18 research outputs found

    Penyusunan Rencana Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) Untuk Produk Rendang Domba Kaleng di CV. Mitra Tani Farm, Kabupaten Bogor

    Get PDF
    Daging merupakan sumber pangan hewani yang memiliki kandungan gizi yang tinggi, memiliki umur simpan yang rendah dan rentan akan kontaminasi mikroorganisme. Salah satu pengolahan daging menjadi produk pangan yaitu mengolah dengan cara pengalengan. CV. Mitra Tani Farm merupakan perusahaan dalam bidang peternakan dan produk pangan. Salah satu produk pangan yang diproduksi yaitu rendang domba dalam kaleng. Produk tersebut memiliki resiko tinggi dalam keamanan pangan. Proses dari bahan hingga produk jadi perlu diperhatikan keamanan pangannya. Pemanasan yang tidak sesuai saat sterilisasi produk kaleng memungkinkan tidak semua bakteri mati. Sehingga hal ini perlu dicegah dan dikendalikan dengan penyusunan rencana Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk meningkatkan keamanan pangan produk. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penyusunan rencana HACCP pada produk rendang domba kaleng di MT farm. Dengan mengidentifikasi bahaya fisik, kimia dan biologi pada bahan maupun proses produksi. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan HACCP yaitu pembentukan tim HACCP, deskripsi produk, identifikasi tujuan penggunaan produk, menyusun diagram alir proses, konfirmasi diagram alir proses, analisis bahaya, penentuan critical control point (CCP), penetapan batas kritis, penentuan sistem pemantauan, penetapan tindakan perbaikan, penetapan prosedur verifikasi, serta penetapan sistem dokumentasi dan pencatatan. Lalu memberikan rekomendasi perbaikan untuk penerapan HACCP. Hasil penelitian menunjukkan bahaya yang signifikan berupa bahaya biologi Clostridium botulinum pada proses exhausting, penutupan kaleng dan sterilisasi. Critical control point pada proses sterilisasi, dengan batas kritis yaitu suhu 110°C dan waktu selama 100 menit. Sistem pemantauan dilakukan pada proses sterilisasi di ruang produksi dengan termometer dan timer manual oleh operator retort. Tindakan perbaikannya dengan melakukan reject produk, analisis penyebab masalah dan malakukan perbaikan. Prosedur verifikasinya yaitu supervisor memeriksa laporan sterilisasi, kalibrasi termometer retort dan uji kecukupan panas pada alat. Serta sistem dokumentasi dengan membuat laporan pengecekan suhu dan pencatatan waktu proses sterilisasi. Rekomendasi yang disarankan yaitu pembuatan checklist pengecekan suhu

    Optimasi Ekstraksi Antosianin dari Rosela Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Metode Vacuum Microwave Assisted Extraction (VMAE) dengan Kajian Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Waktu Ekstraksi

    Get PDF
    Produk makanan yang memiliki warna menarik akan menimbulkan daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga dilakukan penambahan warna makanan dengan menggunakan pewarna makanan. Salah satu sumber pewarna alami adalah bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L). Bunga rosela mengandung pigmen merah yang dihasilkan oleh antosianin. Senyawa antosianin diperoleh dengan menggunakan proses ekstraksi, yaitu dengan menggunakan Vacuum Microwave Assisted Extraction (MAE). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lama waktu ekstraksi dan konsentrasi asam sitrat yang optimum. Penelitian ini menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan dua faktor. Faktor lama waktu ekstraksi memiliki batas bawah 5 menit dan batas atas 9 menit, sedangkan konsentrasi asam sitrat memiliki batas bawah 2% dan batas atas 6%. Respon yang akan dioptimasi adalah rendemen (%), kadar antosianin (ppm), dan tingkat kecerahan. Jumlah kombinasi didapatkan sebanyak 13 kali. Hasil penelitian menunjukkan ketiga respon bersifat kuadratik. Solusi titik optimum yang diprediksikan oleh program berada pada lama waktu ekstraksi 6 menit 43 detik dan konsentrasi asam sitrat sebesar 4,30%. Hasil rendemen terbaik sebesar 28,4115%, tingkat kecerahan terbaik sebesar 26,151, dan total antosianin terbaik sebesar 253,054 ppm. Karakterisasi ekstrak antosianin optimal diperoleh nilai untuk respon total antosianin sebesar 255,49 ppm, tingkat kecerahan sebesar 26,10, dan aktivitas antioksidan sebesar 76,63 ppm

