8 research outputs found

    FENOMENA KOMUNITAS BERJILBAB; ANTARA KETAATAN DAN FASHION

    Get PDF
    Makalah ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir di hadapan publik. Adalah dua komunitas berjilbab yang dianggap saling bertentangan. Satu komunitas dengan gerakan membudayakan jilbab fashionable namun tetap tertutup, sementara komunitas kedua melalui media sosial menampilkan cara berjilbab yang juga fashionable namun masih menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan kedua fenomena komunitas berjilbab tersebut. Metode penulisan menggunakan pendekatan  fenomenologi dengan landasan Q.S. al-Ahzab: 59 dan Q.S. An-Nur: 31. Merujuk pada sikap Buya Hamka yang bijaksana dan sabar menghadapi wanita yang telah berniat baik untuk menutup aurat, penulis berkesimpulan bahwa fenomena jilboobs community adalah evolusi berjilbab secara syar’i

    FENOMENA KOMUNITAS BERJILBAB; ANTARA KETAATAN DAN FASHION

    Get PDF
    Makalah ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir di hadapan publik. Adalah dua komunitas berjilbab yang dianggap saling bertentangan. Satu komunitas dengan gerakan membudayakan jilbab fashionable namun tetap tertutup, sementara komunitas kedua melalui media sosial menampilkan cara berjilbab yang juga fashionable namun masih menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan kedua fenomena komunitas berjilbab tersebut. Metode penulisan menggunakan pendekatan  fenomenologi dengan landasan Q.S. al-Ahzab: 59 dan Q.S. An-Nur: 31. Merujuk pada sikap Buya Hamka yang bijaksana dan sabar menghadapi wanita yang telah berniat baik untuk menutup aurat, penulis berkesimpulan bahwa fenomena jilboobs community adalah evolusi berjilbab secara syar’i

    Pesona Sufistik di Perkotaan: Studi Perguruan Tenaga Dalam Prana Sakti Gorontalo

    Get PDF
    This study focuses on the activities of the Prana Sakti inner strenght training center in Gorontalo City. The presence of the Prana Sakti in the middle of the city becomes a choice for city residents, especially for those who are tired of the hustle of modernization. This study aims to uncover the attraction of the Prana Sakti inner strenght training center, how to practice its sufism and as a training center, what are the competencies gained by members of the the Prana Sakti. From the results of the study it was found that one of the main attraction of the the Prana Sakti with the characteristics of amaly sufism is to get inner strenght. To achieve this, members must carry out the practice of sufism, which is a martial sport that is combined with regular dhikr. It takes several years. As a training center, the competence gained by the member is closeness to the God, so that it has implications for religious observance and good morals towards other

    Pesona Sufistik di Perkotaan: Studi Perguruan Tenaga Dalam Prana Sakti Gorontalo

    Get PDF
    This study focuses on the activities of the Prana Sakti inner strenght training center in Gorontalo City. The presence of the Prana Sakti in the middle of the city becomes a choice for city residents, especially for those who are tired of the hustle of modernization. This study aims to uncover the attraction of the Prana Sakti inner strenght training center, how to practice its sufism and as a training center, what are the competencies gained by members of the the Prana Sakti. From the results of the study it was found that one of the main attraction of the the Prana Sakti with the characteristics of amaly sufism is to get inner strenght. To achieve this, members must carry out the practice of sufism, which is a martial sport that is combined with regular dhikr. It takes several years. As a training center, the competence gained by the member is closeness to the God, so that it has implications for religious observance and good morals towards other

    Praktik Ritual Mopo’a Huta (Memberi Makan pada Tanah) pada Masyarakat Gorontalo di Desa Molamahu

