12 research outputs found

    Analisis Biaya Produksi Pada Instalasi Penanaman Sayuran Microgreens Hidroponik Berbasis IoT Menggunakan Metode Variable Costing

    Get PDF
    Microgreens ditanam dengan dibantu instalasi rak penanaman yang dilengkapi dengan sistem IoT. Namun untuk pembuatan instalasi rak penanaman yang diinginkan perlu mempertimbangkan besarnya biaya yang akan digunakan hingga instalasi tersebut dapat digunakan. Instalasi rak penanaman juga dapat digunakan sebagai alat usaha untuk menghasilkan produk microgreens segar, dalam penelitian ini digunakan sayuran bayam merah sebagai produk microgreensnya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perhitungan biaya produksi pembuatan instalasi hidroponik berbasis IoT dan biaya produksi penanaman microgreens di beberapa media tanam dengan menggunakan pendekatan variable costing. Metode variable costing diterapkan untuk mengetahui besarnya biaya produksi, harga pokok produksi (HPP), dan harga jual produk microgreens. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan metode variable costing, diperoleh biaya produksi instalasi sebesar Rp. 5.314.000,-. Penanaman menggunakan media tanam cocopeat, biaya produksinya sebesar Rp. 585.389,-, HPP sebesar Rp. 25.452,- dengan harga jual sebesar Rp. 34.400,-. Penanaman menggunakan media tanam arang sekam, biaya produksinya sebesar Rp. 560.939,-, HPP sebesar Rp. 93.489,- dengan harga jual sebesar Rp. 126.400,-. Penanaman menggunakan media tanam rockwool, biaya produksinya sebesar Rp. 795.189,-, HPP sebesar Rp. 72.289,- dengan harga jual sebesar Rp. 96.600,-. Penanaman menggunakan media tanam campuran cocopeat-arang sekam, biaya produksinya sebesar Rp. 586.239,-, HPP sebesar Rp. 24.427,- dengan harga jual sebesar Rp. 33.000,-

    The Utilization of Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) for Biodegradable Pot’s Raw Materials as An Alternative Container for Sustainable Nurseries

    Get PDF
    Kurangnya pengolahan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menghambat perkembangan industri kelapa sawit di pasar global, padahal TKKS memiliki serat selulosa dan unsur hara yang tinggi sehingga dapat digunakan sebahan bahan baku Pot Biodegrdadable sebagai alternatif wadah pembibitan perkelanjutan. Terlebih saat ini kegiatan budidaya pertanian masih berorientasi pada penggunaan polybag yang memberikan dampak negatif bagi tanaman maupun lingkungan. Polybag bekas pembibitan menjadi sumber sampah plastik dari sektor pertanian. Selain itu, penggunaan polybag berpotensi menurunkan tingkat toleransi tanaman terhadap kekeringan, merusak akar, dan mempersulit proses pindah tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan baku Biopot dan pengaruh penambahan NaOH dengan konsentrasi yang berbeda terhadap sifat fisiko-menanik Biopot. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan dua faktor yang digunakan yaitu perbandingan massa TKKS terhadap batang pisang sebagai bahan baku sebesar 100%:0%, 80%:20%, 60%:40%, 40%:60%, dan 0%:100%. Konsentrasi NaOH yang digunakan adalah 3%, 5%, dan 7%. Pengamatan dilakukan pada biopot meliputi massa, kadar air, water uptake, uji biodegradasi, dan uji kuat tarik. Hasil penelitian menunjukkan pot biodegradable memiliki rentang massa 9.58- 18.48 gram, kadar air 50.42%-65.89%, water uptake 2.72%-4.82%, potensi biodegradasi 40.54%-76.39%, dan kuat tarik 8091-23418 Pa. Kombinasi perlakuan R2C2 (80% TKKS: 20% batang pisang; 5% NaOH) merupakan formulasi perlakuan terbaik karena memiliki biodegradabilitas yang lebih cepat juga dapat mendukung daya tahan pot biodegradable melalui kekuatan tarik yang tinggi dan ketahanan terhadap air. Namun, pada kerapatan dinding pot biodegradable memerlukan beberapa perbaikan akibat dari dispersi serat yang tidak merata

    UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN MODUL SURYA 50 WATT PEAK DENGAN POSISI MEGIKUTI PERGERAKAN ARAH MATAHARI

    Get PDF
    Pemanfaatan energi matahari dalam pembangkitan energi listrik telah banyak dilakukan dengan menggunakan panel sel surya namun Panel sel surya yang terpasang selama ini masih bersifat statis (tidak mengikuti pergerakan matahari) maka dengan kondisi ini panel surya tidak dapat menangkap secara maksimal pancaran sinar matahari sepanjang hari dan Akibatnya energi listrik yang dibangkitkan tidak maksimal. Untuk mengatasi keterbatasan pada panel sel surya yang statis, maka pada penelitian tugas akhir ini akan dirancang panel sel surya yang dapat mengikuti pergerakan matahari menggunakan perhitungan lintang, sudut deklinasi, sudut jam matahari dan sudut kemiringan dengan mengubah posisi letak modul surya (photovoltaic) mengikuti pergerakan matahari sesuai perhitungan parameter tersebut saat pengujian sehingga diharapkan iradiasi (W/m2) sebagai inputnya (masukan) akan menghasilkan outputnya (keluaran) berupa arus hubungan singkat (Isc), tegangan rangkaian terbuka (Voc) dan daya keluaran (Pout). Kemudian membandingkan berapa besar nilai iradiasi (W/m2), arus hubungan singkat (Isc), tegangan rangkaian terbuka (Voc), daya keluaran (Pout) pada modul surya (photovoltaic) saat posisi mengikuti arah pergerakan matahari dengan modul surya (phovoltaic) saat posisi horisontal. Hasil pengujian modul surya (photovoltaic) terlihat bahwa hasil daya keluaran rata-rata mencapai 39.2 Watt, dengan iradiasi 949.8 W/m2 dan arus yang didapatkan sebesar 2.6 A (ampere) hal ini dikarenakan modul surya saat mengikuti arah pergerakan matahari akan selalu memposisikan modul surya untuk tetap menghadap matahari sehingga tetap akan dapat menangkap pancaran matahari secara maksimal. Kata Kunci :Sudut deklinasi, sudut jam matahari, sudut azimuth matahari, photovoltaic, sudut slope

    Rancang Bangun Instalasi Budidaya Sayuran Microgreen Berbasis IoT (Internet of Things)

    No full text
    Microgreen merupakan kategori sayuran yang dipanen dalam waktu 7-14 hari setelah semai, memiliki banyak potensi gizi dan menjadi tren terbaru dalam industri makanan. Tanaman microgreen berkembang baik dengan intensitas cahaya yang tinggi dan ketersediaan air yang teratur, hal ini dikarenakan tanaman microgreen sangat rentan rusak pada kondisi lingkungan yang tidak tepat. Oleh karena itu, pembuatan instalasi budidaya microgreen yang mampu merekayasa kebutuhan – kebutuhan pada budidaya microgreen seperti sumber cahaya, suhu, dan irigasi sangat dibutuhkan. Penerapan IoT juga diterapkan untuk mempermudah petani dalam mengatur kebutuhan pencahayaan dan penyiraman pada tanaman microgreen serta sebagai monitor suhu pada instalasi. Penelitian ini dimulai dari tahap studi literatur, perencanaan desain struktural dan fungsional, perancangan sistem IoT, proses pembuatan dan pengujian instalasi. Instalasi tanaman microgreen berbentuk seperti rak bersusun yang dirancang dengan kerangka dari besi siku berlubang berukuran panjang 1500 mm, lebar 600 mm, dan tinggi 1800 mm. Instalasi ini memiliki kapasitas 48 tray tanam yang telah dimodifikasi dan difungsikan sebagai tempat peletakan media tanam. Untuk memenuhi kebutuhan irigasi, alat ini dilengkapi dengan instalasi pompa serta terintegrasi dengan aplikasi pada smartphone. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil kebutuhan air pada penyiraman yaitu sebesar 175 ml dari 17.5% persentase EVC (Effective Volume of the Container) dengan waktu oprasional pada pompa selama 35 detik. Nilai keseragaman penyebaran air pada keseluruhan tray sebesar 79,05%. Pada pengujian black box testing aplikasi didapatkan hasil yaitu sistem kontrol yang telah dibuat dapat berfungsi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil yang sesuai dari aksi oleh pengguna terhadap reaksi sistem yang telah dirancang

