81 research outputs found

    Pengeluaran Keluarga Untuk Pendidikan

    Get PDF
    Distribusi dan alokasi pengeluaran keluarga tidak menjadi perhatian orang tua. Orang tua hanya merasa berkewajiban mengirim uang untuk anaknya setiap bulan atau kapanpun ketika anak nya membutuhkan, tanpa memberikan ketentuan alokasi pengeluaran. Bagi orang tua, yang terpenting, anaknya dapat membayar sewa kost, makan, transport, dan memiliki pulsa untuk komunikasi. Pengeluaran untuk perkuliahan, bagi orang tua, adalah membayar SPP setiap semester. Hal itu, dapat diduga, berhubungan dengan latar belakang keluarga yang mayoritas adalah petani pemilik lahan.Temuan penelitian ini telah menunjukkan bahwa pengeluaran keluarga untuk biaya tak langsung sebanyak 60% dari total pengeluaran Rp. 11.020.000, per tahun per mahasiswa dan hanya 40% yang dialokasikan untuk biaya langsung. Pengeluaran untuk biaya langsung dan tidak langsung memiliki dampak terhadap hasil belajar. Stephens, Jr. (2009 : 12) mengutip Byrne (2007) menyebutkan bahwa pada sekolah-sekolah yang mendapat skor ujian tinggi mengeluarkan rata-rata 64,1% dari anggaran sekolah untuk biaya yang berhubungan langsung dengan pembelajaran sedangkan sekolah yang mendapat nilai lebih rendah mengeluarkan 59,5%. Kesimpulan umum disebutkan Grubb (2006 : 368), yang juga dikutip Stephens, Jr. (2009 : 12), bahwa peningkatan pengeluaran untuk pembelajaran ditemukan dampak positif. Kata Kunci: Pengeluaran keluarga dan pendidikan

    EPISTEMOLOGI ISLAM DAN REFORMASI WAWASAN PENDIDIKAN

    Get PDF
    Islamic education including socio-humanistic category that can be developed from its epistemology. Education reforms are absolutely necessary because there has been a weakness of good educational philosophy, theory and operations, with the main focus is the reform of insight. This paper examines the epistemological aspects of Islam as a basic step on education reform governance scheme Islamic thought as Theo anthropocentric, appreciate sensory empirical truth, logic, ethics, and transcendental. Application of this epistemology appropriately be able to overcome the problems of education weaknesses. Results of research paper put forward some Islamic education reform paradigm involves understanding the Islamic system; True intentions as a basic motivation; aware of the position of truth, goodness and beauty; embedded core value of the Divine as well as the characteristics of Islamic education; live up to the family as the initial source of truth; develop the total and holistic personality; and the implementation of the Divine in education management

    KESULTANAN BANJAR DAN KEPENTINGAN DAKWAH ISLAM

    Get PDF
    Kajian ini membahas tentang penyebaran Islam sejak kerajaan Banjar pada abad ke- 16. Perkembangan Islam di Banjarmasin didukung oleh kerajaan Banjar, yang menganut agama Islam dan memberikan pengaruh kepada masyarakatnya untuk menganut agama Islam. Sultan Suriansyah sebagai Sultan Banjar yang pertama mengupayakan penyebaran Islam dengan pengkaderan ulama, yaitu dengan mengirim Syekh Arsyad Al-Banjary, yang kemudian dikenal sebagai ulama Banjar yang tersohor, bahkan di luar Nusantara. Dengan buku-buku beliau yang ada, ajaran beliau sampai sekarang masih berkembang, ajaran yang dinamis, yang memberikan adaptasi budaya Islam yang sesuai dengan kekhasan corak daerah Banjar yang sangat kaya dan bervariasi

    Evaluation of Some Haematological Parameters Among Pregnant Ijaw Women: An Indigenous West African Tribe.