    Pemanfaatan Pektin Kulit Jeruk Manis Pacitan (Citrus sinensis L. Osbeck cv. Pacitan) Untuk Optimasi Sintesis Surfaktan Melalui Modifikasi Hidrofilik Dalam Microwave Assisted System

    Get PDF
    Kulit jeruk manis pacitan (Citrus sinensis L. Osbeck cv. Pacitan) mengandung pektin. Pektin merupakan senyawa polisakarida larut air (water soluble). Struktur pektin terdiri dari sebagian asam D-galakturonat teresterifikasi dengan ikatan α-1,4 glikosidik. Aplikasi pektin digunakan dalam berbagai produk pangan sebagai komponen bahan perekat (gelling agent), pengental (thickening agent), serta penstabil (stabilizer). Metode ekstraksi pektin kulit jeruk manis dilakukan menggunakan microwave assisted extraction (MAE). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Box-Behnken Design dengan faktor rasio bahan : pelarut (1:40–1:60 g/ml), suhu ekstraksi (60-700C), serta lama waktu ekstraksi (1-11 menit). Respon yang diamati adalah rendemen (%), kadar total pektin (%). Hasil optimasi dengan Response Surface Methodology menunjukkan bahwa kondisi optimum adalah rasio bahan : pelarut 1:51 g/ml, suhu 650C selama 7 menit dengan hasil rendemen sebesar 23,87% ± 0,34 dan kadar total pektin 21,01% ± 0,05. Pektin kulit jeruk manis hasil optimasi dan verifikasi kemudian dilakukan karakterisasi sifat fisikokimia serta dibandingkan dengan pektin komersil. Hasil karakteristik fisikokimia dari pektin optimasi tergolong sebagai High Methoxyl Pectin dengan nilai kadar air 5,31% ± 0,22, berat ekivalen 752,42 g/mol ± 31,79, kadar metoksil 39,60% ± 1,24, kadar asam galakturonat 79,63% ± 1,02, dan derajat esterifikasi 68,39% ± 0,98. Pektin kulit jeruk manis hasil optimasi kemudian dilakukan derivatisasi menjadi asam poligalakturonat. Pektin juga dapat berkontribusi dalam pemanfaatan limbah hasil pertanian dari sumber bahan terbarukan (renewable raw materials), ramah lingkungan (biodegradable) sebagai bahan baku pembuatan surfaktan polimerik berjenis pektin teramidasi. Pektin teramidasi berbasis asam poligalakturonat merupakan senyawa hasil derivatisasi pektin dengan karakteristik sebagai surfaktan yang dapat diaplikasikan dalam sistem emulsi. Sintesis surfaktan dilakukan melalui modifikasi hidrofilik asam poligalakturonat direaksikan dengan senyawa taurin sebagai entitas hidrofilik (metode aminolisis) dalam microwave assisted system, sehingga dapat terjadi penambahan rantai hidrofilik pada struktur asam poligalakturonat yang bersifat hidrofobik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Central Composite Design dengan faktor suhu reaksi (70-90oC) dan lama waktu reaksi (5-15 menit). Respon yang diamati adalah derajat amidasi (%). Hasil optimasi dengan Response Surface Methodology menunjukkan bahwa kondisi optimum adalah suhu 90 oC selama 15 menit dengan hasil derajat amidasi sebesar 34,14% ± 0,01. Surfaktan hasil optimasi dan verifikasi kemudian dilakukan karakterisasi gugus fungsi Fourier Transform Infra Red (FT-IR) yang menunjukkan adanya gugus fungsional dari senyawa ester, asam karboksilat, amida, dan gugus C-H alifatik serta pengukuran nilai hydrofilik-lypofilik balance (HLB) sebesar 7,19 ± 0,03