    Analisis Kapabilitas Proses Mixing Line 2 Susu UHT (Ultra High Temperature) pada Varian UHT 1L menggunakan Indeks Process Performance (Pp dan Ppk) di PT. X

    No full text
    Susu merupakan cairan hasil pemerahan dari ambing sapi yang sudah memenuhi syarat untuk diperah. PT.X merupakan salah satu perusahaan susu dengan berbagai varian rasa dan kemasan. Selama proses pembuatan, kualitas susu perlu dijaga untuk meminimalisir kerugian perusahaan dan dapat menghasilkan produk yang berkualitas hingga ke tangan konsumen. Salah satu pengendalian mutu proses dapat dilakukan dengan pengujian kapabilitas proses menggunakan indeks Pp dan Ppk. Kapabilitas proses merupakan suatu metode untuk melihat kemampuan proses apakah sudah sesuai dengan spesifikasi atau belum. Tujuan dari penelitian magang ini adalah mengetahui kapabilitas proses mesin mixing line 2 pada varian susu UHT kemasan tetrapack 1L pada departemen liquid di PT X pada tahun 2020 dan menyusun diagram fishbone untuk mengetahui faktor-faktor yang berpeluang menjadi penyebab tidak terkendalinya proses berdasarkan parameter proses mesin mixing line 2 pada varian susu UHT kemasan tetrapack 1L di departemen liquid PT X. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus penelitian menggunakan data sekunder, dimana data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkam peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan adalah data mutu susu UHT hasil proses mixing dan data line mixing 2 tahun 2020. Data yang telah diperoleh digunakan untuk mengetahui indeks kapabilitas proses Pp dan Ppk menggunakan program aplikasi Minitab 17. Hasil penelitian juga dilengkapi dengan diagram fishbone untuk mengetahui tidak terkendalinya proses berdasarkan parameter yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan kapabilitas proses pada line mixing 2 dengan parameter level vacuum, suhu air sebelum stabilizer dituang, sirkulasi mixing dan suhu akhir mixing secara keseluruhan masih bernilai kurang dari 1. Namun pada parameter total time mixing hampir keseluruhan bulan memiliki indeks di atas 1. Pada mutu susu UHT dengan parameter fat, protein, total solid dan relative density masih memiliki nilai indeks di bawah 1, sementara pada parameter pH memiliki indeks yang baik. Rendahnya nilai indeks kapabilitas dipengaruhi oleh beberpa faktor seperti man, machine, method, material dan environment. Berdasarkan hasil penelitian, kapabilitas proses line mixing 2 belum kapabel secara proses. Proses yang belum kapabel menunjukkan bahwa proses dan produk keluaran yang didapat memiliki varian yang banyak dan belum mampu secara konsisten untuk memiliki proses atau keluaran yang sesuai dengan rentang spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan

    Analisis Ekonomi Combine Harvester dan Metode Konvensional dalam Panen Padi di Kecamatan Rejotangan, Tulungagung