    Get PDF
    In this study, we evaluated the effect of pregnancy on some haematological parameters among 600 apparently healthy pregnant Ijaw women attending antenatal clinic at the Federal Medical Centre, Yenagoa, Nigeria. Each trimester consisted of 200 subjects. Another age-matched 200 apparently healthy non-pregnant adult females served as control. All subjects were between 18-40years. The results showed significant decrease in PCV and Hb among the pregnant women in the first, second and third trimesters when compared with the control subjects (p<0.05). There was also a significant decrease in the platelet count and lymphocyte count among pregnant women in the second and third trimesters when compared with the controls (p<0.05). But there was a significant increase in ESR and neutrophil count among pregnant women in the first, second and third trimesters when compared with the control subjects (p<0.05). There was also a significant increase in the total WBC among pregnant women in the second trimester when compared with the controls (p<0.05). There was no significant difference in the monocytes and eosinophils count between the pregnant women in all the three trimesters and the female controls (p>0.05). Also, there was no significant difference in the total WBC, platelet and lymphocyte count among pregnant women in their first trimesters when compared with the control subjects (p>0.05). A normal reference range has been established for pregnant women of Ijaw transient so as to enhance proper assessment and management of antenatal cases. Keywords: Evaluation, haematological parameters, pregnancy, Ijaw tribe

    MEMBANGUN KARAKTER PENDIDIKAN PERSPEKTIF PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM BUDAYA MASYARAKAT BANJAR

    Get PDF
    Tulisan ini bermaksud melakukan eksplorasi terhadap upaya membangun karakter pendidikan perspektif pendidik dan tenaga kependidikan dalam budaya masyarakat Banjar. Para ulama, tuan guru, guru, ustaz dan lainnya berperan dalam mengembangkan pola pendidikan sepanjang sejarah masyarakat Banjar. Bangunan karakteristik pendidikan yang terus menerus selalu ada sepanjang sejarah ialah pendidikan keislaman, mengingat Islam merupakan identitas masyarakat Banjar. Penyesuaian dengan tuntutan keadaan selalu menjadi kebijakan pendidikan masyarakat Banjar. Hal tersebut diperkuat oleh banyaknya ulama yang berlatar belakang pendidikan luar negeri yang sangat mempengaruhi modernitas pendidikan di masyarakat Banjar. Sesuai sejarah perkembangan awal masyarakat Banjar, ulama sebagai pendidik sekaligus sebagai juru dakwah merupakan kompetensi ganda bagi pendidik yang seharusnya menjadi karakter pendidik hingga saat ini. Lembaga pendidikan selain misi mendidik juga misi dakwah. Pada situasi tertentu pendidik juga dibenarkan terjun ke dunia politik dengan tujuan utama memperkuat pendidikan masyarakat dan bangs

    ILMU, ILMUWAN, DAN ETIKA ILMIAH

    Get PDF
    In the process of transferring knowledge from western country, it is inevitable that the pattern of the way of life and habits such as liberalism, hedonism, materialism, empirical and secular attitude was unconsiously adapted. Eventually, science can take man to be more distant from God as a source of spiritual values that is capable of delivering the ultimate goal of human life in the form of peace and harmony. In fact, science has now shifted so that it led to power fight as wellas mastery of the material competition which sometimes violates the social ethics and religion. A scientist is required to realize the negative values that come with science and make a positive factor combined with positive attitude as a beachhead for research in order to achieve the philosophical meaning of science to have a peaceful and prosperous community

    BUDAYA SPIRITUAL KESULTANAN BANJAR: Historisitas dan Relevansinya di Masa Kini

    Get PDF
    This paper discusses about the spiritual culture in Kesultanan Banjar seeing from the historical perspective and its relevancy with the life today. The spiritual culture in banjar society can be seen from life cycle since birthday till die. Many of them were modified and fitted with the Islamic teaching. So that, the Islamic dimension is more explicit that the culture one. Kesultanan in varies cultural events ought to make the understanding to the society that Kesultanan Banjar is very concern to the spiritual culture and give the meaning for a material culture developing in many aspect of life. Besides, in any opportunity it may put the strength spiritual culture programm in order to be implemented in many sides of development.

    PENGELUARAN KELUARGA (FAMILY EXPENDITURE) UNTUK PENDIDIKAN\ud (Studi Pengeluaran Keluarga Untuk Biaya Pendidikan di IAIN Antasari)