    Penyusunan Dokumen Rencana Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) Pada Industri Rumah Tangga “Brownies” Matahati di Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi

    Get PDF
    Menurut data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, jumlah UMKM yang ada sebanyak 56 juta dan sejumlah 39,2 juta bergerak dibidang pangan. Posisi strategis UMKM dalam perekonomian nasional didukung eksistensinya oleh BPOM sehingga BPOM berupaya memfasilitasi untuk meningkatkan kemampuannya dalam memenuhi penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan HACCP. Hal tersebut disambut baik oleh UMKM Matahati yang juga berkomitmen untuk menerapkan HACCAP pada industrinya. Tujuan dari magang ini yaitu untuk mendapatkan dokumen HACCP yang akan dijadikan acuan dalam penerapan HACCP di UMKM Matahati. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu penelitian dengan usaha mendeskripsikan suatu keadaan yang terjadi dalam upaya penilaian penerapan GMP, SSOP dan HACCP pada proses pembuatan brownies di UMKM Matahati. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi langsung, dokumentasi, wawancara dan data identifikasi bahaya pada seluruh aspek proses produksi. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur yang berkaitan mengenai keamanan pangan. Tata cara penilaian GMP dan SSOP dilakukan dengan menyesuaikan keadaan yang sebenarnya pada industri dengan aturan yang ada pada Perka BPOM Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 dan HK.03.1.23.04.12.2207 Tahun 2012, sedangkan proses penyusunan dokumen HACCP dilakukan dengan cara melakukan 12 tahap HACCP di UMKM Matahati yang dilakukan dengan mengamati proses produksi dari persiapan bahan baku hingga produk akhir siap didistribusikan. Hasil evaluasi penilaian GMP pada UMKM Matahati masih ditemukan ketidaksesuaian pada aspek kesehatan dan higiene yakni karyawan di bagian produksi pangan mengenakan perhiasan yang kemudian dilakukan tindakan koreksi berupa pelatihan internal tentang kesehatan dan higiene karyawan yang kemudian dilakukan penilaian sebagai tolak ukur keberhasilan. Pada hasil evaluasi penilaian SSOP, UMKM Matahati telah memenuhi seluruh aspek SSOP yang terdiri dari 8 aspek. Berdasarkan identifikasi dalam upaya penyusunan rencana HACCP pada UMKM Matahati ditemukan 1 titik kendali kritis yakni pada proses pemanggangan dengan tindakan koreksi yang disarankan yaitu menerapkan SOP setting suhu 200°C selama 15 meni

    Optimasi pengeringan chips porang (amorphophallus muelleri blume) skala pilot plant menggunakan rotary oven tray.

    Get PDF
    Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu sumber umbi-umbian khas Indonesia. Amorphophallus adalah tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae), umbi mengandung glukomanan dan kristal oksalat. Pengolahan porang secara sederhana umum dilakukan masyarakat Indonesia dengan cara pengeringan. Pengeringan dengan sinar matahari dan dilahan terbuka mengakibatkan chip porang yang dihasilkan menjadi kotor dan berwarna gelap. Pengeringan menggunakan rotary oven tray belum pernah dilakukan sebelumnya untuk komoditas ini, namun prinsip pengeringan menggunakan udara panas merupakan salah satu pilihan yang tepat. Pada penelitian ini menggunakan metode optimasi yang dengan rancangan Central Composit Design (CCD) dengan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan dua variabel yaitu berat chip yang dikeringkan dan waktu pengeringan, hasil yang diamati adalah rendemen (%), kadar air (%), derajat putih, kadar glukomanan (%) dan kadar kalsium oksalat (%). Analisis data dilakukan dengan program Design Expert yang merupakan respon dari hasil penelitian, kemudian dilakukan tahap verifikasi terhadap produk dengan perlakuan paling optimum. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai respon hasil penelitian yang sebenarnya dengan nilai hasil perhitungan program dengan nilai validasi dibawah 5%. Setelah tahap verifikasi optimasi, dilakukan analisa residu sulfit untuk mengetahui batas keamanannya. Hasil optimasi yang diprediksikan oleh program menunjukkan bahwa kondisi optimum pengeringan chips porang dengan kajian lama pengeringan dan berat chips yaitu lama pengeringan selama 12.00 jam dan berat chips basah 9.00 Kg dengan respon rendemen 19.71 ± 0.303 %, kadar air 9.25 ± 0.336 %, derajat putih 51.12 ± 1.315, kadar glukomanan 46.94 ± 2.08 %, kadar kalsium oksalat 8.20 ± 0.906 %. Hasil verifikasi respon rendemen 19.28%, respon kadar air 8.8% respon derajat putih 45.17%, respon kadar glukomanan 49.43% dan respon kadar oksalat 7.67%. Hasil verifikasi menunjukkan optimasi yang kurang akurat untuk respon rendemen, kadar air dan kadar glukomanan namun akurat untuk respon derajat putih dan kadar kalsium oksalat. Residu sulfit pada chips porang terverifikasi yaitu 437,46 ppm. Hasil uji T (T-test) menunjukkan bahwa residu SO2 antara rerata chips teroptimasi dan terverifikasi tidak berbeda secara signifikan dengan selisih 13.9 dan p-value 0.595 (59.5%. Chips terverifikasi dinyatakan tidak aman dikonsumsi dengan dosis 160,18 mg/Kg Berat Badan

