7 research outputs found

    Analisis Wacana Kritis Sara Mills tentang Stereotipe Terhadap Perempuan dengan Profesi Ibu Rumah Tangga dalam Film Rumput Tetangga

    Get PDF
    Film adalah media komunikasi massa yang mampu mempresentasikan dan mengonstruksi realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Film dapat menampilkan potret kenyataan dalam bentuk simbolik yang mempunyai makna, pesan, dan nilai estetikanya. Tujuan dari tulisan ini adalah mendeskripsikan status dan peran perempuan yang memilih profesi ibu rumah tangga melalui analisis tokoh perempuan yang ditampilkan dalam film Rumput Tetangga serta resepsi penonton terhadap film. Penyusunan tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan pisau analisis wacana kritis Sara Mills.  Untuk metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan wawancara bersama informan sebagai validasi data. Dengan menganalisis setiap scene yang ada dalam film, tulisan ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan sosial dan pandangan terhadap peran ibu rumah tangga baik dari budaya patriarki maupun dari sesama kaum perempuan. Film Rumput Tetangga adalah cerminan realita saat ini dan dialami oleh para perempuan di lingkungan kehidupannya. Ternyata yang lebih sering memberikan stereotipe buruk kepada peran ibu rumah tangga adalah para perempuan. Hal ini menunjukan bahwa pelaku ketidakadilan gender tidak terjadi di antara dua gender yang berbeda, tetapi dapat terjadi di sesama gender

    PAKAIAN KW: GAYA BUSANA BRAND MINDED DI KOTA PONTIANAK

    Get PDF
    Tulisan ini dilatarbelakangi oleh fenomena banyaknya toko pakaian di pinggiran Pontianak. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengkaji perilaku konsumtif para penggemar barang bermerek, dengan membidik produk bermerek palsu. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan para penjual dan pembeli yang kami temui di toko-toko pakaian tersebut. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa produk palsu yang dikenal dengan barang KW sudah tidak asing lagi bagi penjual maupun pembeli. Mereka secara sadar melakukan penjualan dan pembelian untuk menciptakan gaya hidup yang tidak dapat dipenuhi oleh produk asli, terutama karena kendala ekonomi. Produk KW ini memiliki tingkatan dengan standar harga jual yang berbeda, KW Premium, KW Super dan KW 2, bahkan sudah dijual secara online. Ditemukan juga bahwa tidak ada rasa takut melanggar hukum, karena mereka merasa bahwa setiap orang yang datang berbelanja, mereka melakukannya secara sadar, tahu dan ingin. Penyusunan tulisan ini melalui metode penelitian kualitatif. Dengan melakukan observasi lapangan secara langsung peneliti dapat menjelaskan fenomena tingginya konsumsi pakaian KW melalui perspektif teori nilai tanda Baudrillad’.Kata Kunci : Brand Minded, Gaya Busana, Hiper Realitivitas, Pakaian KW,                     Toko Pakaia

    Alat Musik Tradisional Di Masa Modern (Sape’ Dayak Kayaan Dalam Kajian Nilai Budaya)

    Get PDF
    The unity of harmony which forms the strains leads people to consider music as a means to lead, enliven entertainment as well as certain ritual ceremonies. Music that is increasingly developing turns into a tool that regulates relations between human relationships, life and its environment. In Indonesia, music is categorized into two types, namely traditional music (archipelago music) and modern music. These to types of music have different types of genre. However, nowadays, they have been packed a lot in combined ways. Traditional music consists of rhythm adaptation and tools that develop in a particular culture, so that, in this case, the presence of traditional music is lifted from everyday life which forms a certain characteristic for a culture. One of them is traditional musical instrument. An ethnic group named Dayak Kayaan who is located in Datah Dian village, Kapuas Hulu Regency, West Kalimantan, also has a traditional musical instrument.  The instrument is known as Sape'.  The method used in this study was qualitative research method with ethnographic approach. This approach was used to see how the people of Dayak Kayaan in Datah Dian village played and produced Sape’. In line with the development of modern music, Sape' music also flows with developments, its various functions divide the types of Sape'. These include the Kayaan Traditional Sape' music which functions as ritual and traditional ceremonies and Modern Sape' music which is played only for personal use

    Kerentanan Buruh Perempuan dalam Menjalankan Fungsi Keluarga

    Get PDF
    This paper examines the social vulnerability that occurs to female workers at PT. Sintang Argo Mandiri in Sintang district. Through descriptive qualitative methods, this paper is able to describe how the forms of social vulnerability that occur in women workers and find out the causes of social vulnerability based on the results of interviews with women workers in oil palm companies. One of the key informants in this paper is the village head of Lengkenat. The results of the study found several forms of vulnerability that occurred in women workers such as marginalization. The form of vulnerability is in the form of lack of health insurance for female workers, double workload, and illegal levies between fellow employees. In addition, it was also found that the factors causing social vulnerability include internal factors such as age, low education level, and individual willingness to work. While external factors are women who experience economic difficulties, large number of family dependents, low husband's income, and wages from the company sector concerned

