25 research outputs found

    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PLT)

    Get PDF
    Praktik Pengalaman Lapangan (PLT) merupakan kuliah intrakurikuler yang harus ditempuh oleh semua mahasiswa program strata-1 (S1). PLT mempunyai kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. PLT diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa, terutama dalam hal pengalaman kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya, peningkatan ketrampilan, kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Tujuan PLT adalah memberikan pengalaman kapada mahasiswa dalam bidang pembelajaran di sekolah atau lembaga, dalam rangka melatih dan mengembangkan kompetensi keguruan atau kependidikan. Selain itu PLT juga memiliki manfaat lain bagi mahasiswa yaitu untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai secara interdisiplin ke dalam pembelajaran di sekolah, klub, atau lembaga pendidikan. Pelaksanaan program-program PLT ini berlangsung selama 2 bulan, sejak 15 September sampai dengan 15 November 2017. Adapun program yang telah terlaksana adalah program praktik mengajar, meliputi praktik pembelajaran terbimbing, mandiri dan ujian praktik PLT. Kegiatan praktik mengajar telah dilakukan di kelas 4A, 1B, 5C, 2A, 3C, 3A, 4A, 4C, 3A. Mata pelajaran yang diajarkan merupakan dalam bentuk tema sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 yaitu thematic integratif. Tema yang diajarkan penulis berisi muatan materi matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn serta PJOK. Selain melakukan praktek mengajar, penulis juga telah menyelesaikan kegiatan non-mengajar yang menjadi program kerja kelompok yaitu sloganisasi, tangganisasi, pembenahan alat ibadah di musholla, peringatan HUT Kota Yogyakarta, peringatan HUT PGRI, pembiasaan literasi siswa, menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi, membantu penulisan administrasi perpustakaan, pendampingan ekstrakulikuler (tari, pramuka, polisi cilik), kegiatan 3S (Senyum, Salam, Sapa) dan kegiatan Environment Heroes yang diisi dengan kegiatan membagikan bibit buah sirsak untuk ikut ambil bagian dalam penghijauan kawasan Kota Yogyakarta. Selain itu, penulis juga telah melaksanakan kegiatan yang bersisfat insidental meliputi mengajar insidental di kelas 1B, 4A dan 4B, membantu guru membuat soal Penilaian Akhir Semester (PAS), mengoreksi serta menginput nilai hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) siswa dan menjenguk pustakawan SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta yang terkena musibah kecelakaan Semua program yang telah direncanakan maupun program insidental telah terlaksana dengan baik. Dengan terlaksananya program-program tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi SD N Kotagede 1 maupun bagi penulis untuk lebih baik dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya

    PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI (MINIATUR KINCIR AIR PEMBANGKIT LISTRIK) UNTUK MATERI KELAS IV TEMA 2 SELALU BERHEMAT ENERGI

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan media pembelajaran tiga dimensi (miniatur kincir air pembangkit listrik) untuk materi kelas IV tema 2 selalu berhemat energi. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan model Borg & Gall(1983). Namun dalam penelitian ini hanya terdiri dari 9 tahap, yaitu penelitian dan pengumpulan informasi awal, perencanaan, pengembangan bentuk produk awal, uji coba perorangan, revisi produk hasil uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, revisi produk hasil uji coba kelompok kecil, uji lapangan, dan penyempurnaan produk akhir. Subyek dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas IV SD N Gedongtengen yang terdiri dari 3 siswa sebagai subyek uji coba perorangan, 6 siswa sebagai subyek uji coba kelompok kecil, dan 15 siswa sebagai subyek uji lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran miniatur kincir air pembangkit listrik yang dikembangkan dapat dikatakan layak. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil validasi dari ahli media yang termasuk dalam kriteria sangat baik (4,21), hasil validasi dari ahli materi yang termasuk dalam kriteria sangat baik (4,83), hasil uji coba perorangan yang termasuk dalam kriteria sangat baik (4,97), hasil uji coba kelompok kecil yang termasuk dalam kriteria sangat baik (4,63), dan hasil uji lapangan yang termasuk dalam kriteria sangat baik (4,68). Kata kunci: pengembangan media, miniatur kincir air pembangkit listri

    Otomatisasi Sistem Kontrol Ph Dan Informasi Suhu Pada Akuarium Menggunakan Arduino Uno Dan Raspberry Pi 3