    No full text
    Salah satu penerapan mekanisasi pertanian yaitu dalam kegiatan panen padi. Kegiatan panen padi saat ini sudah banyak menggunakan combine harvester karena dinilai lebih efisien, hemat tenaga kerja, dan produktifitas hasil panen tinggi. Penggunaan combine harvester di Kecamatan Rejotangan semakin meningkat, namun belum ada penelitian mengenai analisis ekonomi tentang hal tersebut. Selain itu, luas petakan sawah di daerah Rejotangan rata-rata hanya 0,15 ha, yang mana akan sangat berpengaruh pada kapasitas kerja combine harvester. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan nilai ekonomi antara pemakaian combine harvester, dan metode konvensional. Selain itu, juga melihat kelayakan ekonomi dari usaha sewa combine harvester. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dengan operator combine harvester, dan petani konvensional. Pengolahan data menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Hasil analisis biaya menunjukkan efisiensi usaha pemakaian combine harvester MAXXI BIMO 102 paling besar yaitu 2,53, dilanjutkan dengan metode konvensional 2,33. Nilai BEP pemakaian MAXXI BIMO 102 adalah 31,5 ha. Biaya total per luas panen dengan combine harvester masih lebih murah apabila melebihi 17,6 ha panen. Proyek sewa combine harvester sudah layak dijalankan di daerah Rejotangan, dilihat dari nilai NPV Rp 527.289.357, Net B/C 2,36, IRR 59%, dan payback period selama 1,64 tahun. Kemudian, setelah dianalisis dengan nilai pengganti sebesar 5%, 10%, dan 15% dari kenaikan harga beli combine harvester, dan penurunan upah sewa combine harvester ternyata masih layak dijalankan. Dan nilai pengganti maksimal untuk kenaikan harga beli combine harvester adalah 135,9%, sedangkan untuk penurunan upah sewa combine harvester adalah 49,4%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemakaian combine harvester di daerah Rejotangan masih lebih menguntungkan daripada metode konvensional

    Uji Kinerja Implement Chisel Dengan Penambahan Wings Untuk Pedot Oyot Sekaligus Bumbun Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum .L) Dengan Variasi Kecepatan Maju Traktor

    No full text
    Perkebunan tebu di Indonesia memiliki luas kurang lebih sebesar 445.520 Ha pada tahun 2016. Untuk memaksimalkan produktivitas tanaman tebu adalah kegiatan perawatan atau pemeliharaan pada tebu ratoon salah satunya kegiatan perawatan ratoon tebu yaitu pedot oyot atau putus akar dan bumbun. Dengan areal perkebunan yang luas membutuhkan waktu dan tenaga kerja lebih banyak, salah satunya pada saat perawatan ratoon. Untuk menghindari kemungkinan tersebut dan untuk meningkatkan produktivitas maka diterapkan mekanisasi. Hal serupa juga dirasakan oleh perusahaan perkebunan tebu kapasitas lapang teoritis, efisiensi lapang, slip roda, konsumsi bahan bakar, dan analisis dinamika dan kinematika. Pada penelitian ini dilakukan pengujian sebanyak 9 kali dengan 3 variasi kecepatan traktor. Hasil kondisi tebu setelah diberikan perlakuan diketahui terdapat 2 dari 9 sampel yang menjadikan rumpun tebu terbongkar. Kemudian pada uji kinerja menunjukkan hasil perlakuan pedot oyot pada perseneling L1 dengan kecepatan aktual 2,71 Km/jam menghasilkan kedalaman yang efektif dan paling baik diantara variasi kecepatan lainnya yaitu sebesar 33 cm, sedangkan hasil perlakuan bumbun pada perseneling L3 dengan kecepatan aktual 5,92 Km/jam mengasilkan ketinggian guludan yang efektif dan paling baik diantara variasi kecepatan lainnya yaitu sebesar 14 cm. Pada pengujian efisiensi lapang diketahui perseneling L3 dengan kecepatan aktual 5,92 Km/jam memiliki nilai yang paling besar efisiensinya yaitu sebesar 83,4%, kemudian pengujian konsumsi bahan bakar pada perseneling L1 dengan kecepatan aktual 2,71 Km/jam diketahui memiliki nilai paling rendah konsumsi bahan bakar solar yaitu sebesar 10,7 Liter/Ha dan paling tinggi konsumsi bahan bakar yaitu pada perseneling L3 dengan nilai sebesar 25,1 Liter/Ha, kemudian pengujian slip roda pada perseneling L3 diketahui memiliki nilai paling besar yaitu 18,9% dan nilai paling kecil pada perseneling L1 yaitu 17,6%. Terkahir pada analisis dinamika dan kinematika diketahui bahwa seiring bertambahnya kecepatan traktor maka semakin besar daya yang digunakan. Daya yang paling besar digunakan yaitu pada perseneling L3 dengan kecepatan aktual 5,92 Km/jam serta daya yang digunakan sebesar 101.721,711 Watt. dan produsen gula yaitu Sukses Mantap Sejahtera oleh karena itu dilakukan modifikasi untuk menambahkan fungsi dalam kegiatan pedot oyot dengan menambahkan wings untuk melakukan kegiatan bumbun. Untuk mengetahui hasil kualitas dari modifikasi tersebut maka dilakukan hasil akumulasi cabang yang terputus, kedalaman pedot oyot, kondisi tebu setelah perlakuan, dan hasil bumbun. Selanjutnya dilakukan pengujian kinerja traktor dan implement yang meliputi perhitungan kapasitas lapang aktual

