlah jenis. Faktor lingkungan (iklim, tanah dan penggunaan lahan) mempengaruhi jumlah dan jenis FMA. Ketinggian tempat, berkorelasi negatif dengan jumlah spora FMA. Semakin tinggi tempat, semakin rendah jumlah spora. Jumlah jenis lebih dipengaruhi oleh latar belakang penggunaan lahan dan daya adaptasi masing masing jenis FMA terhadap sifat kimia tanah, 2) Didapatkan tiga isolat FMA terpilih yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah di dataran rendah, yaitu Glomus sp2, Glomus sp1 dan Glomus sp3, 3) Pada kondisi cekaman kekeringan, baik varietas peka maupun varietas toleran yang diinokulasi FMA mempunyai respon yang sama pada hampir semua parameter pertumbuhan. Perbedaan respon antara ke dua varietas bawang merah (peka dan toleran) terlihat pada pengamatan komponen hasil. Terdapat interaksi perlakuan inokulasi berbagai jenis FMA pada bawang merah varitas peka dan toleran terhadap penyusutan bobot umbi. Varietas peka yang diinokulasi FMA menunjukkan kehilangan susut bobot umbi yang rendah (8,13%) berbeda nyata dengan varietas toleran (15,58%). Terlihat adanya kerjasama yang sinergis antar isolat FMA, bila diaplikasikan secara campuran. Varietas peka yang diinokulasi dengan campuran isolat FMA (Glomus sp1+Glomus sp2+Glomus sp3), dapat menekan kehilangan susut bobot umbi paling rendah yaitu 4,76%, berbeda nyata dengan perlakuan inokulasi FMA secara tunggal. Sebaliknya, inokulasi semua jenis FMA pada varietas toleran yang diaplikasikan secara tunggal maupun campuran, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap susut bobot umbi dibanding perlakuan tanpa inokulasi FMA. Kata Kunci :Bawang merah, lahan kering, keragaman, FMA indigenos, kompatibilita

    Pengaruh Konsentrasi Kitosan Udang dan Kepiting sebagai Edible Coating terhadap Mutu dan Daya Simpan Tomat Ceri (Solanum lycopersicum var. Cerasiforme)

    Get PDF
    Tomat ceri merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai jual yang tinggi. Kehilangan hasil akibat kerusakan pascapanen tomat ceri perlu dicegah dengan penanganan pascapanen yang tepat. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah pelapisan edible coating menggunakan kitosan. Penelitian bertujuan untuk menentukan sumber dan konsentrasi kitosan yang optimal untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan buah tomat ceri. Penelitian dilaksanakan di Sub-Laboratorium Hortikultura, Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UGM pada bulan Juli-Agustus 2019. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) faktor tunggal dengan tiga blok sebagai ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu sumber dan konsentrasi kitosan. Sumber kitosan berasal dari kepiting dan udang, masing-masing dengan konsentrasi yaitu 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%. Pengamatan dilakukan pada beberapa variabel iklim mikro di ruang penelitian, beberapa indikator kualitas buah, dan masa simpan buah tomat ceri. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis varian (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Honestly Significance Difference (HSD) Tukey pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa Aplikasi kitosan yang bersumber dari udang maupun kepiting sampai dengan konsentrasi 3% belum memberikan kontribusi yang positif terhadap mutu dan daya simpan buah tomat ceri. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan pelapisan kitosan yang bersumber dari udang maupun kepiting dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari 3%

    Growth and Yield Response of Shallots (Allium Ascalonicum) to Various Water Height from Soil Surface

    Get PDF
    The research was conducted from May to October 2008 in  Payakumbuh Agriculture Polytechnic.The objective of the research was to get appropriate level of water surface from ground  and suitable  for optimal shallot yield and growth. This research was  arrange in Randomized Block Design with three treatment. The treatment was the water surface level (W) with three water level  (10, 25 and 40 cm from soil surface). Statistical analysis was performed with SAS System for Windows v6.12. The result showed that water surface level significantly affecting the plant height, relative growth rate, number of leaf, number of tuber, and tuber yield (t ha-1) due to water availablity. Water surface level that significantly increase the yield of shallot was water level condition at 25 cm from soil surface

    Penambahan Kalsium Meningkatkan Kandungan Pektin pada Bibit Kelapa Sawit Tercekam Kekeringan (Elaeis guineensis Jacq.)

