12 research outputs found

    KONSUMSI CAIRAN PERIODE LATIHAN DAN STATUS HIDRASI SETELAH LATIHAN PADA ATLET SEPAK BOLA REMAJA

    Get PDF
    Latar Belakang : Atlet sepak bola merupakan atlet yang melakukan olahraga dengan intensitas tinggi. Atlet sepak bola berpotensi untuk mengalami dehidrasi apabila kehilangan cairan karena peningkatan pengeluaran air melalui keringat dan pernafasan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup. Atlet remaja memiliki risiko dehidrasi lebih tinggi daripada atlet dewasa. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan konsumsi cairan pada periode latihan dengan status hidrasi setelah latihan pada atlet sepak bola remaja. Metode : Penelitian observasional dengan desain cross-sectional yang melibatkan 47 atlet sepak bola remaja laki-laki (usia 13-16 tahun) di Sekolah Sepak Bola Universitas Diponegoro Semarang. Subjek dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek, konsumsi cairan, kehilangan berat badan, volume urin, keringat yang hilang selama latihan dan status hidrasi setelah latihan. Latihan pertandingan sepak bola dilakukan selama 70 menit. Konsumsi cairan pada periode latihan diukur dengan menggunakan food recall, keringat yang hilang selama latihan dihitung menggunakan rumus dan status hidrasi setelah latihan diketahui dengan pemeriksaan berat jenis urin. Hasil : Rerata konsumsi cairan pada periode latihan (1678,77±457,99 ml) masih kurang dari kebutuhan (2400-3400 ml). Rerata keringat yang hilang adalah 1364,19±448,68 ml. Semua atlet sepak bola remaja mengalami dehidrasi, sebagian besar mengalami significant dehydration (89,4%) dan yang lain mengalami minimal dehydration (10,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi cairan pada periode latihan dan status hidrasi setelah latihan (p0,05). Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi cairan pada periode latihan dan status hidrasi setelah latihan pada atlet sepak bola remaja

    Konsumsi Cairan Periode Latihan Dan Status Hidrasi Setelah Latihan Pada Atlet Sepak Bola Remaja

    Full text link
    Latar Belakang : Atlet sepak bola merupakan atlet yang melakukan olahraga dengan intensitas tinggi. Atlet sepak bola berpotensi untuk mengalami dehidrasi apabila kehilangan cairan karena peningkatan pengeluaran air melalui keringat dan pernafasan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup. Atlet remaja memiliki risiko dehidrasi lebih tinggi daripada atlet dewasa. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan konsumsi cairan pada periode latihan dengan status hidrasi setelah latihan pada atlet sepak bola remaja.Metode : Penelitian observasional dengan desain cross-sectional yang melibatkan 47 atlet sepak bola remaja laki-laki (usia 13-16 tahun) di Sekolah Sepak Bola Universitas Diponegoro Semarang. Subjek dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek, konsumsi cairan, kehilangan berat badan, volume urin, keringat yang hilang selama latihan dan status hidrasi setelah latihan. Latihan pertandingan sepak bola dilakukan selama 70 menit. Konsumsi cairan pada periode latihan diukur dengan menggunakan food recall, keringat yang hilang selama latihan dihitung menggunakan rumus dan status hidrasi setelah latihan diketahui dengan pemeriksaan berat jenis urin. Hasil : Rerata konsumsi cairan pada periode latihan (1678,77±457,99 ml) masih kurang dari kebutuhan (2400-3400 ml). Rerata keringat yang hilang adalah 1364,19±448,68 ml. Semua atlet sepak bola remaja mengalami dehidrasi, sebagian besar mengalami significant dehydration (89,4%) dan yang lain mengalami minimal dehydration (10,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi cairan pada periode latihan dan status hidrasi setelah latihan (p<0,05), tetapi tidak terdapat hubungan antara keringat yang hilang selama latihan dan status hidrasi setelah latihan pada atlet sepak bola remaja (p>0,05).Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi cairan pada periode latihan dan status hidrasi setelah latihan pada atlet sepak bola remaja

    Dietary and Physical Activity Factors Concerning Bowel Movement Frequency among Undergraduate Students during Covid-19 Pandemic