    Modifikasi Pati Ubi Jalar Putih untuk Mendapatkan Karakter Mirip Pati Kentang Melalui Metode Asetilasi.

    Get PDF
    Pati kentang memiliki karakteristik yang sesuai untuk diaplikasikan sebagai bahan industri pangan untuk produk ekstrusi, bakeri, pastri, sup, dan pangan instan. Pati kentang memiliki suhu gelatinisasi, konsistensi pasting, dan kejernihan yang tinggi serta rasa yang netral sehingga banyak dimanfaatkan di industri pangan. Namun, pati kentang sampai saat ini masih menjadi komoditas impor dengan harga yang relatif tinggi. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pati lokal, misalnya pati ubi jalar yang dapat dimodifikasi agar memiliki karakter mirip pati kentang. Tujuan penelitian ini adalah memodifikasi pati ubi jalar putih sehingga memiliki karakteristik mirip dengan pati kentang komersial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah asetilasi. Asetilasi merupakan modifikasi kimia yang dilakukan dengan menambahkan asetat anhidrat dengan katalis basa. Pengembangan substitusi pati kentang diharapkan dapat menjadi solusi pengganti pati kentang impor yang harganya tinggi serta meningkatkan nilai ekonomis ubi jalar lokal. Obyek pati ubi jalar yang digunakan diperoleh dari Jogjakarta. Perangkat lunak pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Design Expert 11 dan Minitab 17. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah penentuan konsentrasi natrium asetat anhidrat yang digunakan. Tahap kedua adalah proses optimasi dengan metode permukaan respon central composite design. Sedangkan tahap ketiga adalah melakukan verifikasi menggunakan pegujian paired t-test dengan pati kentang komersial. Hasil penelitian menunjukkan respon daya kembang (0,839), kelarutan (0,353), dan kapasitas pengikatan air (0,185) pada pati ubi jalar asetilasi tidak berbeda nyata (p>0,05) pada uji paired t-test dengan pati kentang komersial. Pati asetilasi memiliki kadar air 10,22±0,4%, kadar abu 0,50±0,02%, kadar amilosa 41,48±0,7%, kadar amilopektin 53,53±0,8%, kadar pati 95,01±0,49%, derajat kecerahan 87,31±0,01, pH 5,2±0,00, kapasitas pengikatan air 90,10±0,44%, daya kembang 32,29±1,69g/g, dan kelarutan 5,06±0,16%. Analisis mikrografi menggambarkan terjadinya pengklusterangranula disebabkan subtitusi gugus hidrofilik pada pati asetilasi yang dapat meningkatkan terbantuknya ikatan hidrogen. Terdapat pita absorbsi pada 1735-1740 cm-1 (C=O stretching asetil), 1368 cm-1 (C-H asetil), dan 1234 cm-1 (C-O stretching asetil), serta penurunan intensitas peak 3000-3600 cm-1 sebagai bukti terjadinya asetilasi pada analisis ikatan antar atom.Analisis sifat pasting menunjukkan penurunan setback dan breakdown pati asetilasi yang mengimplikasikan kestabilan pasta yang lebih baik serta kecenderungan retrogradasi dan sineresis yang lebih rendah. Pengaplikasian pati modifikasi dalam pembuatan produk bakeri dan pangan ekstrusi disarankan sebagai pengganti pati kentang