    Get PDF
    The mopo’a huta ritual is a ritual practiced by Gorontalo people when the dry season arrives. By carrying out this ritual, people believe that rain will fall and fertility and prosperity will come. This ritual has been carried out since hundreds of years ago, but nowadays it has begun to be opposed by several groups. This study aims to find out how the practice of the mopo'a Huta ritual, how the public view of the mopo'a huta ritual using Geertz's perspective. The study used a qualitative approach with case studies, conducted interviews with the organizers, made observations during the procession, and explored the results of previous research. The study found that the mopo'a huta ritual in practice held a dance (dayango) accompanied by the wasps of towohu (drums) for several nights. At the peak of the ritual, offerings were made consisting of certain ingredients to be presented to supernatural beings as the rulers of nature. For this practice, there are 3 community groups 1) the abangan group, namely the traditional farmers who still hold the tradition, 2) the santri group, namely the educated community as a group of modern farmers, some of whom still believe and some do not believe because there is already technology that can solve problems, 3) priyai groups, namely village heads. In the past, the village head was the main supporter of the mopo'a huta ritual, while at present, the village head secures himself in the middle position.  ABSTRAK Ritual mopo’a huta adalah ritual yang dipraktikkan masyarakat Gorontalo ketika musim kemarau tiba. Dengan melaksanakan ritual ini, masyarakat meyakini hujan akan turun serta kesuburan dan kemakmuran akan datang. Ritual ini dilaksanakan sejak ratusan tahun silam, namun dewasa ini mulai ditentang oleh beberapa kalangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik ritual mopo’a Huta, bagaimana pandangan masyarakat tentang ritual mopo’a huta dengan menggunakan perspektif Geertz. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus, melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh penyelenggara, melakukan pengamatan selama prosesi itu dilaksanakan, serta menggali hasil-hasil penelitian terdahulu. Penelitian menemukan bahwa ritual mopo’a huta dalam praktiknya menggelar tarian (dayango) diiringi tabuhan towohu (gendang) selama beberapa malam. Pada puncak ritual digelar sesajian yang terdiri dari bahan-bahan tertentu untuk dipersembahkan kepada mahluk gaib sebagai penguasa alam. Terhadap praktik ini, terdapat 3 kelompok masyarakat 1) kelompok abangan, yaitu kalangan petani tradisional yang masih erat memegang tradisi, 2) kelompok santri, yaitu kalangan masyarakat terdidik sebagai kelompok petani modern, kalangan ini sebagian masih percaya dan sebagian lagi tidak percaya karena sudah ada teknologi yang dapat menyelseaikan masalah, 3) kelompok priyai, yaitu kepala desa. Pada masa lalu, kepala desa sebagai pendukung utama ritual mopo’a huta, sementara pada masa kini, kepala desa berada dipersimpangan. &nbsp

    Modernization and Shifting Practices of Local Wisdom on Corn Farming in Gorontalo Province

    Get PDF
    Modernisasi teknologi pertanian telah mendominasi aktivitas pertanian di Gorontalo. Tulisan ini mendeskripsikan perubahan praktik pertanian jagung dari berbasis kearifan lokal dan solidaritas sosial menjadi berbasis teknologi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menjadikan 25 petani sebagai partisipan untuk didalami pengetahuannya dan diamati aktivitas pertaniannya. Penelitian ini menemukan bahwa praktik pertanian berbasis kearifan lokal sudah tidak ditemukan lagi. Kearifan lokal ini terdiri dari tradisi mopo’a huta dan panggoba sebagai sistem pertanian yang berbasis solidaritas sosial dan ramah lingkungan. Tradisi ini berganti dengan sistem pertanian modern yang dianggap lebih efektif dengan hasil produksi yang melimpah. Modernisasi di dalam sistem pertanian selain memberikan efek yang baik juga telah mengakibatkan banyak perubahan, baik secara ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagai akibat dari modernisasi pertanian jagung: 1) telah terjadi pergeseran tenaga kerja dan modal, 2) terjadi pergeseran kearifan lokal, dan 3) terjadi degradasi lingkungan dan ketimpangan sosial.Modernization of agricultural technology has dominated farming activities in Gorontalo. This paper describes the change of farming practices from local wisdom and social solidarity to modern technology. The research used a qualitative approach with 25 farmers as participants with the aim to explore their knowledge and observe their farming activities. This study found that local farming practices are no longer in existence. This local wisdom consists of the traditions of mopo'a huta and panggoba as farming systems which are based on social solidarity and are environmentally friendly. This has been replaced by a modern farming system that is considered more effective with abundant production. Modernization in the farming system, apart from having a good effect, has also resulted in many changes, both economically, socially, culturally and ecologically. This research concludes that as the results of corn farming modernization: 1) there has been a shift in labor and capital, 2) there has also been a shift in local wisdom, and 3) there are environmental degradation and social inequality