    Get PDF
    Telah dirancang sebuah sistem otomatisasi kontrol kadar pH dan informasi suhu. Kadar pH di ukur dengan menggunakan sensor pH E-201-C dan suhu di ukur dengan sensor DS18B20. Proses kontrol pH di lakukan dengan menambahkan cairan pH up dan pH down dan direalisasikan dengan katup solenoid. Tujuan pembuatan sistem ini adalah untuk mengontrol nilai pH air dalam akuarium dan memberi informasi tentang suhu air. Ke dalam sistem ini telah diinput nilai standar pH dan suhu pada masing-masing jenis ikan. Sistem ini akan bekerja secara otomatis untuk menyesuaikan lingkungan hidup ikan hias sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Sistem pengontrolan pH dapat bekerja apabila nilai pengukuran pH menyatakan kondisi pH tinggi atau pH rendah dan pada kondisi tersebut air akan mengalir ke tabung penyesuaian pH untuk melakukan kontrol. Apabila nilai pengukuran pH menyatakan bahwa pH tinggi maka cairan Kontrol pH down akan mengalir dan apabila nilai pengukuran pH menyatakan bahwa pH rendah maka cairan kontrol pH up akan mengalir. Sistem ini telah teruji mampu mempertahankan kondisi lingkungan hidup ikan hias dengan hasil pengukuran pH dan suhu adalah 7.48 -7.8 dan 28.87 – 29.55 0C. Kata kunci: Sensor pH E-201-C, Sensor DS18B20, pH down, pH up&nbsp

    OTOMATISASI SISTEM KONTROL pH DAN INFORMASI SUHU PADA AKUARIUM MENGGUNAKAN ARDUINO UNO DAN RASPBERRY PI 3

    Get PDF
    ABSTRAK Telah dirancang sebuah sistem otomatisasi kontrol kadar pH dan informasi suhu. Kadar pH di ukur dengan menggunakan sensor pH E-201-C dan suhu di ukur dengan sensor DS18B20. Proses kontrol pH di lakukan dengan menambahkan cairan pH up dan pH down dan direalisasikan dengan katup solenoid. Tujuan pembuatan sistem ini adalah untuk mengontrol nilai pH air dalam akuarium dan memberi informasi tentang suhu air. Ke dalam sistem ini telah diinput nilai standar pH dan suhu pada masing-masing jenis ikan. Sistem ini akan bekerja secara otomatis untuk menyesuaikan lingkungan hidup ikan hias sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Sistem pengontrolan pH dapat bekerja apabila nilai pengukuran pH menyatakan kondisi pH tinggi atau pH rendah dan pada kondisi tersebut air akan mengalir ke tabung penyesuaian pH untuk melakukan kontrol. Apabila nilai pengukuran pH menyatakan bahwa pH tinggi maka cairan Kontrol pH down akan mengalir dan apabila nilai pengukuran pH menyatakan bahwa pH rendah maka cairan kontrol pH up akan mengalir. Sistem ini telah teruji mampu mempertahankan kondisi lingkungan hidup ikan hias dengan hasil pengukuran pH dan suhu adalah 7.48 -7.8 dan 28.87 – 29.55 0C. Kata kunci: Sensor pH E-201-C, Sensor DS18B20, pH down, pH up  ABSTRACT An automated control system of pH value and temperature monitoring of an aquarium had been designed. For pH value measurement, E -201C type pH sensor had been used, while the temperature monitoring is done using DS18620 one wire temperature sensor. Controlling processing of pH is done by adding liquid of pH up and pH down and realized with solenoid valve. The aim is to control pH value of water in aquarium and giving information about temperature monitoring. This system had been inputted standard pH value and temperature to all variant of fishes. It works systematically to adapt on environment of the fishes by the needs. The system is able to work well if the controlling of pH value showed the condition up or down and water is able to flow to adapter tube. if the value shows that the pH is high then controlling liquid of pH up will be flowing while if pH is low then pH down will be flowing. This system had been tested to maintain the environment condition of fishes and showed by measuring of pH and temperature is 7.48 – 7.8  and 28.87– 29.55 0C. Keywords: Sensor pH E – 201, Sensr DS18B20, pH down, pH up

    Sorption and fractionation of dissolved organic matter and associated phosphorus in agricultural soil