    Get PDF
    Biaya pendidikan menjadi topik menarik untuk\ud dikaji lebih mendalam karena topik itu berhubungan\ud dengan kualitas pendidikan. Riset-riset tentang biaya\ud pendidikan menunjukkan bahwa ada hubungan yang\ud signifikan antara jumlah biaya dengan prestasi siswa.\ud Beberapa hasil penelitian berikutnya sejalan teori\ud tersebut. Peningkatan pengeluaran biaya\ud berhubungan signifikan dengan meningkatnya\ud prestasi. (Greenwald, R., Hedges, L., & Laine, R,\ud 1996). Wenglinsky (1997) menegaskan bahwa\ud terdapat hubungan yang sangat kuat antara uang dan\ud prestasi. Misalnya, setiap USD 1 per siswa yang\ud digunakan untuk pembelajaran berhubungan dengan\ud meningkatnya 1 poin nilai mata pelajaran\ud matematika. Penelitian Molly (2011 : 357) yang di\ud lakukan di Vermont menyimpulkan bahwa\ud peningkatan pengeluaran biaya berdampak pada hasil\ud kelulusan tes matematika. Menurutnya, 10%\ud peningkatan pengeluaran uang akan meningkatkan\ud nilai kelulusan matematika sekitar 2 sampai 6 poin.\ud Dia mengakui bahwa peningkatan hasil juga terjadi\ud pada mata pelajaran lain tetapi peningkatan paling\ud besar ditemukan pada pelajaran matematika.\ud Riset lain yang dilakukan Robert C. Dolan dan\ud Robert M. Schmidt menyimpulkan bahwa expenditure \ud 2\ud effects on achievement may be stronger at the primary\ud school level. (Dolan & Schmidt, 2002) Akan tetapi,\ud pengeluaran sekolah tersebut menyangkut untuk apa\ud alokasi pengeluaran tersebut, bukan berapa\ud pengeluaran seluruhnya. Levavic (2007 : 396)\ud menjelaskan bahwa biaya merupakan salah satu\ud komponen yang menentukan out put lulusan sekolah.\ud Dia menjelaskan bahwa out put lulusan sekolah\ud ditentukan oleh kombinasi dan interaksi beberapa\ud faktor yaitu kontekstual, input, dan variabel proses.\ud Menurutnya, faktor kontekstual (misalnya tipe\ud sekolah, kepemerintahan, masyarakat lokal, dan\ud komposisi sosial) tidak secara langsung dibawah\ud kontrol sekolah. Input, dalam versi Levavic ini,\ud dibagi menjadi input siswa dan input sumber daya.\ud Input siswa, tulis Levavic, lebih terkait dengan\ud karakteristik siswa yang mempengaruhi hasil\ud belajarnya seperti umur, etnis, gender, dan latar\ud belakang keluarga.\ud Penelitian-penelitian itu memberitahukan\ud bahwa biaya pendidikan sangat berperan penting\ud dalam keberhasilan proses pendidikan. Sumber biaya\ud tidak hanya tanggung jawab pemerintah tetapi juga\ud menjadi tanggug jawab pihak lain: keluarga dan\ud masyarakat. Dalam konteksnya dengan biaya yang\ud bersumber dari keluarga tersebut, ada temuan menarik\ud yang diungkapkan Noor (2013) tentang biaya\ud pendidikan di IAIN Antasari. Riset itu menemukan\ud bahwa mayoritas mahasiswa baru angkatan 2013\ud beranggapan biaya pendidikan di IAIN Antasari lebih\ud murah dari perguruan tinggi lain dan sesuai dengan \ud 3\ud kemampuan mereka. Temuan itu menunjukkan bahwa\ud mahasiswa IAIN Antasari memiliki kemampuan\ud membayar SPP maksimal Rp. 600.000,- per semester.\ud Dengan kata lain, mereka tidak mampu membayar\ud SPP yang lebih besar karena penghasilan orang tua\ud mereka terbatas.\ud Dalam konteks pemasaran jasa lembaga\ud pendidikan, temuan itu memberi petunjuk bahwa\ud segmen pelanggan IAIN Antasari adalah masyarakat\ud menengah ke bawah secara ekonomi. Dari sisi citra,\ud segmentasi itu membuat citra lembaga pendidikan\ud sebagai tempat orang-orang tidak mampu secara\ud ekonomi. Lebih jauh, dalam pandangan masyarakat\ud yang semakin maju, harga yang tinggi dianggap\ud cermin kualitas. Pandangan itulah yang digunakan\ud sebagai alasan produsen produk untuk meninggikan\ud harga (skimming price).\ud Temuan itu menjadi lebih menarik jika\ud dibandingkan dengan temuan survey online (Juhaidi,\ud 2013) terhadap mahasiswa IAIN Antasari angkatan\ud 2013 pada rentang waktu Oktober-November 2013.