    Get PDF
    Long drought due to climate anomalies results in physiological damage to oil palm which is characterized by frond fracture to the decreased productivity. One of the efforts to increase the resistance of oil palm to drought is through the addition of calcium. This study aimed to determine the effect of calcium on hormonal changes (as secondary messenger), the rate of photosynthesis till the content of pectin as a reinforcing component of cell walls which is expected to reduce the risk of frond fracture due to drought. The treatment was arranged in factorial 3 x 4 in the random complete block design (RCBD) split-plot. The first factor was the dose of calcium application which was 0 (control/without calcium), 0,04 g, 0,08 g, and 0,12 g. The second factor was the intensity of drought stress consisting of severe stress, moderate stress, and control/field capacity with an intensity of one week after achieving target weight. Data that fulfilled the assumptions of homogeneity and normality were then analyzed using variance analysis at a level of accuracy of 5% and continued with DMRT. The results showed that calcium can increase the resistance of oil palm seeds through increased GA content, decreased ABA content and increased photosynthetic rates in all soil moisture conditions, but varied according to the intensity of drought.Kekeringan panjang akibat anomali iklim mengakibatkan kerusakan fisiologis bagi kelapa sawit yang ditandai dengan patah pelepah hingga berujung pada penurunan produktivitas. Upaya untuk meningkatkan ketahanan kelapa sawit sawit terhadap kekeringan salah satunya melalui penambahan kalsium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh kalsium terhadap perubahan hormon (secondary messenger), laju fotosintesis hingga kandungan pektin sebagai komponen penguat dinding sel yang diharapkan dapat mengurangi resiko patah pelepah akibat kekeringan. Perlakuan disusun secara faktorial 3 x 4 dalam rancangan kelompok acak lengkap (RAKL) desain split plot. Faktor pertama adalah dosis aplikasi kalsium yaitu 0 (kontrol/tanpa kalsium), 0,04 g, 0,08 g dan 0,12g per polibag. Faktor kedua adalah intensitas cekaman kekeringan yang terdiri atas cekaman berat, cekaman moderat dan kontrol/kapasitas lapangan) dengan intensitas satu minggu sejak tercapainya bobot target. Data yang memenuhi asumsi homogenitas dan normalitas selanjutnya dianalisis menggunakan analisis ragam pada tingkat ketelitian 5%, dan dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT. Hasil menunjukkan bahwa, kalsium dapat meningkatkan ketahanan bibit kelapa sawit melalui perubahan kandungan asam giberelin, peningkatan laju fotosintesis dan peningkatan kandungan pektin total pada kondisi kekeringan moderat hingga berat. Asam giberelin meningkat seiring bertambahnya dosis kalsium, namun peningkatan taraf kekeringan dapat menurunkan kandungannya

    PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI INSTRUMENTER (INSTRUMENTAIRE GETUIGEN) DALAM PEMBUATAN AKTA AUTENTIK NOTARIS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