    Pengembangan Nasi Fungsional Berbahan Beras Ketan Hitam (Oryza sativa L. Var. Glutinosa)

    No full text
    Berbagai macam penyakit seperti diabetes militus, hipertensi, jantung, dan kanker diakibatkan karena pemilihan jenis pangan dan pola konsumsinya yang kurang baik. Tubuh akan mencerna dan menyerap karbohidrat dari suatu makanan yang dikonsumsi. Semakin cepat atau semakin tinggi daya cerna pati maka semakin banyak glukosa yang dihasilkan, sehingga menyebabkan kadar glukosa darah mengalami kenaikan. Bagi penderita diabetes nasi menjadi salah satu pantangan untuk dimakan, karena nasi memiliki nilai indeks glikemik yang tinggi. Semakin tinggi nilai indeks glikemik suatu makanan maka daya cerna karbohidrat menjadi glukosa semakin tinggi. Pretreatment perendaman dengan menggunakan bahan yang mengandung polifenol seperti teh hijau dan kopi dianggap memiliki potensi untuk menurunkan nilai indeks glikemik namun. Sejauh ini penelitian yang pernah dilakukan terkait potensi tersebut hanya sebatas pada beras putih. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pretreatment perendaman menggunakan teh hijau dan kopi terhadap beras ketan hitam dengan menganalisis perubahan nilai indeks glikemik, kadar amilosa dan jumlah total polifenol serta tingkat kesukaan melalui uji organoleptik setelah dilakukan pretreatment perendaman menggunakan ekstrak teh hijau dan kopi dengan volume air pemasakan yang berbeda pada beras ketan hitam. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya dimulai pada bulan Juli sampai Agustus 2022. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perendaman beras ketan hitam menggunakan teh hijau dan kopi robusta berpengaruh terhadap kadar amilosa, polifenol, nilai indeks glikemik dan tingkat kesukaan masyarakat. Pengaruh yang terjadi pada kadar amilosa adalah penurunan kadar amilosa pada beras ketan hitam, sedangkan pada kadar polifenol mengalami kenaikan. Pada nilai indeks glikemik beras ketan hitam juga mengalami penurunan. Begitu juga dengan tingkat kesukaan masyarakat, dari segi aroma masyarat lebih menyukai beras ketan hitam yag direndam dengan teh hijau dan kopi dibandingkan dengan beras ketan hitam tanpa perendaman. Dari segi tekstur masyarakat agak tidak suka dengan beras ketan hitam yang direndam dengan teh hijau dan kopi dibandingkan dengan beras ketan hitam tanpa perendaman. Sedangkan dari segi rasa tidak ada perubahan, masyarakat agak tidak suka dengan beras ketan hitam yang direndam dengan teh hijau dan kopi maupun beras ketan hitam tanpa perendaman

    Studi Karakteristik Briket Arang Dari Cangkang Kelapa Sawit dan Sekam Padi dengan Palm Oil Mill Effluent (POME) Sebagai Campuran Bahan Perekat