\ud Survey itu memberitahukan bahwa 70% mahasiswa\ud baru yang duduk pada semester satu telah memiliki\ud laptop. Temuan itu cukup mengejutkan karena\ud perangkat laptop bukan barang yang murah bagi\ud mereka yang menganggap SPP Rp. 600.000,-\ud /semester sesuai dengan kemampuan ekonomi\ud mereka. Jika melihat hasil penelitian Noor, dkk.\ud (2013) semestinya mahasiswa yang memiliki laptop\ud tidak sebanyak survey Juhaidi (2013).\ud 4\ud Hasil temuan survey itu dapat didukung dengan\ud catatan pengamatan berikut\ud Pada awal tahun akademik 2010, seorang\ud mahasiswa baru dari kampung menemui saya. Dia\ud bercerita tentang kemampuan ekonomi yang\ud terbatas. Dia harus meminjam uang untuk bayar\ud SPP dan tinggal di asrama untuk mengurangi\ud pengeluaran biaya untuk pendidikan. Akan tetapi,\ud belakangan dia sering terlihat memakai sepeda\ud motor Supra yang berwarna sama di kampus dan\ud laptop.\ud Hasil pengamatan pada mahasiswa yang lain\ud sebagai berikut\ud Sebelum masa pendaftaran ulang mahasiswa baru\ud 2013, seorang ibu dan puterinya bercerita tentang\ud penghasilan keluarganya yang kecil. Nafkah\ud keluarga hanya ditanggung oleh dirinya sendiri,\ud sementara suaminya telah meninggalkannya.\ud Padahal dia memiliki satu orang anak lagi yang\ud masih sekolah di tingkat SMP, selain yang kuliah\ud di IAIN Antasari. Satu-satunya harapan agar dapat\ud kuliah adalah beasiswa. Dia mengatakan apabila\ud tidak mendapat beasiswa, kemungkinan besar,\ud anaknya batal kuliah di IAIN Antasari. Setelah\ud kuliah berlangsung beberapa bulan, dia tampak\ud membawa gadget yang mirip BB, tab, dan\ud handphone. Selain itu, beberapa kali dia terlihat\ud memakai sepeda motor matic Beat warna hitam. \ud 5\ud Hal tersebut paling tidak memberikan\ud gambaran faktual tentang bagaimana keadaan\ud mahasiswa yang mengaku tidak mampu membayar\ud kuliah tersebut. Dengan kata lain, keluarga tersebut\ud secara ekonomi mampu membiayai kuliah\ud (membayar SPP) yang tercermin dari kemampuan\ud ekonomi ketika membayar biaya lain yang tidak\ud berhubungan langsung dengan proses pendidikan\ud (biaya tidak langsung). Hal itu menarik karena biaya\ud tidak langsung tersebut jauh lebih besar dari biaya\ud langsung (membayar SPP). Akan tetapi, pada sisi\ud lain, mahasiswa yang benar-benar tidak mampu juga\ud terlihat. “Saya pernah berbincang dengan seorang\ud mahasiswa yang harus membantu di kantin untuk\ud biaya hidup sehari-hari. Ada juga yang setiap hari\ud memakai baju yang sama, sangat sulit mencari dia\ud karena tidak memiliki handphone”, tutur seorang\ud tenaga administrasi. Mahasiswa-mahasiswa yang\ud tidak mampu seperti itu kemudian mendapat beasiswa\ud dan dari beasiswa itulah mereka bisa membeli laptop\ud dan keperluan kuliah lain.\ud Terlepas dari hal tersebut, bagi keluarga yang\ud tinggal di desa, opportunity cost (biaya kesempatan)\ud yang hilang akibat meninggalkan desa untuk\ud melanjutkan pendidikan sangat menjadi faktor yang\ud harus dipertimbangkan. Penghasilan dengan bekerja\ud di desa, misalnya menyadap karet, hilang (earning\ud forgone) karena harus kuliah di Banjarmasin menjadi\ud hal tidak bisa diabaikan begitu saja oleh masyarakat\ud desa. Perhitungan pendapatan yang hilang akibat\ud anak mereka kuliah di Banjarmasin juga menjadi satu \ud 6\ud hal yang mendorong anggapan bahwa kuliah jauh dari\ud kampung memerlukan biaya tinggi.\ud Dengan kata lain, keluarga lebih cenderung\ud tidak mampu membayar biaya langsung pendidikan\ud daripada membayar biaya tidak langsung. Keluarga\ud akan merasa tidak mampu keberatan membayar biaya\ud langsung yang berhubungan dengan proses\ud pendidikan, dalam hal ini SPP, dalam jumlah tertentu\ud tetapi pada saat yang sama keluarga akan mampu\ud membayar jumlah yang sama jika untuk membayar\ud biaya tak langsung misalnya, membeli Hp, laptop,\ud pulsa, dan sepeda motor. Hal itu, paling tidak muncul\ud dugaan, biaya langsung pendidikan dianggap\ud masyarakat harus menjadi tanggung jawab\ud pemerintah. Dengan demikian, keluarga dapat\ud mengeluarkan biaya tidak langsung yang lebih besar\ud misalnya, membeli sepeda motor, gadget, dan pulsa\ud serta biaya tak langsung lain.