    Maskawin sebagai Pertahanan Strata Sosial Samagat Etnik Dayak Tamambaloh

    Get PDF
    Dayak Tamambaloh terbagi dalam 4 kelas sosial; Samagat, Pabiring, Ulun/Banua dan Pangkam. Samagat merupakan strata tertinggi dan memiliki hak sebagai pemimpin yang disebut Tamanggung.  Tamanggung merupakan seorang Samagat dengan darah yang murni tidak tercampur dengan strata dibawahnya. Karena itu, Samagat wajib menikah sesama Samagat dengan tujuan melestarikan keturunan bagi lahirnya calon Tamanggung. Namun kewajiban ini berbenturan dengan sistem perkawinan eksogami keluarga inti Dayak Tamambaloh. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengkaji cara Samagat mempertahankan strata sosialnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. Unit analisis kajian ini adalah Samagat Dayak Tamambaloh. Penelitian ini menunjukkan, terdapat adat panyonyok yang menjadi simbol untuk mempertahankan strata sosial Samagat.  Panyonyok merupakan pemberian maskawin berupa meriam api atau gong atau tempayan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Secara simbolik Panyonyok memiliki empat fungsi. Pertama, untuk mempertahankan, menaikkan strata sosial keturunan atau anak. Kedua, simbol penyatuan keluarga luas laki-laki dengan perempuan. Ketiga, simbol jaminan kesetiaan suami-istri. Keempat sebagai media “pamer”, atau suatu wujud prestise. Dalam sistem perkawinan Dayak Tamambaloh, adat panyonyok dapat dilakukan oleh strata Pabiring dan Ulun/Banua. Namun, Fungsi untuk mempertahan dan atau mengangkat strata keturunan, merupakan fungsi utama Panyonyok bagi Samagat. Fungsi ini tidak menjadi tujuan utama panyonyok pada strata pabiring dan Ulun/Banua. Sebagai upaya mempertahankan status sosial ke-samagat-an, adat panyonyok dilakukan dengan cara mambiti dan dambitang. Mambiti apabila seorang laki-laki dari strata pabiring atau ulun/banua menikahi perempuan Samagat. Dambitang apabila seorang laki-laki dari strata Samagat menikahi perempuan Pabiring atau Ulun/Banua.Dayak Tamambaloh terbagi dalam 4 kelas sosial; Samagat, Pabiring, Ulun/Banua dan Pangkam. Samagat merupakan strata tertinggi dan memiliki hak sebagai pemimpin yang disebut Tamanggung.  Tamanggung merupakan seorang Samagat dengan darah yang murni tidak tercampur dengan strata dibawahnya. Karena itu, Samagat wajib menikah sesama Samagat dengan tujuan melestarikan keturunan bagi lahirnya calon Tamanggung. Namun kewajiban ini berbenturan dengan sistem perkawinan eksogami keluarga inti Dayak Tamambaloh. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengkaji cara Samagat mempertahankan strata sosialnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. Unit analisis kajian ini adalah Samagat Dayak Tamambaloh. Penelitian ini menunjukkan, terdapat adat panyonyok yang menjadi simbol untuk mempertahankan strata sosial Samagat.  Panyonyok merupakan pemberian maskawin berupa meriam api atau gong atau tempayan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Secara simbolik Panyonyok memiliki empat fungsi. Pertama, untuk mempertahankan, menaikkan strata sosial keturunan atau anak. Kedua, simbol penyatuan keluarga luas laki-laki dengan perempuan. Ketiga, simbol jaminan kesetiaan suami-istri. Keempat sebagai media “pamer”, atau suatu wujud prestise. Dalam sistem perkawinan Dayak Tamambaloh, adat panyonyok dapat dilakukan oleh strata Pabiring dan Ulun/Banua. Namun, Fungsi untuk mempertahan dan atau mengangkat strata keturunan, merupakan fungsi utama Panyonyok bagi Samagat. Fungsi ini tidak menjadi tujuan utama panyonyok pada strata pabiring dan Ulun/Banua. Sebagai upaya mempertahankan status sosial ke-samagat-an, adat panyonyok dilakukan dengan cara mambiti dan dambitang. Mambiti apabila seorang laki-laki dari strata pabiring atau ulun/banua menikahi perempuan Samagat. Dambitang apabila seorang laki-laki dari strata Samagat menikahi perempuan Pabiring atau Ulun/Banua

    Pangaroh - Ketua Adat: The Dynamics of Local Leadership of the Dayak Salako Community in Cultural Perspective

    No full text
    The phenomenon of the development of the local leadership system in the Dayak Salako community in Nyarumkop village, Singkawang, West Kalimantan, cannot be separated from the current era development; of which the existing leadership system in the community requires dynamic aspects to make the traditional leadership system able to adjust its functions and role in the society that continues to develop. This article will analyze and explain how local leadership forms when community groups Dayak Salako still live as a Bantang community until now, which has become a village community that already has its formal and bureaucratic government leadership. Through a qualitative method with an ethnographic approach, key informants from the customary chief and other stakeholders within the community, it turns out that the leadership of the Dayak Salako customary chief has undergone several changes following the form of life of the community. Even though the global modern development impacts the community's way of life, the importance and influence of customary chief are pertinent
    corecore