    No full text
    This research uses the raw materials for making briquettes in the form of rice husks and oil palm shells. The selection of these materials is based on the abundant availability of materials and the low economic value of materials. Rice husk produced in the agricultural industry can be used as a biomass to produce bioenergy in the form of charcoal briquettes. This study aims to determine the effect of the composition of palm oil shells and rice husks and the addition of Palm Oil Mill Effluent (POME) to the adhesive material on the characteristics of charcoal briquettes. This study used an experimental design, namely a randomized block design (RBD) with two factorials, namely the percentage composition of oil palm shells and rice husks (100:0, 75:25, 50:50, 25:75 and 0:100) and the addition factor palm oil mill effluent (POME) in adhesives (with and without POME). From testing the characteristic properties of the briquettes that have been carried out, the briquette moisture content is 2.56-4.26%, ash content is 17.67-36.61%, volatile matter content is 26.53-35.65%, carbon bound by 23.48-53.24%, density of 0.70-0.49 gr/cm3, compressive strength of 436.24 - 2120.90 kPa and heating value of 4366.35 - 6564.11 Cal/gr. Based on the analysis of variations carried out on the test results, it can be concluded that variations in the composition of rice husks and oil palm shells and the addition of POME to the adhesive affect the characteristic properties of the resulting briquettes

    Uji Kinerja Pengering Sederhana Tipe Efek Rumah Kaca Pada Pengeringan Ikan Peperek Bondolan (Gazza minuta)

    No full text
    Pengeringan ikan di wilayah pesisir pantai Kabupaten Tuban tepatnya Kecamatan Jenu masih menggunakan cara konvensional dalam mengeringkan ikan peperek bondolan. Namun dengan banyaknya permintaan maka pengolahan ikan kering secara konvensional dinilai kurang efisien. Maka dari itu dirancang rumah pengering tipe efek rumah kaca dengan penambahan batu alor untuk mempercepat proses pengeringan dan tidak perlu memindahkan bahan ketika turun hujan maupun malam hari serta dapat mencegah kontaminasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pengering tipe efek rumah kaca dengan penambahan batu alor untuk proses pengeringan ikan peperek bondolan serta membandingkan hasil pengeringan menggunakan pengering tipe efek rumah kaca dan pengeringan dengan cara tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu udara dalam ruang pengering, suhu lingkungan, suhu ikan, suhu batu alor, kelembapan relatif, kadar air, laju pengeringan, efisiensi pengeringan, dan energi yang tersimpan dalam batu alor. Suhu ruang pengering tertinggi terjadi pada sensor 1 dan 2 dengan nilai yang hampir sama, area suhu tertinggi dalam rumah pengering terjadi di sekitar sensor 2 dengan kisaran suhu antara 27,4-62,20C untuk sensor 1 dan 27,35-62,70C untuk sensor 2. Suhu bahan tertinggi tray 1 pada sampel 3 (bagian tengah rak) yaitu 43,20C, tray 2 pada sampel 3 yaitu 40,10C, tray 3 merata pada seluruh sampel dengan rata-rata 37,70C. Laju pengeringan tertinggi pada tray 1 yaitu 0,1648 gram/jam, kedua pada tray 2 yaitu 0,1523 gram/jam, ketiga pada tray 3 yaitu 0,1096 gram/jam, dan yang terakhir pada matahari langsung yaitu 0,0803 gram/jam. Kadar air bahan pada tray 1 telah memenuhi standar pada hari ke 3 jam ke 0 dengan kadar air akhir 38,1%; tray 2 pada hari ke 3 jam ke 9 dengan kadar air 33,9%; tray 3 pada hari ke 4 jam ke 0 dengan kadar air sebesar 39,1% dan tray pengeringan matahari langsung pada hari ke 6 jam ke 0 dengan kadar air sebesar 40%. Besarnya nilai efisiensi tray 1 yaitu 1,71 %; tray 2 yaitu 1,67 %; tray 3 yaitu1,59 %, dan pada pengeringan matahari langsung yaitu sebesar 2,27%
    corecore