\ud Itu sejalan dengan temuan riset Asian\ud Development Bank (Clark et.all, 1998 : 42) yang\ud menunjukkan bahwa kontribusi keluarga dalam hal\ud biaya biaya pendidikan berada pada kisaran 3 sampai\ud 17%. Pada tingkat SD, kontribusi keluarga 3% dari\ud biaya pendidikan, SMP 12%, SMA 17% dan SMK\ud 15%. Pada kurun waktu 2001 – 2007, Jepang,\ud Republik Korea, Philippina, Indonesia, Brazil, dan\ud beberapa negara di Amerika Latin menerapkan\ud kebijakan yang menggeser biaya ke orang tua dan\ud siswa.\ud OECD (2012) juga melihat kecenderungan\ud meningkatkan biaya pendidikan di tingkat universitas \ud 7\ud dari tahun 2000 sampai 2009. Biaya yang dikeluarkan\ud orang tua meningkat dari 22,9% menjadi 30% pada\ud pendidikan tinggi sedangkan pada tingkat pendidikan\ud dibawahnya meningkat dari 7,1% menjadi 8,8%.\ud Menurut publikasi tersebut, pengeluaran pemerintah\ud tidak berkurang untuk pendidikan, tetapi pengeluaran\ud orang tua dan pemerintah semakin besar sama-sama\ud meningkat dengan pertumbuhan yang berbeda.\ud Meskipun demikian, semakin besarnya pengeluaran\ud keluarga untuk pendidikan tinggi tersebut tidak\ud berhubungan dengan terbatasnya atau turunnya\ud kesempatan keluarga kurang mampu untuk memasuki\ud perguruan tinggi.\ud Riset yang dilakukan Organization for\ud Economic Cooperation and Development (OECD) di\ud negara-negara maju (AS, Inggris, Korea Selatan\ud Finlandia dan lain-lain) tersebut memberikan\ud gambaran bahwa peran keluarga serta perusahaan\ud cenderung semakin besar dalam pendidikan tinggi\ud tanpa mengurangi peran pemerintah. Dengan kata\ud lain, dukungan untuk pendidikan tinggi diberikan\ud masyarakat (keluarga dan perusahaan) serta\ud pemerintah secara bersama. Kecenderungan itu\ud berbeda dengan pembiayaan pendidikan di Indonesia\ud yang peran masyarakat akan berkurang jika\ud pemerintah memberikan dukungan yang lebih besar\ud untuk pendidikan. Hal itu tergambar dari tag line\ud “pendidikan gratis” yang mengurangi peran keluarga\ud dan juga perusahaan untuk pendidikan karena\ud semuanya sudah ditanggung pemerintah

    “M-Auto” The Augmented Reality-Based (AR) Learning Media Application for the Finite-State Automata (FA) Reduction Subject of Language and Automata Theory Courses

    Get PDF
    AbstractA proper learning process should contain innovative, amusing, challenging, and motivating aspects. It should be able to provide an opportunity for the students to develop their creativity and independence based on their interests and talent. Less interesting and tedious classroom learning activity indicates the factor of the students’ learning interest degradation, for example as in the language and automata theory and finite-state automata reduction subject. The current research aims to aid language and automata theory in a learning activity to be easier to acquire. With the Augmented Reality-based learning media, the researcher hopes that the students can develop their understanding and their interest in a learning activity, especially for finite-state automata subjects. The subject of the current research is the Augmented Reality-based application as the learning media for language and automata theory and finite-state automata material. The researcher employs several research methodologies such as literature review, library research, and questionnaire to support the current research. The application is designed according to system development that consists of problem identification, appropriateness study, need analysis, concept designing, content designing, script designing, graphic designing, system production, and system examination. The result of the current research is the AR-based learning media application for the finite-state automata reduction subject of language and automata theory. Keywords: Learning Media, Finite-State Automata Reduction, Augmented Realit
    • …
    corecore