    Rekonstruksi Marjinalisasi Kaum Perempuan Pada Tradisi Khatam Qur’an

    No full text
    The focus of this paper is to explore how the tradition of khatam Qur’an for women is the entry point for empowerment. The research was conducted using a qualitative approach, collecting data through in-depth interviews with four female research participants and observing their family life. The results of the research show that the tradition of khatam Qur'an has opened up opportunities for women’s freedom. In the first generation, women were still cooped up, illiterate and shy, in the second generation, opportunities for freedom were given with the excuse of leaving the house to learn the Qur’an reading. In the third generation, women are equal to men in education to obtain public roles. However, they cannot let go of their domestic role. In the end, women have a dual role. This study concludes that ongoing empowerment efforts have reconstructed the marginalization of women.Fokus tulisan ini adalah mengeksplorasi bagaimana tradisi khatam Qur’an dikhususkan kepada kaum perempuan menjadi pintu masuk pemberdayaan dan pembebasan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan empat perempuan partisipan penelitian, sekaligus mengamati kehidupan keluarga mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi khatam Qur’an telah membuka peluang kebebasan bagi kaum perempuan. Pada generasi pertama, kaum perempuan masih terkungkung, buta huruf dan pemalu, pada generasi kedua, peluang kebebasan diberikan dengan alasan keluar rumah untuk belajar mengaji. Pada generasi ketiga, kaum perempuan sudah setara dengan kaum laki-laki mengenyam pendidikan hingga memperoleh peran-peran publik. Meski demikian, mereka tidak bisa melepaskan peran domestiknya. Pada akhirnya kaum perempuan menanggung peran ganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa upaya pemberdayaan yang berlangsung telah merekonstruksi marjinalisasi kaum perempuan

    Rekonstruksi Marjinalisasi Kaum Perempuan Pada Tradisi Khatam Qur’an

    No full text
    The focus of this paper is to explore how the tradition of khatam Qur’an for women is the entry point for empowerment. The research was conducted using a qualitative approach, collecting data through in-depth interviews with four female research participants and observing their family life. The results of the research show that the tradition of khatam Qur'an has opened up opportunities for women’s freedom. In the first generation, women were still cooped up, illiterate and shy, in the second generation, opportunities for freedom were given with the excuse of leaving the house to learn the Qur’an reading. In the third generation, women are equal to men in education to obtain public roles. However, they cannot let go of their domestic role. In the end, women have a dual role. This study concludes that ongoing empowerment efforts have reconstructed the marginalization of women.Fokus tulisan ini adalah mengeksplorasi bagaimana tradisi khatam Qur’an dikhususkan kepada kaum perempuan menjadi pintu masuk pemberdayaan dan pembebasan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, pengumpulan data melalui wawancara mendalam dengan empat perempuan partisipan penelitian, sekaligus mengamati kehidupan keluarga mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi khatam Qur’an telah membuka peluang kebebasan bagi kaum perempuan. Pada generasi pertama, kaum perempuan masih terkungkung, buta huruf dan pemalu, pada generasi kedua, peluang kebebasan diberikan dengan alasan keluar rumah untuk belajar mengaji. Pada generasi ketiga, kaum perempuan sudah setara dengan kaum laki-laki mengenyam pendidikan hingga memperoleh peran-peran publik. Meski demikian, mereka tidak bisa melepaskan peran domestiknya. Pada akhirnya kaum perempuan menanggung peran ganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa upaya pemberdayaan yang berlangsung telah merekonstruksi marjinalisasi kaum perempuan
    corecore