    Get PDF
    This study explored the association between lifestyle and bowel movement frequency among students. A cross-sectional study was employed using a structured questionnaire that was administrated via an online platform. A total of 363 participants were involved in this study, where 77.4% (n=281) were female while 72.2% (n=262) of them did not experience constipation. Further investigation found that calories, dietary fibre, drink consumption, and physical activity level were associated with bowel movement frequency. This study showed that a good nutrient intake and adequate physical activity would improve bowel movement frequency even though restricted movement due to the COVID-19 pandemic. Keywords: bowel movement; dietary intake; physical activity; COVID-19 eISSN: 2398-4287 © 2022. The Authors. Published for AMER ABRA cE-Bs by e-International Publishing House, Ltd., UK. This is an open-access article under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/). Peer–review under the responsibility of AMER (Association of Malaysian Environment-Behaviour Researchers), ABRA (Association of Behavioural Researchers on Asians/Africans/Arabians), and cE-Bs (Centre for Environment-Behaviour Studies), Faculty of Architecture, Planning & Surveying, Universiti Teknologi MARA, Malaysia. DOI: https://doi.org/10.21834/ebpj.v7i21.369

    PELATIHAN PEMBUATAN NUGGET IKAN PARANG - PARANG

    Get PDF
    Program kemitraan masyarakat dilakukan dengan mitra yaitu ibu – ibu kader Desa Sendangmulyo. Pengabdian ini bertujuan untuk membantu mitra dalam menyelesaikan permasalahan yang dimilikinya yaitu: (1) Belum adanya pelatihan manajemen usaha; (2) Belum adanya pelatihan pembuatan produk yang memiliki nilai jual, misalnya nugget ikan golok. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan pembuatan nugget ikan parang sehingga diharapkan dapat mengedukasi kader terkait manajemen usaha dan menciptakan kreativitas produk yang memiliki nilai jual dengan mengolah nugget ikan parang.Sasaran luaran dari wajib kemitraan masyarakat ini adalah: Pertama, publikasi ilmiah pada Jurnal ISSN/Prosiding Jurnal Nasional Terakreditasi pada Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (Submitted). Kedua, Poster dan Buku. Ketiga, dokumentasi pelaksanaan berupa video kegiatan yang diunggah di Youtube. Keempat, Haki.Metode program kemitraan masyarakat ini adalah pelatihan pembuatan produk olahan lele berupa ceramah, diskusi dan praktek pembuatan produk yang memiliki nilai jual bagi kader Desa Sendangmulyo. Program kemitraan masyarakat ini ditujukan kepada para kader Desa Sendangmulyo

    Nutritional Status and Factors affecting Food Intake among Hospitalised Patients in Hospital Al-Sultan Abdullah

    Get PDF
    Hospital food intake can impact patients' nutritional status, resulting in a lengthier hospital stay or a higher mortality rate. This study aimed to investigate the nutritional status and the factors influencing the food intake of patients at Hospital Al-Sultan Abdullah (HASA). Malnutrition risk was assessed using Nutritional Risk Screening 2002, and factors affecting food intake were investigated using a questionnaire. Participants' weight and height were estimated using the anthropometry assessment formula. The body mass index was 25.3 ± 8.1 kg/m2 and 70.6% (113) posed no risk of malnutrition. Food tasting differently (48.8%) was the highest affecting factor in food intake. Keywords: food intake; hospitalised patients; nutritional status; malnutrition eISSN: 2398-4287 © 2023. The Authors. Published for AMER & cE-Bs by e-International Publishing House, Ltd., UK. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/). Peer–review under responsibility of AMER (Association of Malaysian Environment-Behaviour Researchers), and cE-Bs (Centre for Environment-Behaviour Studies), College of Built Environment, Universiti Teknologi MARA, Malaysia DOI: https://doi.org/10.21834/ebpj.v8i24.4674

    Hubungan Asupan Vitamin D Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian Dismenore Primer Pada Siswi SMK Negeri 1 Pekalongan