    Get PDF
    Ketentuan terpenting dalam pembuatan akta autentik menurut Undang-Undang Jabatan Notaris adalah hadirnya saksi termasuk saksi instrumenter (Instrumentaire Getuigen). Saksi instrumenter sebagai saksi akta dalam proses pembuatan akta notaris harus memiliki perlindungan hukum yang komperhensif dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Hal ini mengingat belum adanya regulasi terkait perlindungan hukum bagi saksi instrumenter dan juga mempertimbangkan saksi instrumenter melekat dengan notaris, sehingga jika berbicara mengenai perlindungan hukumnyapun seharusnya sama dengan notaris begitupun dengan kewajibannya salah satunya ialah menjaga kerahasiaan akta. Berangkat dari hal inilah penulis melakukan penelitian dengan tiga permasalahan, yaitu; 1) Bagaimana peran saksi instrumenter dalam pembuatan akta autentik notaris dihubungkan dengan Undang-Undang Jabatan Notaris?, 2) Bagaimana tanggung jawab seorang saksi instrumenter dalam proses pembuatan akta autentik notaris?, 3)Bagaimana perlindungan hukum terhadap saksi instrumenter dalam pembuatan akta autentik notaris? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis yuridis kualitatif, yaitu dengan memaparkan data sekunder yang berhubungan dengan objek penelitian dan permasalahan yang ada dilapangan kemudian dianalisis tanpa menggunakan rumus atau metode statistik. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menjelaskan peran saksi instrumenter dalam setiap pembuatan akta Notaris bersifat mutlak, mengingat keberadaan saksi instrumenter selain berfungsi sebagai alat bukti juga dapat membantu posisi seorang Notaris menjadi aman dalam hal akta yang dibuat oleh Notaris diperkarakan oleh salah satu pihak dalam akta atau pihak ketiga. Saksi instrumenter dengan membubuhkan tanda tangan, memberikan kesaksian, tentang kebenaran dalam isi akta serta kesaksian bahwa telah dipenuhinya syarat formalitas yang diharuskan oleh Undang-undang. Kemudian segala bentuk kewajiban dalam menjaga kerahasiaan akta notaris sebagaimana yang ditentukan undang-undang menjadi suatu tanggung jawab bagi seorang saksi instrumenter. Perlindungan hukum terhadap saksi intrumenter dalam hal ini tidak diatur didalam UUJN maupun dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Dalam UU LPSK, perlindungan hukum terhadap saksi dimana saksi adalah orang yang dapat memberikan kepentingan guna proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri. Artinya dengan keberadaan saksi instrumenter berdasarkan Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban belum memberikan perlindungan kepada saksi instumenter, karena saksi yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut adalah saksi yang berkaitan dengan tindak pidana, sedangkan saksi istrumenter, merupakan saksi akta yang hanya sebatas kesesuaian formal. Kata Kunci : Saksi Instrumenter, Akta Autentik, UUJ

    Morphological characters of root and yield of three cocoa (Theobroma cacao L.) clones in the field with dead-end trench

    Get PDF
    Cocoa (Theobroma cacao L.) is a perennial crop originated from tropical regions, divided into Criollo, Forastero, and Trinitario. Demand for cocoa has increased, but the productivity is still low. The increase in production could be achieved by improving crop management and using superior clones. RCC-70, RCC-71, and KKM-22 are recommended as the superior cocoa clones. Dead-end trench can reduce erosion and surface run-off as well as improve rooting and soil organic matter sequestration. The objectives of this research were to study the effects of dead-end trench application on morphological characters of roots and yields of three cocoa clones and to determine which cocoa clone(s) performed a signifificant yield increase with the application of dead-end trench. The research was conducted in August 2018–April 2019 at Pagilaran Ltd. cocoa plantation in North Segayung Production Unit, subdistrict Tulis, Batang, Central Java. The experiment was arranged in a randomized complete block design with two factors and three replications as block. The first factor was dead-end trench application (with and without dead-end trench application) and the second factor was cocoa clones (RCC-70, RCC-71, and KKM-22). This study showed that application of dead-end trench and clones significantly increased root fresh weight, root dry weight, seed fresh weight, and seed dry weight, but had no significant effect on fruit diameter, fruit length, root length, and root surface area. RCC-70 clone, coupled with the application of dead-end trench, resulted in the highest seed dry weight compared to RCC-71 and KKM-22 clones

    Sistem Kendali Pada Mesin Produksi Kerupuk Mawar Menggunakan Networked Control System