    Get PDF
    Molibility of dissolved organic matter (DOM) strongly affects the export of nitrogen (N) and phosphorus (P) from oils to surface waters. To study the sorption an mobility of dissolved organic C and P (DOC, DOP) in soil, the pH-dependent sorption of DOM to samples from Ap, EB, and Bt horizons from a Danish agircultural Humic Hapludult was investigated and a kinetic model applicable in field-scale model tested. Sorption experiments of 1 to 72 h duration were conducted at two pH levels (pH 5.0 and 7.0) and six initial DOC concentrtions (0-4.7 mmol L-1). Most sorption/desorption occurred during the first few hours. Dissolved organic carbon and DOP sorption decreased strongly with increased pH and desorption dominated at pH 7, especially for DOC. Due to fractionation during DOM sorption/desorption at DOC concentrations up to 2 mmol L-1, the solution fraction of DOM was enriched in P indicating preferred leaching of DOP. The kinetics of sorption was expressed as a function of how far the solution DOC or DOP concentrations deviate from "equilibrium". The model was able to simulate the kinetics of DOC and DOP sorption/desorption at all concentrations investigated and at both pH levels making it useful for incorporation in field-scale models for quantifying DOC and DOP dynamics

    FABRIKASI DAN ANALISIS WIND SONIC 3D DENGAN MENGGUNAKAN SUSUNAN SENSOR DUAL TRANSDUSER

    No full text
    Pada penelitian ini telah dilakukan fabrikasi dan analisis Wind Sonic 3D dengan menggunakan metode waktu tempuh (time of flight) dan susunan sensor dual transduser. Jarak transduser (transmitter 1–receiver 1) pada tiap sumbu adalah 16 cm dan jarak antar transduser (transmitter 1-receiver 2 dan transmitter 2-receiver 1) adalah 3 mm dan 10 mm. Wind Sonic 3D mengunakan sensor ultrasonic 40 KHz. Proses kalibrasi sensor wind sonic dilakukan pada dua kondisi yaitu kondisi tanpa gangguan dan kondisi dengan kecepatan angin 2.3 m/s pada dua variasi jarak antar transduser. Pada jarak antar transduser 3 mm dengan keadaan tanpa gangguan range pengukuran yang diperoleh adalah -0.19 – 0.19 m/s dan keadaan kecepatan angin 2.3 m/s Selisih range pengukuran adalah -0.19 – 0.29 m/s dengan nilai persentase eror di antara 0-12.62 %. Pada jarak antara transduser 10 mm dengan keadaan tanpa gangguan range pengukuran yang diperoleh adalah 0 – 0.14 m/s dan keadaan kecepatan angin 2.3 m/s selisih range pengukuran adalah 0 – 0.21 m/s dengan nilai persentase eror pada sumbu X di antara 1.28% – 9.14%, sumbu Y di antara 0.29% – 8.61% dan sumbu Z di antara 0.05% – 7.44%. Berdasarkan hasil kalibrasi dapat diketahui bahwa untuk mengunakan susunan sensor dual transduser pada Wind Sonic 3D, jarak minimum antar transduser adalah 10 mm untuk mengurangi terjadinya interfrensi gelombang dan eror pengukuran. ======================================================================================================= In this research, Wind Sonic 3D fabrication and analysis have been carried out using the time of flight method and dual transducer sensor arrangement. The distance between the transducers (transmitter 1 – receiver 1) on each axis is 16 cm and the distance between the transducers (transmitter 1-receiver 2 and transmitter 2-receiver 1) is 3 mm and 10 mm. Wind sonic 3D uses a 40 kHz ultrasonic sensor. The wind sonic sensor calibration process is carried out in two conditions, namely conditions without interference and conditions with a wind speed of 2,3 m / s at two variations of the distance between the transducers. At the distance between the 3 mm transducer and the state without interference, the measurement range obtained is -0,19 – 0,19 m / s and the state of wind speed is 2,3 m / s. The difference in the measurement range is -0,19 – 0,29 m / s with a percentage error value between 0-12,62 %. At the distance between the transducer of 10 mm with a state without interference, the measurement range obtained is 0 – 0,14 m / s and the state of wind speed is 2,3 m / s the difference in the measurement range is 0 – 0,21 m / s with the percentage error value on the X-axis between 1,28% - 9,14%, Y-axis between 0,29% - 8,61% and Z-axis between 0,05% - 7,44%. Based on the results of the calibration, it can be seen that to use a dual transducer sensor arrangement in wind sonic 3D, the minimum distance between the transducers is 10 mm to reduce the occurrence of wave interference and measurement errors
    corecore