    Optimasi Penambahan Konsentrasi Kitosan dan Gliserol Pada Pembuatan Bioplastik Pati Umbi Ganyong (Canna edulis) Terhadap Kuat Tarik, Elongasi, dan Daya Serap Air Menggunakan Response Surface Methodology (RSM)

    No full text
    Plastik kemasan merupakan plastik yang berasal dari bahan bersifat sintetis atau semi-sintetis yang sering digunakan untuk melindungi bahan yang dikemas agar terhindar dari kerusakan. Keberadaan plastik kemasan menimbulkan pencemaran karena banyak terakumulasi di lingkungan dan sulit terurai. Keadaan plastik kemasan yang sulit terurai ini mendorong untuk dilakukan penelitian mengenai pembuatan bioplastik yang bersifat ramah lingkungan. Pembuatan bioplastik biasanya menggunakan bahan polimer alami, seperti pati. Perbandingan jumlah konsentrasi kitosan dan gliserol yang digunakan sangat menentukan kualitas kuat tarik, elongasi, dan daya serap air bioplastik pati yang dihasilkan. Tujuan penelitian bioplastik pati ganyong adalah untuk menentukan penambahan konsentrasi kitosan dan gliserol yang optimum terhadap respon kuat tarik, elongasi, dan daya serap air menggunakan Response Surface Methodology rancangan Central Composite Design. Hasil optimasi bioplastik pati umbi ganyong berdasarkan formulasi optimal yang disarankan oleh software design expert menghasilkan formula konsentrasi kitosan 2% dan gliserol 33,682%. Prediksi yang dihasilkan oleh software pada kondisi optimum untuk respon kuat tarik sebesar 17,482 N/mm2, respon elongasi sebesar 17,597%, dan respon daya serap air sebesar 23,896%. Dengan nilai desirability 0,784. Hasil verifikasi aktual menggunakan paired t-test menunjukkan bahwa verifikasi respon kuat tarik, elongasi, dan daya serap air tidak berbeda nyata dengan prediksi yakni untuk respon kuat tarik sebesar 16,37 N/mm2, respon elongasi sebesar 15,78%, dan respon daya serap air sebesar 21,48%

    Pengaruh Tingkat Kematangan Buah dengan Kombinasi Suhu dan Waktu Penggorengan Terhadap Karakteristik Fisikokimia Keripik Kurma (Phoenix dactylifera L.) Metode Penggorengan Hampa

    No full text
    Buah kurma (Phoenix dactylifera L.) salah satunya varietas Barhi adalah pangan bernutrisi tinggi yang diekspor pada tingkat kematangan Khalal dan Tamr dengan kandungan air mencapai 45-65% yang menyebabkan kurma mudah rusak. Upaya mengatasi permasalahan ini dengan mengolah buah kurma menjadi keripik menggunakan metode penggorengan vakum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah dan kombinasi perlakuan suhu dan waktu penggorengan berbeda terhadap karakteristik fisikokimia keripik kurma serta mengetahui perlakuan suhu dan waktu penggorengan yang menghasilkan keripik kurma terbaik

    Optimasi Formula Dan Karakterisasi Sifat Fisikokimia Biskuit Dari Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata)