    Get PDF
    Menstruation can cause physical discomfort in the form of pain known as dysmenorrhea. Factors that contribute to dysmenorrhea include psychological factors (such as emotional and stress), constitutional factors (such as anemia and chronic diseases), obstruction factors of cervical canalises, endocrine factors, nutrition intake (iron, calcium, vitamins A, B1, B2, C, D, and E), family history, exercise habits, and stress levels. The objective of this study was to determine the correlation between vitamin D intake, stress levels, and the incidence of primary dysmenorrhea among female students of SMK Negeri 1 Pekalongan. This study used an observational method with a cross-sectional approach involving 40 female students of SMK Negeri 1 Pekalongan. Data were collected using a questionnaire. The sampling technique used a simple random sampling method. Data on vitamin D intake was collected using the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ), stress level data was collected using the Perceived Stress Scale (PSS-10) questionnaire, and data on the incidence of primary dysmenorrhea using the Numeric Rating Scale (NRS) questionnaire. Data were analyzed using the Spearman Rank Test. Based on the results obtained 52.5% of female students at SMK Negeri 1 Pekalongan lack vitamin D intake. A total of 15% of respondents had severe stress levels and 12.5% of respondents feel severe pain experiencing primary dysmenorrhea. There was a correlation between vitamin D intake (p = 0.000; r = -0.741) and stress levels (p = 0.000; r = 0.623) with the incidence of primary dysmenorrhea among female students of SMK Negeri 1 Pekalongan. In conclusion, there was a correlation between vitamin D intake and stress levels with the incidence of primary dysmenorrhea among female students of SMK Negeri 1 Pekalongan

    PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DAN MARKETING ONLINE DI PANTI ASUHAN AISYIYAH

    Get PDF
    Kelompok masyarakat kurang beruntung secara ekonomi sosial dan terpinggirkan seperti warga santri yang tinggal di panti asuhan adalah kelompok yang paling membutuhkan dukungan dan bantuan. Panti Asuhan Aisyiyah didirikan sejak tahun 1921 oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan visi terwujudnya Panti Asuhan Putri yang Islami yang mempunyai Keunggulan Pengasuhan yang bermartabat dan menjadi Kebanggan Umat. Permasalahan yang dihadapi oleh kedua panti asuhan ini adalah (1) belum adanya pelatihan ketrampilan yang dibekalkan kepada warga panti asuhan sebagai bekal untuk hidup mandiri, (2) warga panti masih mengandalkan donasi dari yayasan dan donatur untuk kecukupan kebutuhan logistik (3) belum adanya infrastruktur ketahanan pangan mandiri di panti asuhan Kegiatan di luar panti lebih fokus pada kegiatan keagamaan antara lain menghafal qur’an dan pelajaran fiqih. Maka dari itu perlu diadakan pelatihan dan pendampingan kewirausahaan sebagai bekal mereka di masa depan agar lebih madiri sekaligus sebagai ketahanan pangan warga panti asuhan Aisyiyah di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit. Beberapa solusi yang ditawarkan untuk membantu permasalahan mitra adalah (1) Pelatihan kewirausahaan pendampingan ternak lele dan budidaya sayuran organik dengan melakukan pembukuan dan pelaporan laba-rugi dan (2) Pelatihan branding dan marketing online. Kegiatan PKM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ketahanan pangan warga panti asuhan di masa pandemi dan kemampuan kewirausahaan

    Animal-Based Protein Intake is Associated with Stunting in Children in Primary Health Care of Minggir

    Get PDF
    Background: Stunting in children under fives years of age still become crucial problem. One of the factors that influenced directly to stunting is lack of nutritional intake especially protein. Most of protein consumed by under-fives children must be in high quality such as animal-based protein because it has more complete composition of essential amino acids than plant-based protein. Objectives: The study aimed to analyzed the association between animal-based protein and stunting in children in Primary Health Care of Minggir. Methods: This study was analytical observational with cross-sectional design. A total of 50 mothers that have 24–59 months old children were involve in this study and taken by using purposive sampling. Data of animal-based protein intake were collected by SQ-FFQ for the last three months. Height-for-age in z-score was used to determine stunting that were obtained from the last measurement and recorded in Maternal and Child Book. The association between stunting and the animal-based protein intake was analyzed descriptively through cross-tabulation. Results: More than half of under-five children were stunting (56%). Inadequate animal-based protein intake was observed in 46% of under-fives children. Sources of animal-based protein were eggs, chicken, catfish, ice cream and UHT milk. Children who have adequate animal-based protein intake were not stunted (67%), however children who have inadequate animal-based protein intake were stunted (83%). The prevalence of stunting in children who consume inadequate animal-based protein is 2 times greater than in children who consume adequate animal-based protein (PR: 2.478). Conclusions: Based on this study, animal-based protein intake is associated with stunting in under-fives children in Primary Health Care of Minggir. Mothers should improve their children’s animal-based protein intake by local food sources supplied from side dishes to prevent stunting
    corecore