    Get PDF
    Kerupuk memang bisa dibuat secara manual atau dengan alat tradisional. Namun untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, kerupuk perlu diproduksi dengan mesin agar lebih efesien. Pada salah satu UMKM kerupuk, belum memiliki alat untuk produksi krupuk mentahnya, dengan kata lain UMKM kerupuk ini hanya melakukan penggorengan saja. Kondisi ini kurang memaksimalkan sistem pabrik itu sendiri. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pada proyek akhir ini akan membuat mesin produksi otomatis dengan sistem kendali pada mesin produksi kerupuk mawar dengan menggunakan Networked Control System sehingga dapat membuat dan mencetak kerupuk mulai dari bahan baku mentah. Metode Networked Control System tersebut untuk mengetahui ganguan paket data yang dikirim. Pada sistem ini terdapat monitoring dan kontrol produksi penakaran bahan dan dilengkapi dengan sensor Loadcell, terdapat juga kontrol untuk produksi pilihan rasa asin dan pedas pada kerupuk mawar. Keseluruhan sistem ini dikontrol menggunakan mikrokontroller Arduino Mega dan juga menggunakan ESP8266. Pada monitoring bahan takaran terdapat error sebesar 1% pada sensor Loadcell, dan juga terdapat delay pada control servo sebesar 1-3 detik. Hasil pengujian metode Networked Control System terdapat respon waktu yang dibutukan pada saat website dapat mengaktifkan mesin produksi kerupuk bekisar 1,15 detik – 1,21 detik, karena diberikan delay selama 1 detik, maka respon waktu dari website hingga plant bergerak yaitu selama kurang dari 1 detik

    Application of Several Post-Harvest Processing Technologies to Several Types of Coffee Plants (Coffea sp)

    Get PDF
    So far, post-harvest processing of people's coffee is usually always a drying process using sunlight, the drying process is usually carried out for 15 to 17 days until a moisture content of 18 to 20% is reached. But if the rainy season takes up to 3 weeks more and this results in the quality of the coffee being not good because it is moldy and smells bad. In post-harvest handling, especially the drying process remains a problem in the field. Post-harvest processing of coffee in the small and medium coffee industry usually uses several methods, including: honey process, honey wet hulling process, natural process, full wash process, semi wash process and wine process. In addition to the processing after harvest, the type of variety harvested also greatly affects the quality of the crop. Arabica and Robusta coffee plants provide different tastes, aromas, levels of acidity for coffee lovers so that there is competition for market interest which also encourages farmers to plant Arabica and Robusta coffee. The purpose of this research is to get the best post-harvest coffee processing method according to the taste expected by consumers. From the research that has been done, it can be concluded that the processing method greatly influences the taste of the coffee, both Arabica coffee powder and Robusta coffee powder. The best post-harvest processing of coffee according to the taste expected by consumers with the honey method for both Arabica and Robusta coffee. This is influenced by the mucilage in coffee beans containing mucilage which gives rise to its own taste in the final result of coffee powder

    Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elais guineensis) pada Beberapa Waktu dan Arah Aplikasi Boron (B) dan Silikon (Si) Melalui Daun

    Get PDF
    Study entitled 'Growth and Drought Resistance Seed Oil Palm (Elaeis guineensis) in Multiple Time and Direction Applications Boron (B) and Silicon (Si) through Leaves' aims to study the effect of B and Si on physiological processes and growth of oil palm seedlings experiencing drought stress and get a way and timing of B and Si is effective to reduce the effect of drought on the decline of physiological processes and growth of oil palm seedlings, Has been implemented in the hamlet Bendosari Madurejo village, Prambanan subdistrict, Sleman; Laboratory of Plant Sciences Faculty of Agriculture, Plant Anatomy Laboratory of the Faculty of Biology and Integrated Research and Testing Laboratory (LPPT) Gadjah Mada University Yogyakarta in March to December of 2012. Research using a complete randomized block design (RAKL) factorial 3 x 3 1 to 3 blocks as replications. The first factor is the way fertilization, the second factor is the time of fertilization and added a comparison (control) without any fertilization treatment. The data analyzed were obtained using Varian Analysis (ANOVA) at the level of 5%, and followed by a test of least significant difference LSD. The results showed that the uptake and increased significantly with the application and the leaves by spraying in the morning, afternoon and evening through the direction of the bottom surface, the top and bottom of leaves. However, absorption of Si is only able to increase if the source of Si fertilizer applied by spraying the leaves through a downward direction on the surface of leaves in the evening. Oil palm seedlings can be improved resistance to drought stress with an indication of the form of increasing scores lignin and suberin in roots network as well as the size of the diameter of the rod when compared with control through the application of fertilizer source of B and Si on the leaves by spraying in the morning, afternoon and evening through direction of the bottom surface, the top and bottom of leaves
    • …
    corecore