    No full text
    Biskuit merupakan kue kering yang berukuran kecil, memiliki rasa manis yang berbahan dasar tepung terigu dan melalui proses pemanggangan. Penggunaan tepung terigu dapat disubstitusikan dengan tepung labu kuning. Manfaat tepung labu kuning yaitu mengandung nilai gizi tinggi seperti karoten yang berperan dalam meningkatkan aktivitas antioksidan pada biskuit. Selain itu, manfaat dari penggunaan susu kedelai yaitu memiliki nilai zat gizi seperti lesitin yang berperan dalam pembentukan ketahanan tekstur dan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian untuk mengetahui 1) optimasi formula pada biskuit tepung labu kuning 2) karakterisasi sifat fisikokimia dari perlakuan terbaik biskuit tepung labu kuning. Pada penelitian ini dilakukan optimasi formula menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM) rancangan metode Central Composite Design dengan software Design Expert 13 dengan batas bawah dan batas atas pada tepung labu kuning yaitu 40 g dan 55 g, serta pada susu kedelai 8 g dan 23 g. Selanjutnya, dilakukan uji verifikasi menggunakan software Minitab 19 menggunakan analisis Paired T-test dengan tingkat kesalahan kurang dari 5% (p value<0,05). Kemudian, hasil perlakuan terbaik biskuit tepung labu kuning dilakukan uji karakterisasi sifat fisikokimia yang meliputi uji kekerasan menggunakan alat tensile strength, uji warna menggunakan alat color reader, aktivitas antioksidan IC50 menggunakan metode DPPH dan total flavonoid metode kalorimetri - AlCl3 dengan quercetin. Hasil menunjukan bahwa formula optimum dari biskuit tepung labu kuning yang diprediksi oleh software Design Expert 13 yaitu proporsi tepung labu kuning sebesar 40,658% dan susu kedelai sebesar 12,911% dengan respon aktivitas antioksidan IC50 sebesar 117,178 ppm dan kekerasan sebesar 8,319 N. Setelah dilakukan verifikasi, didapatkan hasil pada respon kekerasan dan aktivitas antioksidan IC50 adalah tidak berbeda nyata dengan p value> 0,05. Hasil analisis pada produk akhir yaitu biskuit tepung labu kuning memiliki karakteristik kecerahan (L*) 49,68, kemerahan (a*) +20,10, kekuningan (b*) 27,99, flavonoid sebesar 1,419 mg GAE/g, aktivitas antioksidan IC50 sebesar 100,073 yang termasuk kedalam golongan sedang dan kekerasan sebesar 8,2 N

    Optimasi Lama Perendaman dan Konsentrasi Sodium Acid Pyrophosphate terhadap Warna dan Rendemen Tepung Umbi Dahlia (Dahlia variabilis) serta Kajian Kadar Pati

    No full text
    Tanaman dahlia merupakan tanaman hias yang populer di Indonesia sebagai bunga potong dan memiliki fungsi cadangan makanan dalam bentuk umbi. Bagian umbi dahlia ini kurang dieksplor oleh masyarakat dan banyak terbuang menjadi limbah, sedangkan bagian umbi sendiri menurut penelitian sebelumnya memiliki gizi yang bermanfaat bagi manusia seperti karbohidrat, lemak, protein, serat, dan mineral. Keunggulan umbi dahlia dibanding umbi lainnya yakni memiliki kadar inulin tinggi yang dapat berfungsi sebagai prebiotik. Adanya upaya dalam memaksimalkan potensi umbi dahlia dan mendukung daya terima masyarakat tersebut dengan mengolahnya menjadi tepung. Namun, hal ini terkendala oleh pencoklatan akibat reaksi enzimatis maupun non-enzimatis sehingga perlu dilakukan pencegahan. Salah satunya dengan perendaman menggunakan Sodium Acid Pyrophosphate sebagai antibrowning Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui lama perendaman dan konsentrasi Sodium Acid Pyrophosphate (SAPP) optimum untuk mendapatkan tepung umbi dahlia dengan karakteristik yang baik berupa warna, rendemen, dan kajian terhadap kadar patinya. Hasil penelitian yang dilakukan menggunakan metode Response Surface Methodology dengan rancangan Central Composite Design (CCD) menunjukkan kondisi optimum pada perlakuan lama perendaman selama 19,492 menit atau setara dengan 19 menit 30 detik dan konsentrasi SAPP sebanyak 0,777% yang mana memiliki nilai desirability sebesar 91,1%. Perlakuan optimum tersebut menghasilkan prediksi respon warna sebesar 89,226°Hue dan rendemen sebanyak 18,295
    corecore